@ Fraud: Kalau ada blog atau tulisan dari fraud yg bisa jd pembanding atau lebih baik lg membuka kebenaran (menurut anda) akan sangat menarik bila diinfokan dimana bisa kita akses.
Saya pikir yg punya blog sekedar memberikan cara pandang baru dalam melihat suatu realita. Meskipun ada kesan sedikit frustrated dengan apa yg dilihat dr sisi itu. Karena seperti yg anda bilang sendiri, untuk merubah realitas yg berlangsung sekarang ini adalah bagaikan mimpi...
@ Fraud: Kalau ada blog atau tulisan dari fraud yg bisa jd pembanding atau lebih baik lg membuka kebenaran (menurut anda) akan sangat menarik bila diinfokan dimana bisa kita akses.
Saya pikir yg punya blog sekedar memberikan cara pandang baru dalam melihat suatu realita. Meskipun ada kesan sedikit frustrated dengan apa yg dilihat dr sisi itu. Karena seperti yg anda bilang sendiri, untuk merubah realitas yg berlangsung sekarang ini adalah bagaikan mimpi...
atas gw : bukankah teori yg ada sekarang sudah menjelaskan dan menjawab semuanya?
justru dengan teori pembuat blog tsb kelemahan mendasar : 1) bagaimana menghimpun penerimaan negara sebesar lebih dari 1000 tril/tahun tanpa pajak? 2) jika jawabnya adalah mencetak uang, selanjutnya bagaimana untuk mengatasi hyperinflasi?
itu wacana utama yg harus diselesaikan oleh pencetus teori atau pendemo diatas (termasuk pemilik blog ini tentunya).
Foto ini bagi saya hanyalah sebuah gambar di mana sejumlah orang Amerika sedang melampiaskan kekesalan mereka karena pemerintah Amerika telah mencetak uang, menaikkan hutang negara untuk membailout perbankan mereka. Tagihannya kemudian dialamatkan ke pembayar pajak di sana.
Saya tak menyangka ada yang kemudian mengambil kesimpulan saya bermaksud mengatakan semua pajak harus diganti dengan mencetak uang.
Anyway... terima kasih atas komentar-komentar Anda.
Foto ini bagi saya hanyalah sebuah gambar di mana sejumlah orang Amerika sedang melampiaskan kekesalan mereka karena pemerintah Amerika telah mencetak uang, menaikkan hutang negara untuk membailout perbankan mereka. Tagihannya kemudian dialamatkan ke pembayar pajak di sana.
Saya tak menyangka ada yang kemudian mengambil kesimpulan saya bermaksud mengatakan semua pajak harus diganti dengan mencetak uang.
Anyway... Terima kasih atas komentar-komentar Anda.
Baca gambar itu saya langsung berkesimpulan bahwa ini adalah sebuah kritik plesetan bahwa kalau pemerintah bisa mengatasi segala masalah keuangan dengan hanya mencetak uang, lalu kenapa juga pemerintah menarik pajak dari rakyat untuk pembangunan atau lainnya. Ini jelas pernyataan bodoh, jadi saya kira agar ini dibaca ini sebagai sebuah kritik plesetan saja. Oman, Qatar, Kuwait, Arab Saudi saya dengan disana tidak ada pajak.
Membaca gambar tersebut, saya langsung mengartikan ini sebagai sebuah kritik plesetan saja, bahwa kalau pemerintah bisa cetak uang untuk melakukan bailout, maka kenapa juga pemerintah tidak mencetak uang untuk mengatasi kemiskinan dan lain-lain sehingga tidak membebankan rakyat. Ini jelas tulisan bodoh, namun harus dibaca dari sisi lain bahwa ini sebuah kritisi dari orang-2 yang pasrah. Apakah bisa sebuah negara tidak menerapkan pajak, saya nggak tau tapi saya pernah dengar Oman, Qatar, Kuwait, Arab Saudi adalah negara2 yang tidak menerapkan pajak. Mungkin dengan cara berbagi dengan sesama pajak tidak perlu lagi diterapkan he..he... Celakanya saat ini kita bayar pajak tapi uangnya digunakan untuk membiayai kegiatan2 yang inefisien/seremonial, membiayai kemewahan pegawai negara yang korup, membiayai kemewahan para anggota dewan dan membailout Bank yang collaps. Tindakan2 bailout hanyalah untuk menyelamatkan muka pemerintah dari dampak ‘sistemik’?. tapi efeknya sangat buruk bagi rakyat kecil karena inflasi. Kejadian tersebut menurut saya akan terus berlangsung, karena sistem gali lubang tutup lubang (GLTL),. GLTL sudah menggurita disemua negara. Kalau diusut lagi kenapa GLTL terjadi ya karena adanya Bunga yang dikenakan para Bankir. Wallahua’lam
Membaca gambar tersebut, saya langsung mengartikan ini sebagai sebuah kritik plesetan saja, bahwa kalau pemerintah bisa cetak uang untuk melakukan bailout, maka kenapa juga pemerintah tidak mencetak uang untuk mengatasi kemiskinan dan lain-lain sehingga tidak membebankan rakyat. Ini jelas tulisan bodoh, namun harus dibaca dari sisi lain bahwa ini sebuah kritisi dari orang-2 yang pasrah. Apakah bisa sebuah negara tidak menerapkan pajak, saya nggak tau tapi saya pernah dengar Oman, Qatar, Kuwait, Arab Saudi adalah negara2 yang tidak menerapkan pajak. Mungkin dengan cara berbagi dengan sesama pajak tidak perlu lagi diterapkan he..he... Celakanya saat ini kita bayar pajak tapi uangnya digunakan untuk membiayai kegiatan2 yang inefisien/seremonial, membiayai kemewahan pegawai negara yang korup, membiayai kemewahan para anggota dewan dan membailout Bank yang collaps. Tindakan2 bailout hanyalah untuk menyelamatkan muka pemerintah dari dampak ‘sistemik’?. tapi efeknya sangat buruk bagi rakyat kecil karena inflasi. Kejadian tersebut menurut saya akan terus berlangsung, karena sistem gali lubang tutup lubang (GLTL),. GLTL sudah menggurita disemua negara. Kalau diusut lagi kenapa GLTL terjadi ya karena adanya Bunga yang dikenakan para Bankir. Wallahua’lam
@atas gw : 1) negara2 yg anda sebut semua menganut sistem pajak. silakan disearch lagi di google dgn keyword taxation.
2) bailout menggunakan dana LPS bukanlah bersumber dari dana APBN, jadi tidak ada hubungannya dgn APBN maupun uang pajak. dana LPS berasal dari premi bank2 peserta penjaminan (sepeti mekanisme asuransi)
LPS atau apalah sama aja bung itu juga uang masuk kepemerintah yang diambil dari pengusaha, Pajak juga pemasukan pemerintah yang diambil dari pengusaha/ perorangan. tetep aja ujung2nya menyusahkan rakyat karena unsur cost LPS, maka COF Bank akan meningkatkan, kredit jadi mahal, harga produk yang dibuat pengusaha jadi naik.
dibaca dulu baik2 bung, yg gw kritisi adalah ketika org diatas nyebut bayar pajak tapi dia kaitkan dgn uang LPS yg untuk bailout bank, itu yg gw kritisi karena jelas ga tepat.
lagian yg lo bilang bahwa iuran LPS mempengaruhi COF tuh salah besar bung. COF itu bergantung pada suku bunga deposito n tabungan yg berarti bergantung pada BI rate.
Ambil yang anda rasa cocok dengan anda dan lupakan yang tidak cocok dengan anda. Karena tidak ada seorangpun yang bisa memastikan sapa yang benar.. Setiap orang di berikan hak untuk memiliki pertimbangannya sendiri. apa yang bagi mereka benar dan salah. Perdebatan hanya menjadi pemaksaan kehendak merupakan pelanggaran pelanggaran Hak orang lain.
Saya menikmati postingan blog ini maka sampai sekarang saya masi mengikuti blog ini.. bagaimana dengan anda?? itu hak anda
@fraud Harap diketahui bahwa pemerintah kolonial Pennsylvania dari tahun 1723-1751 tidak mengenakan pajak sama sekali untuk membayar biaya operasionalnya. Mereka hanya mengambil hak mencetak uang dari para bankir swasta kemudian meminjamkan uang kepada rakyatnya dan menggunakan bunga yang mereka peroleh untuk menggantikan pajak.
Kalau tidak percaya baca saja "The Lost Science of Money" atau "Web of Debt"
@urashi : harap dibaca baik2 dan dipahami juga ucapan saya di atas adalah untuk mengcounter pendapat yg bilang di arab sana bebas pajak. kenyataannya? faktanya? tetap saja di arab dan timur tengah sana memungut pajak. anda ga percaya? silakan google dgn keyword taxation around the world atau taxation in arab misalnya.
jadi sebelum mengcounter pernyataan saya harap dibaca dan dipahami dulu baik2 agar tidak terjadi missunderstanding kaya gini. lagian yg kita bicarakan itu jaman skrg. apakah negara2 pensylvania itu tetap tidak ada pajak sampai skrg? silakan sebutkan negara2 tsb.
@Urashi Saya rasa saya sudah benar memahami ucapan anda. Baca lagi komentar-komentar anda terutama yang di awal. Anda tidak percaya kan kalau negara tidak bisa tidak memungut pajak untuk bisa beroperasi?
Buktinya pemerintah kolonial Pennsylvania (dan juga pemerintah kolonial lainnya di Amerika) dulu pernah melakukannya, karena hak mencetak dan mengedarkan uang masih ada di tangan pemerintah.
Sekarang hak untuk mencetak uang ada di tangan bank sentral dan bankir swasta, sehingga pemerintah hanya bisa meminjam. Karena itu pajak diperlukan, salah satunya untuk membayar bunga pinjaman kepada para bankir itu.
@Urashi : of course, tentu aja pemerintah bisa menerapkan kebijakan semaunya untuk negaranya, mungut pajak bisa, ga mungt pajak juga bisa, cetak uang seenaknya juga bisa.
TAPI, apakah itu bagus? jawabanyya TIDAK! lihat contoh anda sendiri, saya tanya, apakah negara2 di wilayah yg anda sebut tadi sampai sekarang Tetap TIDAK MEMUNGUT PAJAK? hehehe, silakan sebut negara di wilayah yg anda sebut tadi yg sampai skrg tidak memungut pajak.
artinya apa? jelas karena sistem pemerintah cetak uang itu tidak efektif dan berdampak buruk dibanding memungut pajak. biar saya kasih clue agar pikiran anda terbuka trhadap ancaman masalah ekonomi yg satu ini : HYPERINFLATION.
@urashi lagi : ada contoh bagus tntang case yg saya ajukan : Zimbabwe. bagus untuk komparasi anda betapa menghimpun pendapatan negara tanpa pajak dan dengan cara mencetak uang malah menghancurkan negara itu sendiri.
sekali lagi kuncinya cuma 1 : Hyperinflation. bagaimana inflasi tidak membumbung tinggi jika uang ratusan triliun sebesar 60% anggaran yang seharusnya ditarik dari masyarakat melalui pajak teta[ dibiarkan beredar di masyarakat karena negara berhenti memungut pajak dan menggantinya dgn mencetak uang.
itu isu terbesar teori pohonbodhi yg harus dijawab dgn baik dan rasional. rasional dalam arti teknikal dan aplikatif, bukan hanya jawaban ngambang berdasar impian dan angan2 tetapi ketika diminta menjabarkan pengaplikasiannya malah bingung.
Sebenarnya, hanya butuh beberapa jam untuk membaca blog ini, dibanding beberapa ratus jam untuk menulisnya.
Isu printing money, hiperinflasi, sudah berkali-kali saya posting. Yang mau mencari akan menemukan.
Sedikit bahan imajinasi bagi Anda untuk pertanyaan tanpa akhir ini:
Kalau 1 milyar boleh diciptakan untuk membangun rumahmu, 1 milyar juga boleh diciptakan untuk membangun jalan di kotamu. Uang untuk membangun jalan tidak harus diambil dari uang untuk membangun rumah.
Ini konsep yang paling basic. Kalau inipun tidak bisa disepakati, saya khawatir memang tidak ada lagi yang bisa dibahas.
Bila kesimpulan yang Anda dapatkan dari kehidupan Anda selama ini adalah:
Karena sistem sekarang telah bertahan lama, & itu pasti karena dia lebih "bagus", ya so be it..
Bukan saya untuk menentukan apakah Anda benar atau salah.
@pohonbodhi : seperti yang saya bilang, yg kita butuhkan itu adalah solusi yg tidak hanya 'ngambang' dan imajinatif. sejauh yg saya baca , solusi yg anda tawarkan adalah mencetak uang sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat, dan buat saya itu imajinatif dan tidak bisa menjawab fenomena hyperinflasi yg akan terjadi.
gambaran singkatnya mari kita sederhanakan saja masalah hyperinflasi ini : perbedaan utama menarik pajak dan printing money (jika diaplikasikan ke indo) adalah printing money akan menyebabkan uang beredar di masyarakat (M1) lebih banyak 600-700 triliun dibanding dgn menarik pajak. nah kenaikan uang M1 sebanyak itu (70% anggaran dan 35% total peredaran uang normal) tentu akan menyebabkan inflasi yg over. disitulah poin utamanya, jadi bukan karena perbedaan sepakat tidaknya tentang membangun rumah atau bangun jalan tadi. anda pasti mengerti kan maksud saya? nah solusi aplikatif seperti apa yg bisa anda kemukakan untuk mencegah ancaman hyperinflasi tsb? siapapun yg mencetak uang tetap saja bahaya hyperinflasi akan sangat mengancam.
kecuali kalau anda tetap setuju adanya pajak, dialog akan terclose dgn sendirinya karena kesan yg saya dapat dari pendapat anda (serta urashi) skrg adalah bahwa pajak itu tidak perlu karena pemerintah bisa mencetak uang.
kesimpulan saya masih sama : sistem yg skrg jelas masih ada cacatnya, tetapi sistem yg skrg jauh lebih baik dibanding sistem pemerintah mencetak uang (dan tanpa ada pemungutan pajak).
@pohonbodhi lagi : biar saya koreksi sedikit masalah konsep dasar/perumpamaan yg anda bilang tadi.
anda bilang Kalau 1 milyar boleh diciptakan untuk membangun rumahmu, 1 milyar juga boleh diciptakan untuk membangun jalan di kotamu. Uang untuk membangun jalan tidak harus diambil dari uang untuk membangun rumah.
saya setuju masalah itu, tapi harus anda ingat konsep seperti itu berarti anda sedang membicarakan ANGGARAN BELANJA, yaitu kemana atau buat apa uang yg 'diciptakan' akan digunakan.
sedangkan masalah PRINTING MONEY dan ISU PAJAK yang sedang kita bicarakan adalah masalah/konsep tentang ANGGARAN PENDAPATAN, yaitu darimana uang tsb diperoleh.
Fraud, memang itu yang sedang saya bicarakan. Darimana uang diperoleh.
Anda percaya kalau tidak ada pajak maka anggaran negara pasti akan jeblok, pendapatan pemerintah tidak mungkin mengcover pengeluaran? Mengandalkan printing money SEKARANG untuk membayar tagihan akan menyebabkan inflasi sangat tinggi?
Anda 100% benar Fraud.
Tetapi, bukan konsep pemerintah memprinting money itu sendiri yang salah. Sistem suplai uang di seluruh negara sudah dimulai tanpanya (government printing debt free money), mengapa sekarang, saat kebangkrutan berbagai pemerintahan sudah di depan mata baru orang berharap mukjizat darinya?
Coba kamu pikirkan: Mengapa anggaran setiap negara tampak seperti yang ada sekarang?
Di sisi pendapatan, berapa banyak uang yang telah dicetak pemerintah dan dibelanjakan untuk pembangunan (debt free) selama ini? Tidak ada.
Di sisi pengeluaran: Sudah berapa banyak hutang yg diakumulasikan sejak mereka merdeka? Berapa banyak pembayar pajak mereka sudah membayar, dan berapa banyak aset negara yang sudah dijual untuk membayar kreditur mereka?
Dan mengapa skala pemerintahan (parlemen, kepolisian, kejaksaan, & semua PNS lainnya) berkembang sedemikian besar yang membutuhkan begitu besar dana untuk membiayai operasional mereka?
Baru sekarang kita menganalisa masalah. Kalau sejak awal sistem ini dimulai dengan skenario yang lain, di mana pemerintah bisa mencetak uang dalam batas-batas tertentu setiap tahun, apakah anggaran masing-masing negara masih akan sama seperti sekarang? Apakah pengeluaran mereka masih akan seperti sekarang?
Kalau seorang pasien narkoba setiap hari menyuntik dosis besar obat bius ke tubuhnya, akan tiba waktunya ketika solusi apapun yang sebenarnya ada tidak akan bisa lagi menyelamatkan nyawanya.
Semua praktek healthy lifestyle akan menjadi omongan sia-sia untuknya.
Tidak ada pain-free solution yang bisa saya bayangkan kawan. Sistem moneter di planet ini harus disetting ulang.
Mungkin Anda akan kembali mengatakan kata-kata ini tidak realistis, tidak applicable, tapi kenyataannya memang begitu. Melanjutkan sistem sekarang, saya benar-benar tidak melihat titik terang.
Sampai di sini Anda memahami saya? Sekali lagi, tidak ada pain-free solution. SUDAH TERLAMBAT.
Saya menulis blog ini hanya untuk berbagi pendapat saya atas asal-muasal masalah, dan siapa yang paling bertanggungjawab atasnya.
Mengenai pain-free solution.. Sorry, tidak ada solusi di kepala saya tanpa ada pihak yang harus dirugikan.
Private bankers juga manusia, mereka juga akan memperjuangkan kepentingan mereka..
Khusus mengenai masalah pajak-printing money, sepertinya ini yang Anda paling tertarik... Pajak adalah simbol Negara berkuasa atas rakyatnya! Seminim-minimnya, pajak atas tanah.
Jadi, adalah irelevan kita bertanya apakah tanpa pajak pemerintah bisa berjalan. Bukan itu masalahnya kawan. Pajak mewakili penyerahan kekuasaan individu kepada komunitas tempat dia tinggal. It's a surrender of individuals towards State.
Negara tanpa pajak bukanlah sebuah negara. It's a free-man's land.
@pohonbodhi : seperti yang sudah saya bilang di awal, siapapun yg mencetak uang itu bukan permasalahan utama, permasalahan utama adalah hyperinflasi.
sekarang coba anda bayangkan, apakah ketika hak menciptakan uang kembali ke pemerintah lantas pemerintah akan mencetak uang begitu saja? tentu tidak, karena hyperinflasi adalah hal yg harus dihindari.
hal ini tentu relevan untuk menjawab pertanyaan2 anda tentang anggaran skrg. tentu saja pemerintah tetap memilih untuk memungut pajak ketimbang mencetak uangnya sendiri, ya karena faktor inflasi tadi. skrg anda membicarakan sistem anggaran yg skrg kenapa kita berhutang terus untuk membuayai pengeluaran (yg lebih besar dari pendapatan), saya bisa jawab, itu semua adalah pilihan bung. ketika pemerintah memilih menggunakan anggaran defisit, itulah yg terjadi. dlm anggaran defisit kita menentukan dulu pengeluaran kita, baru dicari dana untuk membiayai pengeluaran tsb, kalau pendapatan (baca : 70% pajak) kurang cukup, tentu pemerintah akan mencari sumber dana lain.
kita tentu aja bisa membuat anggaran pengeluaran lebih kecil drpada pendapatan (surplus), misal dgn men set pengeluaran kita cuma di kisaran 800 tril/tahun yg lebih kecil dari penerimaan APBN per tahun. namun apakah itu bijaksana? tentu tidak. dgn belanja yg 1000 tril saja kondisi kita spt ini, apalagi dgn 800 tril.
kalaupun misal anda beranggapan bahwa hutang untuk memnutup APBN bisa diganti dgn mencetak uang, tetap saja kita akan kembali ke ancaman dasar sistem ini : hyperinflation.
Tentu saja tidak ada yang menginginkan hiperinflasi Fraud. Saya memang tidak pernah menyarankan pemerintah mencetak uang tanpa limit setiap tahun.
Anda lagi2 tidak menangkap maksud saya. Pengeluaran 1000T per tahun saat ini tidak akan terjadi kalau sejak awal pemerintah mencetak uang sendiri untuk pembangunan.
Inflasi yang Anda khawatirkan tampaknya adalah kenaikan harga barang. Pertambahan suplai uang tidak lantas akan menaikkan harga kawan, tergantung apa yang dilakukan dengan uang itu.
Menciptkan uang untuk membangun gedung & infrastruktur BARU berbeda dengan menciptakan uang untuk membeli bangunan & infrastruktur yang sudah eksis.
Bukan karena pemerintah menambah suplai uang 50% lantas harga naik 50%, semuanya tergantung ke mana uang itu mengalir.
Jalan, pembangkit listrik, suplai air, pelabuhan, dan gedung-gedung pemerintahan, ini one-time investment. Selesai dibangun, setiap tahun hanya ada cost maintenance. Bahkan sebagian bisa menghasilkan profit.
Kalau pendanaannya tidak dilakukan dengan cara yang salah, tidak akan aneh kalau belanja tahunan berbagai negara sekarang bisa tinggal 50%, bahkan kurang.
Tentu saja, ini juga dengan asumsi negara tidak memiliki sekumpulan pegawai korup yang selalu ingin menghamburkan uang negara.
Mencetak uang + pajak bukan mimpi kosong sebagai sumber penerimaan pemerintah tanpa mengorbankan pembangunan. Hiperinflasi bukan satu-satunya kemungkinan dari tindakan ini. Kehidupan yang lebih baik juga bisa menjadi akibatnya.
Siapa yang mencetak uang adalah masalah (bagi saya). Berdagang dan mencari profit adalah hak setiap orang, tetapi suplai uang sebuah negara tidak untuk diprofitkan. Kalaupun harus diprofitkan, keuntungannya harus dikembalikan ke negara.
Bukannya saya menganggap pemerintah lebih bermoral dari bankir swasta, tetapi manfaat (profit) dari penciptaan uang sewajarnya diberikan kepada publik (lewat pemerintah) daripada kepada segelintir pihak swasta menurutku.
@fraud kamu pegawai pajak yah? keliatannya gitu, soalnya tidak bisa melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, terlalu sok pintar, padahal cuma pengin menyelamatkan diri sendiri. Oh iya, belum ada bankir yang nyasar ke blog ini yah pasti deh mencak2 kaya si fraud yang seperti namanya suka melakukan "fraud". Bela saja instansimu fraud, toh Mr Pohon Bodhi disini juga sekedar menyampaikan suatu realitas berdasarkan sudut pandang yang lain dari yang selama ini dicekokan ke mulut kita semua melaui jalur pendidikan formal. Sistem saat ini ada baiknya, sistem dari sudut pandang pohon bodhi juga ada baiknya, kalo dikolaborasikan sisi baiknya tentu menjadi lebih baik buat perekonomian negeri ini.
Mengenai kondisi negara kita yang masih carut marut ini meskipun dengan anggaran yang 1000T itu juga jadi sorotan. Pasti pegawai pajak akan lari dari masalah kalo ditanya pengeluaran APBN kita yang selangit tapi tidak efektif (seharusnya setiap elemen pemerintah mulai berpikir saling terkait dalam sebuah sistem, kecuali anda staf PNS rendahan tentu tak berpikir koordinasi, yang penting perut kenyang selesai). kalo memang pemerintah tidak efektif lebih baik tidak ada pemerintah. dari kedaulatan, keamanan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dll indonesia sudah sangat terpuruk karena tidak adanya rasa cinta tanah air dan cinta kepada rakyat. puyeng dan emosi sendiri lah karo mikirin negara ini.
@anonim atas gw : singkat aja bung, saya tampaknya tidak perlu menanggapi anda dgn asumsi sok tahu anda dan kalimat anda yg ini : Pasti pegawai pajak akan lari dari masalah kalo ditanya pengeluaran APBN kita yang selangit tapi tidak efektif (seharusnya setiap elemen pemerintah mulai berpikir saling terkait dalam sebuah sistem, kecuali anda staf PNS rendahan tentu tak berpikir koordinasi, yang penting perut kenyang selesai).
hahaha, saya ketawa terbahak2 dgn pernyataan anda yg satu itu, sungguh anda tidak tahu apa2 tapi hanya bisa menghujat non sense. biar saya jelaskan hal paling dasar kepada anda bung, pajak itu merupakan fungsi penerimaan negara yg hanya berwenang mencari uang masuk, bukan fungsi pengatur pengeluaran atau tukang alokasi anggaran. jadi masalah belanja 1000 tril ga efektif, jangan tanyakan ke fungsi penerimaan dong, tanyakan ke fungsi pengeluaran (tiap2 departemen). kalau anda hal spt itu saja tidak paham, bgmana bisa anda bersikap sok tau spt itu? sekali lagi saya cuma bisa tertawa lihat koment anda.
@pohonbodhi : saya tahu maksud anda. tapi mari kita berpikir dari sudut pandang pemerintah dan anggaran, karena teori anda pun mengacukan fungsi mencetak uang ke pemerintah. ketika kita bicara anggaran, maka 1 hal paling mendasar yg harus kita tau adalah anggaran = perencanaan. dari situ saja bukankah sudah terlihat bahwa anggaran belanja 1000 tril tetap akan terjadi siapapun pencetak uangnya, karena 1000 tril itu direncanakan dari awal (belanja subsidi, belanja pegawai, infrastruktur, dll), sebelum kita tahu darimana saja sumber dananya (entah pajak, hutang, atau mencetak uang spt yg anda bilang).
inflasi yg saya maksudkan adalah demand pull inflation, yaitu kenaikan harga karena penambahan uang beredar (M1). M1 disini bukan berart uang yg dipegang di masyarakat saja ,tapi juga termasuk uang yng dibelanjakan dalam bentuk belanja pemerintah. anda tentu setuju kan kalau inflasi akan terjadi jika kenaikan jumlah M1 tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah barang/jasa yg diproduksi? nah disinilah kita harus berpikir sbg pemerintah (bukan produsen barang/jasa). sbg pemerintah tidak bisa menciptakan barang/jasa langsung, yg dia bisa lakukan cuma menggunakan fasilitas APBN untuk menentukan kmana saja uang bakal dia salurkan. yg dia bisa lakukan hanyalah menyalurkan dalam bentuk stimulus2 agar produsen2 memperbanyak produksi barang/jasanya, dan itu membutuhkan waktu yg lama. sementara di sisi lain, ketika jumlah permintaan barang/jasa meningkat pesat sbg akibat M1 yg naik, produsen tentu saja akan bersikap reaktif dgn menaikkan harga mereka, karena itulah akan terjadi inflasi besar. disini yg harus anda pikrikan untuk mengatasi inflasi yg tidak mungkin tidak, pasti akan terjadi.
Kalau menurut pemahaman Fraud anggaran yang ada sekarang akan tetap seperti sekarang dengan atau tanpa hak pemerintah untuk mencetak uang sejak dulu, ya biarlah begitu. Tidak berguna saya merelpy.
Proyek berjalan step by step, suplai barang oleh produsen diproduksi step by step, pembayaran berlangsung step by step, uang juga diciptakan step by step. Mengapa terus-menerus orang menuduh gagasan pemerintah boleh mencetak uang dengan imajinasi pemerintah mencetak setumpuk uang di muka dan membawa negara ke era hiperinflasi?
Apakah praktek bank komersial untuk menyalurkan kredit selama ratusan tahun di dunia, atau puluhan tahun di Indonesia telah menyebabkan hiperinflasi ala Zimbabwe?
Belum, dan selama mereka tidak memberikan kredit sesuka-hati bagi setiap orang yang ingin membeli barang-barang yg sudah eksis, kemungkinan tidak akan pernah terjadi.
Jadi mengapa kalau kepemilikan bank-bank itu dikembalikan sepenuhnya ke pemerintah akan menyebabkan hiperinflasi?
Fraud, saya hanya setuju uang dicetak pemerintah untuk membangun pekerjaan publik baru, tidak untuk membiayai keinginan konsumsi mereka sebagai sebuah organisasi. Saat tidak diperlukan proyek baru di sebuah negara, aksi printing money ini dihentikan. That's it.
Kalau dalam prakteknya, ada sebuah kurun waktu pendek di mana inflasi sedikit di atas biasanya memang benar terjadi, ya biarlah terjadi. Dalam jangka menengah-panjang, manfaat lebih besar dari kerugian.
Anda boleh semua artikel di sini, kalau Anda mau. Saya tidak ingin terus mengulang-ulang menulis hal yang sama. Bosan.
By the way, mengenai hiperinflasi Zimbabwe.. Apakah problem di negara itu adalah masalah printing money? hehe... Cobalah konsumsi 100 juta per bulan dengan produksi 10 juta per bulan. Lakukan terus-menerus.
Tanpa dominasi kekuasaan & militer atas rekan dagangmu, tak perlu terlalu lama, print money you are dead.. Not print money you are dead, faster!
@fraud Sudah saya bilang fraud, belum tentu kalau pemerintah yang mencetak uang pasti akan terjadi hiperinflasi. Dulu negara kolonial Pennsylvania pernah mengalami masa-masa tanpa inflasi. Padahal yang mencetak uang itu pemerintah. Itu karena meskipun pemerintah mencetak uang, uang itu akan kembali lagi ke pemerintah lewat pengembalian kredit dan bunga sehingga suplai uang stabil, dan bunga itu akan kembali ke masyarakat lewat proyek-proyek pemerintah untuk mencegah masalah impossible contract terjadi. Mengerti??!?!???
Saya juga sudah bilang, pemerintah tidak mencetak uang lagi bukan karena tidak efektif dan berdampak buruk,tapi karena kekuasaan mencetak uang sudah direbut secara paksa oleh para bankir. Lalu apakah jika kekuasaan ada di tangan bankir kehidupan akan lebih baik? Buktinya tidak berapa lama setelah Federal Reserve didirikan, Amerika malah mengalami tiga periode resesi-depresi yang paling mematikan sepanjang sejarah negara tersebut.
lupakan saja bung,jangan buang energi. susah ngarepin orang yang sotoy + ga bisa baca komprehensif, untuk bisa mau mengerti dulu pemikiran disini dan bisa berargumen pake otak bukan pake hormonnya.
akan selalu ada pro dan kontra @fraud: paling tidak ini gambaran yg mudah dicerna tentang apa yg sedang terjadi saat ini, IMO. apa anda punya teori/analisa lain?
Inflasi terjadi karena harga meningkat namun dya beli tetap atau menurun, jadi sepanjang pemerintah memperkuat daya beli masyarakatnya dengan mencetak uang, tidak akan pernah ada yang namanya Inflasi.... Inflasi hanya conspiracy dan ilusi...
namanya opini pasti ada pro dan kontra. cuma yg hanya kontra dgn kata2 kasar itu yg aneh, sudah baca keseluruhan atau belum? gambar yg dipajang itu hanya sekedar foto, bukan mewakili isi blog.
kl ada yg tidak setuju dengan opini pak bodhi, tinggal kasih argumen yg kuat... tidak setuju bagian mana dan alasannya apa. kl cuma bisa bilang goblok, tolol, dll... pasien RSJ jg bisa.
malah sy curiga sebenarnya org2 kasar itu tidak punya argumen yg kuat utk membantah postingan pak podhi, makanya hanya bisa menyerang sisi pribadi org lain.
Halo semuanya, saya SUWANDI dari indonesia. Saya menyarankan Anda semua di sini untuk tidak mengajukan pinjaman di mana-mana untuk perusahaan atau pemberi pinjaman di halaman web ini, sebagian besar perusahaan di sini adalah tipuan, penipuan dan penipuan, dan juga beberapa testimonial di sini salah, mereka adalah orang yang sama. Karena itu, tolong berhati-hatilah untuk tidak menjadi persekutuan mangsa Indonesia. Saya ditipu empat kali kira-kira Rp 200.000.000 untuk biaya registrasi, biaya transfer, bea cukai dan biaya asuransi, setelah pembayaran ini saya tidak mendapatkan pinjaman saya, tapi mereka meminta saya untuk membayar berkali-kali. Ini akan menarik minat Anda untuk mengetahui ada undang-undang tentang pembiayaan undang-undang atau peraturan dewan ini untuk mendapatkan pinjaman dari undang-undang pemberi pinjaman atau perusahaan mana pun. Saya bersyukur bahwa saya menerima pinjaman cepat sebanyak $ 250.000 dari perusahaan yang diperkenalkan teman saya Achmad Halima. Perusahaan pinjaman yang dapat dipercaya dan dapat dipercaya (ALEXANDER ROBERT). Mereka sekarang menjadi perusahaan terbesar di AS, Eropa dan seluruh Asia. Misi dan komitmen Anda kepada Alexander's Loan Company didedikasikan untuk meringankan impian Anda dan membantu kita semua yang telah ditipu dan ditipu dalam proses mendapatkan pinjaman segera, memberi Anda keramahan kelas dunia. Perusahaan Pinjaman Alexander atau pemberi pinjaman pinjaman tahu apa yang seharusnya ada di sepatu Anda dan mereka berusaha keras untuk tidak melupakan perasaan itu. Mereka akan mendapatkan kepercayaan Anda dengan mengkomunikasikan kepada Anda informasi yang perlu Anda ketahui, jika Anda perlu mengetahui dan hak untuk menawarkan pinjaman (pedagang pribadi atau pinjaman) dan layanan keuangan.
Saya sangat mengabdikan diri untuk membantu negara saya mendapatkan pinjaman dari penipuan dan segera, e-mail saya (suwandirobby01@gmail.com) atau (achmadhalima@gmail.com)
Hubungi saya atau (alexanderrobertloan@gmail.com) untuk informasi lebih lanjut, saya bersedia membantu. Tuhan memberkati kalian semua.
58 komentar:
hahaa.. betul jg.. tapi apa ga terjadi inflasi tuh tinggi jika banyak uang beredar..
Mungkin berkat adanya internet, sebagian rakyat AS sudah tahu rahasia penciptaan uang.
yup
kemaren rancangan undang2 kesehatan obama baru saja diloloskan oleh kongres, kira2 apa rahasia dibalik undang2 itu ya?
Siapa membayar siapa? Uang mengalir dari kantong siapa ke kantong siapa?
Yang mensponsori UU itu perusahaan asuransi yang mana? Perusahaan farmasi yang mana?
Government di mana2 sekarang hanyalah perpanjangan tangan korporat swasta.
interesting about US health care:
http://www.whatdoesitmean.com/index1353.htm
@anonim 10:29
isi artikelnya penuh propaganda orang2 tolol!!!
@ pohon bodhi
yup. inilah saatnya strategy ekomoni generasi ke 4. mendekati dengan pemerintah.
blognya keren coy..
salut, pembuat blog ini berani mengeksploitasi bidang yang tidak dikuasainya dengan baik. peace..
tapi tidak apa2, bahasan anda cukup bisa membuat saya ngakak sampai sakit perut siang ini.
keep dreaming fraud...
atas saya : ya keep dreaming, dan juga pembuat blog ini silakan keep dreaming untuk menghapus pajak dan diganti dgn mencetak uang.
sungguh analisis yang dangkal. silakan saya tantang pemilik blog ini untuk adu argumen tentang hal tsb.
@ Fraud:
Kalau ada blog atau tulisan dari fraud yg bisa jd pembanding atau lebih baik lg membuka kebenaran (menurut anda) akan sangat menarik bila diinfokan dimana bisa kita akses.
Saya pikir yg punya blog sekedar memberikan cara pandang baru dalam melihat suatu realita. Meskipun ada kesan sedikit frustrated dengan apa yg dilihat dr sisi itu. Karena seperti yg anda bilang sendiri, untuk merubah realitas yg berlangsung sekarang ini adalah bagaikan mimpi...
@ Fraud:
Kalau ada blog atau tulisan dari fraud yg bisa jd pembanding atau lebih baik lg membuka kebenaran (menurut anda) akan sangat menarik bila diinfokan dimana bisa kita akses.
Saya pikir yg punya blog sekedar memberikan cara pandang baru dalam melihat suatu realita. Meskipun ada kesan sedikit frustrated dengan apa yg dilihat dr sisi itu. Karena seperti yg anda bilang sendiri, untuk merubah realitas yg berlangsung sekarang ini adalah bagaikan mimpi...
atas gw : bukankah teori yg ada sekarang sudah menjelaskan dan menjawab semuanya?
justru dengan teori pembuat blog tsb kelemahan mendasar :
1) bagaimana menghimpun penerimaan negara sebesar lebih dari 1000 tril/tahun tanpa pajak?
2) jika jawabnya adalah mencetak uang, selanjutnya bagaimana untuk mengatasi hyperinflasi?
itu wacana utama yg harus diselesaikan oleh pencetus teori atau pendemo diatas (termasuk pemilik blog ini tentunya).
Foto ini bagi saya hanyalah sebuah gambar di mana sejumlah orang Amerika sedang melampiaskan kekesalan mereka karena pemerintah Amerika telah mencetak uang, menaikkan hutang negara untuk membailout perbankan mereka. Tagihannya kemudian dialamatkan ke pembayar pajak di sana.
Saya tak menyangka ada yang kemudian mengambil kesimpulan saya bermaksud mengatakan semua pajak harus diganti dengan mencetak uang.
Anyway... terima kasih atas komentar-komentar Anda.
Foto ini bagi saya hanyalah sebuah gambar di mana sejumlah orang Amerika sedang melampiaskan kekesalan mereka karena pemerintah Amerika telah mencetak uang, menaikkan hutang negara untuk membailout perbankan mereka. Tagihannya kemudian dialamatkan ke pembayar pajak di sana.
Saya tak menyangka ada yang kemudian mengambil kesimpulan saya bermaksud mengatakan semua pajak harus diganti dengan mencetak uang.
Anyway... Terima kasih atas komentar-komentar Anda.
to fraud : tolong baca sekali lg keseluruhan dr blog ini br anda komentar..jgn terlalu cepat menyimpulkan bung, anda jg tidak terlihat cerdas kok
@fraud:
lu emang sotoy atau ga bisa baca komprehensif? pliz use your BRAIN to think and argue, not your HORMONE!
Baca gambar itu saya langsung berkesimpulan bahwa ini adalah sebuah kritik plesetan bahwa kalau pemerintah bisa mengatasi segala masalah keuangan dengan hanya mencetak uang, lalu kenapa juga pemerintah menarik pajak dari rakyat untuk pembangunan atau lainnya. Ini jelas pernyataan bodoh, jadi saya kira agar ini dibaca ini sebagai sebuah kritik plesetan saja. Oman, Qatar, Kuwait, Arab Saudi saya dengan disana tidak ada pajak.
@atas gw : negara2 yg anda sebut (oman, qatar, kuwait, arab saudi) semua memungut pajak.
tidak ada negara d dunia ini yg tidak memungut pajak kecuali Tax Haven contries yg terdiri dari negara-negara kecil.
@atas gw : negara2 yg anda sebut (oman, qatar, kuwait, arab saudi) semua memungut pajak.
tidak ada negara d dunia ini yg tidak memungut pajak kecuali Tax Haven contries yg terdiri dari negara-negara kecil.
@atas gw : negara2 yg anda sebut (oman, qatar, kuwait, arab saudi) semua memungut pajak.
tidak ada negara d dunia ini yg tidak memungut pajak kecuali Tax Haven contries yg terdiri dari negara-negara kecil.
Membaca gambar tersebut, saya langsung mengartikan ini sebagai sebuah kritik plesetan saja, bahwa kalau pemerintah bisa cetak uang untuk melakukan bailout, maka kenapa juga pemerintah tidak mencetak uang untuk mengatasi kemiskinan dan lain-lain sehingga tidak membebankan rakyat. Ini jelas tulisan bodoh, namun harus dibaca dari sisi lain bahwa ini sebuah kritisi dari orang-2 yang pasrah. Apakah bisa sebuah negara tidak menerapkan pajak, saya nggak tau tapi saya pernah dengar Oman, Qatar, Kuwait, Arab Saudi adalah negara2 yang tidak menerapkan pajak. Mungkin dengan cara berbagi dengan sesama pajak tidak perlu lagi diterapkan he..he... Celakanya saat ini kita bayar pajak tapi uangnya digunakan untuk membiayai kegiatan2 yang inefisien/seremonial, membiayai kemewahan pegawai negara yang korup, membiayai kemewahan para anggota dewan dan membailout Bank yang collaps. Tindakan2 bailout hanyalah untuk menyelamatkan muka pemerintah dari dampak ‘sistemik’?. tapi efeknya sangat buruk bagi rakyat kecil karena inflasi. Kejadian tersebut menurut saya akan terus berlangsung, karena sistem gali lubang tutup lubang (GLTL),. GLTL sudah menggurita disemua negara. Kalau diusut lagi kenapa GLTL terjadi ya karena adanya Bunga yang dikenakan para Bankir. Wallahua’lam
Membaca gambar tersebut, saya langsung mengartikan ini sebagai sebuah kritik plesetan saja, bahwa kalau pemerintah bisa cetak uang untuk melakukan bailout, maka kenapa juga pemerintah tidak mencetak uang untuk mengatasi kemiskinan dan lain-lain sehingga tidak membebankan rakyat. Ini jelas tulisan bodoh, namun harus dibaca dari sisi lain bahwa ini sebuah kritisi dari orang-2 yang pasrah. Apakah bisa sebuah negara tidak menerapkan pajak, saya nggak tau tapi saya pernah dengar Oman, Qatar, Kuwait, Arab Saudi adalah negara2 yang tidak menerapkan pajak. Mungkin dengan cara berbagi dengan sesama pajak tidak perlu lagi diterapkan he..he... Celakanya saat ini kita bayar pajak tapi uangnya digunakan untuk membiayai kegiatan2 yang inefisien/seremonial, membiayai kemewahan pegawai negara yang korup, membiayai kemewahan para anggota dewan dan membailout Bank yang collaps. Tindakan2 bailout hanyalah untuk menyelamatkan muka pemerintah dari dampak ‘sistemik’?. tapi efeknya sangat buruk bagi rakyat kecil karena inflasi. Kejadian tersebut menurut saya akan terus berlangsung, karena sistem gali lubang tutup lubang (GLTL),. GLTL sudah menggurita disemua negara. Kalau diusut lagi kenapa GLTL terjadi ya karena adanya Bunga yang dikenakan para Bankir. Wallahua’lam
@atas gw :
1) negara2 yg anda sebut semua menganut sistem pajak. silakan disearch lagi di google dgn keyword taxation.
2) bailout menggunakan dana LPS bukanlah bersumber dari dana APBN, jadi tidak ada hubungannya dgn APBN maupun uang pajak. dana LPS berasal dari premi bank2 peserta penjaminan (sepeti mekanisme asuransi)
LPS atau apalah sama aja bung itu juga uang masuk kepemerintah yang diambil dari pengusaha, Pajak juga pemasukan pemerintah yang diambil dari pengusaha/ perorangan. tetep aja ujung2nya menyusahkan rakyat karena unsur cost LPS, maka COF Bank akan meningkatkan, kredit jadi mahal, harga produk yang dibuat pengusaha jadi naik.
atas gw : elo org yg sama dgn yg diatas ya?
dibaca dulu baik2 bung, yg gw kritisi adalah ketika org diatas nyebut bayar pajak tapi dia kaitkan dgn uang LPS yg untuk bailout bank, itu yg gw kritisi karena jelas ga tepat.
lagian yg lo bilang bahwa iuran LPS mempengaruhi COF tuh salah besar bung. COF itu bergantung pada suku bunga deposito n tabungan yg berarti bergantung pada BI rate.
@fraud : anda pembantunya keluarga rokiburger ya??
Ambil yang anda rasa cocok dengan anda dan lupakan yang tidak cocok dengan anda. Karena tidak ada seorangpun yang bisa memastikan sapa yang benar.. Setiap orang di berikan hak untuk memiliki pertimbangannya sendiri. apa yang bagi mereka benar dan salah.
Perdebatan hanya menjadi pemaksaan kehendak merupakan pelanggaran pelanggaran Hak orang lain.
Saya menikmati postingan blog ini maka sampai sekarang saya masi mengikuti blog ini.. bagaimana dengan anda?? itu hak anda
@bocah klepu : cuma itu saja argumen yg bisa anda ajukan untuk menyanggah opini saya? so pathetic dude.
ayo ajukan argumentasi yg lebih berbobot dari sekedar judgement non sense seperti anak TK. hehehe.
@freud
pertama : itu bukan argumen, bukannya sudah diberi tanda ?? berarti itu pertanyaan (dimengerti?!?!?!)
kedua : setidaknya isi blog ini memberikan cara pandang lain trhadap krisis sekarang ini
ketiga : tidak ada judgement non sense thdp anda??
keempat : ..nunggu argumen dari anda
kelima : maaf jadi bingung
@fraud
Harap diketahui bahwa pemerintah kolonial Pennsylvania dari tahun 1723-1751 tidak mengenakan pajak sama sekali untuk membayar biaya operasionalnya. Mereka hanya mengambil hak mencetak uang dari para bankir swasta kemudian meminjamkan uang kepada rakyatnya dan menggunakan bunga yang mereka peroleh untuk menggantikan pajak.
Kalau tidak percaya baca saja "The Lost Science of Money" atau "Web of Debt"
@urashi :
harap dibaca baik2 dan dipahami juga ucapan saya di atas adalah untuk mengcounter pendapat yg bilang di arab sana bebas pajak. kenyataannya? faktanya? tetap saja di arab dan timur tengah sana memungut pajak. anda ga percaya? silakan google dgn keyword taxation around the world atau taxation in arab misalnya.
jadi sebelum mengcounter pernyataan saya harap dibaca dan dipahami dulu baik2 agar tidak terjadi missunderstanding kaya gini. lagian yg kita bicarakan itu jaman skrg. apakah negara2 pensylvania itu tetap tidak ada pajak sampai skrg? silakan sebutkan negara2 tsb.
@Urashi
Saya rasa saya sudah benar memahami ucapan anda. Baca lagi komentar-komentar anda terutama yang di awal. Anda tidak percaya kan kalau negara tidak bisa tidak memungut pajak untuk bisa beroperasi?
Buktinya pemerintah kolonial Pennsylvania (dan juga pemerintah kolonial lainnya di Amerika) dulu pernah melakukannya, karena hak mencetak dan mengedarkan uang masih ada di tangan pemerintah.
Sekarang hak untuk mencetak uang ada di tangan bank sentral dan bankir swasta, sehingga pemerintah hanya bisa meminjam. Karena itu pajak diperlukan, salah satunya untuk membayar bunga pinjaman kepada para bankir itu.
@Urashi :
of course, tentu aja pemerintah bisa menerapkan kebijakan semaunya untuk negaranya, mungut pajak bisa, ga mungt pajak juga bisa, cetak uang seenaknya juga bisa.
TAPI, apakah itu bagus? jawabanyya TIDAK! lihat contoh anda sendiri, saya tanya, apakah negara2 di wilayah yg anda sebut tadi sampai sekarang Tetap TIDAK MEMUNGUT PAJAK? hehehe, silakan sebut negara di wilayah yg anda sebut tadi yg sampai skrg tidak memungut pajak.
artinya apa? jelas karena sistem pemerintah cetak uang itu tidak efektif dan berdampak buruk dibanding memungut pajak. biar saya kasih clue agar pikiran anda terbuka trhadap ancaman masalah ekonomi yg satu ini : HYPERINFLATION.
@urashi lagi :
ada contoh bagus tntang case yg saya ajukan : Zimbabwe. bagus untuk komparasi anda betapa menghimpun pendapatan negara tanpa pajak dan dengan cara mencetak uang malah menghancurkan negara itu sendiri.
sekali lagi kuncinya cuma 1 : Hyperinflation. bagaimana inflasi tidak membumbung tinggi jika uang ratusan triliun sebesar 60% anggaran yang seharusnya ditarik dari masyarakat melalui pajak teta[ dibiarkan beredar di masyarakat karena negara berhenti memungut pajak dan menggantinya dgn mencetak uang.
itu isu terbesar teori pohonbodhi yg harus dijawab dgn baik dan rasional. rasional dalam arti teknikal dan aplikatif, bukan hanya jawaban ngambang berdasar impian dan angan2 tetapi ketika diminta menjabarkan pengaplikasiannya malah bingung.
Sebenarnya, hanya butuh beberapa jam untuk membaca blog ini, dibanding beberapa ratus jam untuk menulisnya.
Isu printing money, hiperinflasi, sudah berkali-kali saya posting. Yang mau mencari akan menemukan.
Sedikit bahan imajinasi bagi Anda untuk pertanyaan tanpa akhir ini:
Kalau 1 milyar boleh diciptakan untuk membangun rumahmu, 1 milyar juga boleh diciptakan untuk membangun jalan di kotamu. Uang untuk membangun jalan tidak harus diambil dari uang untuk membangun rumah.
Ini konsep yang paling basic. Kalau inipun tidak bisa disepakati, saya khawatir memang tidak ada lagi yang bisa dibahas.
Bila kesimpulan yang Anda dapatkan dari kehidupan Anda selama ini adalah:
Karena sistem sekarang telah bertahan lama, & itu pasti karena dia lebih "bagus", ya so be it..
Bukan saya untuk menentukan apakah Anda benar atau salah.
@pohonbodhi :
seperti yang saya bilang, yg kita butuhkan itu adalah solusi yg tidak hanya 'ngambang' dan imajinatif. sejauh yg saya baca , solusi yg anda tawarkan adalah mencetak uang sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat, dan buat saya itu imajinatif dan tidak bisa menjawab fenomena hyperinflasi yg akan terjadi.
gambaran singkatnya mari kita sederhanakan saja masalah hyperinflasi ini :
perbedaan utama menarik pajak dan printing money (jika diaplikasikan ke indo) adalah printing money akan menyebabkan uang beredar di masyarakat (M1) lebih banyak 600-700 triliun dibanding dgn menarik pajak. nah kenaikan uang M1 sebanyak itu (70% anggaran dan 35% total peredaran uang normal) tentu akan menyebabkan inflasi yg over. disitulah poin utamanya, jadi bukan karena perbedaan sepakat tidaknya tentang membangun rumah atau bangun jalan tadi. anda pasti mengerti kan maksud saya? nah solusi aplikatif seperti apa yg bisa anda kemukakan untuk mencegah ancaman hyperinflasi tsb? siapapun yg mencetak uang tetap saja bahaya hyperinflasi akan sangat mengancam.
kecuali kalau anda tetap setuju adanya pajak, dialog akan terclose dgn sendirinya karena kesan yg saya dapat dari pendapat anda (serta urashi) skrg adalah bahwa pajak itu tidak perlu karena pemerintah bisa mencetak uang.
kesimpulan saya masih sama : sistem yg skrg jelas masih ada cacatnya, tetapi sistem yg skrg jauh lebih baik dibanding sistem pemerintah mencetak uang (dan tanpa ada pemungutan pajak).
mari berdiskusi tentang masalah ini.
@pohonbodhi lagi :
biar saya koreksi sedikit masalah konsep dasar/perumpamaan yg anda bilang tadi.
anda bilang Kalau 1 milyar boleh diciptakan untuk membangun rumahmu, 1 milyar juga boleh diciptakan untuk membangun jalan di kotamu. Uang untuk membangun jalan tidak harus diambil dari uang untuk membangun rumah.
saya setuju masalah itu, tapi harus anda ingat konsep seperti itu berarti anda sedang membicarakan ANGGARAN BELANJA, yaitu kemana atau buat apa uang yg 'diciptakan' akan digunakan.
sedangkan masalah PRINTING MONEY dan ISU PAJAK yang sedang kita bicarakan adalah masalah/konsep tentang ANGGARAN PENDAPATAN, yaitu darimana uang tsb diperoleh.
Fraud, memang itu yang sedang saya bicarakan. Darimana uang diperoleh.
Anda percaya kalau tidak ada pajak maka anggaran negara pasti akan jeblok, pendapatan pemerintah tidak mungkin mengcover pengeluaran? Mengandalkan printing money SEKARANG untuk membayar tagihan akan menyebabkan inflasi sangat tinggi?
Anda 100% benar Fraud.
Tetapi, bukan konsep pemerintah memprinting money itu sendiri yang salah. Sistem suplai uang di seluruh negara sudah dimulai tanpanya (government printing debt free money), mengapa sekarang, saat kebangkrutan berbagai pemerintahan sudah di depan mata baru orang berharap mukjizat darinya?
Coba kamu pikirkan:
Mengapa anggaran setiap negara tampak seperti yang ada sekarang?
Di sisi pendapatan, berapa banyak uang yang telah dicetak pemerintah dan dibelanjakan untuk pembangunan (debt free) selama ini? Tidak ada.
Di sisi pengeluaran:
Sudah berapa banyak hutang yg diakumulasikan sejak mereka merdeka? Berapa banyak pembayar pajak mereka sudah membayar, dan berapa banyak aset negara yang sudah dijual untuk membayar kreditur mereka?
Dan mengapa skala pemerintahan (parlemen, kepolisian, kejaksaan, & semua PNS lainnya) berkembang sedemikian besar yang membutuhkan begitu besar dana untuk membiayai operasional mereka?
Baru sekarang kita menganalisa masalah. Kalau sejak awal sistem ini dimulai dengan skenario yang lain, di mana pemerintah bisa mencetak uang dalam batas-batas tertentu setiap tahun, apakah anggaran masing-masing negara masih akan sama seperti sekarang? Apakah pengeluaran mereka masih akan seperti sekarang?
Kalau seorang pasien narkoba setiap hari menyuntik dosis besar obat bius ke tubuhnya, akan tiba waktunya ketika solusi apapun yang sebenarnya ada tidak akan bisa lagi menyelamatkan nyawanya.
Semua praktek healthy lifestyle akan menjadi omongan sia-sia untuknya.
Tidak ada pain-free solution yang bisa saya bayangkan kawan. Sistem moneter di planet ini harus disetting ulang.
Mungkin Anda akan kembali mengatakan kata-kata ini tidak realistis, tidak applicable, tapi kenyataannya memang begitu. Melanjutkan sistem sekarang, saya benar-benar tidak melihat titik terang.
Sampai di sini Anda memahami saya? Sekali lagi, tidak ada pain-free solution. SUDAH TERLAMBAT.
Saya menulis blog ini hanya untuk berbagi pendapat saya atas asal-muasal masalah, dan siapa yang paling bertanggungjawab atasnya.
Mengenai pain-free solution.. Sorry, tidak ada solusi di kepala saya tanpa ada pihak yang harus dirugikan.
Private bankers juga manusia, mereka juga akan memperjuangkan kepentingan mereka..
Khusus mengenai masalah pajak-printing money, sepertinya ini yang Anda paling tertarik... Pajak adalah simbol Negara berkuasa atas rakyatnya! Seminim-minimnya, pajak atas tanah.
Jadi, adalah irelevan kita bertanya apakah tanpa pajak pemerintah bisa berjalan. Bukan itu masalahnya kawan. Pajak mewakili penyerahan kekuasaan individu kepada komunitas tempat dia tinggal. It's a surrender of individuals towards State.
Negara tanpa pajak bukanlah sebuah negara. It's a free-man's land.
@pohonbodhi :
seperti yang sudah saya bilang di awal, siapapun yg mencetak uang itu bukan permasalahan utama, permasalahan utama adalah hyperinflasi.
sekarang coba anda bayangkan, apakah ketika hak menciptakan uang kembali ke pemerintah lantas pemerintah akan mencetak uang begitu saja? tentu tidak, karena hyperinflasi adalah hal yg harus dihindari.
hal ini tentu relevan untuk menjawab pertanyaan2 anda tentang anggaran skrg. tentu saja pemerintah tetap memilih untuk memungut pajak ketimbang mencetak uangnya sendiri, ya karena faktor inflasi tadi. skrg anda membicarakan sistem anggaran yg skrg kenapa kita berhutang terus untuk membuayai pengeluaran (yg lebih besar dari pendapatan), saya bisa jawab, itu semua adalah pilihan bung. ketika pemerintah memilih menggunakan anggaran defisit, itulah yg terjadi. dlm anggaran defisit kita menentukan dulu pengeluaran kita, baru dicari dana untuk membiayai pengeluaran tsb, kalau pendapatan (baca : 70% pajak) kurang cukup, tentu pemerintah akan mencari sumber dana lain.
kita tentu aja bisa membuat anggaran pengeluaran lebih kecil drpada pendapatan (surplus), misal dgn men set pengeluaran kita cuma di kisaran 800 tril/tahun yg lebih kecil dari penerimaan APBN per tahun. namun apakah itu bijaksana? tentu tidak. dgn belanja yg 1000 tril saja kondisi kita spt ini, apalagi dgn 800 tril.
kalaupun misal anda beranggapan bahwa hutang untuk memnutup APBN bisa diganti dgn mencetak uang, tetap saja kita akan kembali ke ancaman dasar sistem ini : hyperinflation.
Tentu saja tidak ada yang menginginkan hiperinflasi Fraud. Saya memang tidak pernah menyarankan pemerintah mencetak uang tanpa limit setiap tahun.
Anda lagi2 tidak menangkap maksud saya. Pengeluaran 1000T per tahun saat ini tidak akan terjadi kalau sejak awal pemerintah mencetak uang sendiri untuk pembangunan.
Inflasi yang Anda khawatirkan tampaknya adalah kenaikan harga barang. Pertambahan suplai uang tidak lantas akan menaikkan harga kawan, tergantung apa yang dilakukan dengan uang itu.
Menciptkan uang untuk membangun gedung & infrastruktur BARU berbeda dengan menciptakan uang untuk membeli bangunan & infrastruktur yang sudah eksis.
Bukan karena pemerintah menambah suplai uang 50% lantas harga naik 50%, semuanya tergantung ke mana uang itu mengalir.
Jalan, pembangkit listrik, suplai air, pelabuhan, dan gedung-gedung pemerintahan, ini one-time investment. Selesai dibangun, setiap tahun hanya ada cost maintenance. Bahkan sebagian bisa menghasilkan profit.
Kalau pendanaannya tidak dilakukan dengan cara yang salah, tidak akan aneh kalau belanja tahunan berbagai negara sekarang bisa tinggal 50%, bahkan kurang.
Tentu saja, ini juga dengan asumsi negara tidak memiliki sekumpulan pegawai korup yang selalu ingin menghamburkan uang negara.
Mencetak uang + pajak bukan mimpi kosong sebagai sumber penerimaan pemerintah tanpa mengorbankan pembangunan. Hiperinflasi bukan satu-satunya kemungkinan dari tindakan ini. Kehidupan yang lebih baik juga bisa menjadi akibatnya.
Siapa yang mencetak uang adalah masalah (bagi saya). Berdagang dan mencari profit adalah hak setiap orang, tetapi suplai uang sebuah negara tidak untuk diprofitkan. Kalaupun harus diprofitkan, keuntungannya harus dikembalikan ke negara.
Bukannya saya menganggap pemerintah lebih bermoral dari bankir swasta, tetapi manfaat (profit) dari penciptaan uang sewajarnya diberikan kepada publik (lewat pemerintah) daripada kepada segelintir pihak swasta menurutku.
@fraud
kamu pegawai pajak yah?
keliatannya gitu, soalnya tidak bisa melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, terlalu sok pintar, padahal cuma pengin menyelamatkan diri sendiri. Oh iya, belum ada bankir yang nyasar ke blog ini yah pasti deh mencak2 kaya si fraud yang seperti namanya suka melakukan "fraud". Bela saja instansimu fraud, toh Mr Pohon Bodhi disini juga sekedar menyampaikan suatu realitas berdasarkan sudut pandang yang lain dari yang selama ini dicekokan ke mulut kita semua melaui jalur pendidikan formal. Sistem saat ini ada baiknya, sistem dari sudut pandang pohon bodhi juga ada baiknya, kalo dikolaborasikan sisi baiknya tentu menjadi lebih baik buat perekonomian negeri ini.
Mengenai kondisi negara kita yang masih carut marut ini meskipun dengan anggaran yang 1000T itu juga jadi sorotan. Pasti pegawai pajak akan lari dari masalah kalo ditanya pengeluaran APBN kita yang selangit tapi tidak efektif (seharusnya setiap elemen pemerintah mulai berpikir saling terkait dalam sebuah sistem, kecuali anda staf PNS rendahan tentu tak berpikir koordinasi, yang penting perut kenyang selesai). kalo memang pemerintah tidak efektif lebih baik tidak ada pemerintah. dari kedaulatan, keamanan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dll indonesia sudah sangat terpuruk karena tidak adanya rasa cinta tanah air dan cinta kepada rakyat. puyeng dan emosi sendiri lah karo mikirin negara ini.
@anonim atas gw :
singkat aja bung, saya tampaknya tidak perlu menanggapi anda dgn asumsi sok tahu anda dan kalimat anda yg ini :
Pasti pegawai pajak akan lari dari masalah kalo ditanya pengeluaran APBN kita yang selangit tapi tidak efektif (seharusnya setiap elemen pemerintah mulai berpikir saling terkait dalam sebuah sistem, kecuali anda staf PNS rendahan tentu tak berpikir koordinasi, yang penting perut kenyang selesai).
hahaha, saya ketawa terbahak2 dgn pernyataan anda yg satu itu, sungguh anda tidak tahu apa2 tapi hanya bisa menghujat non sense. biar saya jelaskan hal paling dasar kepada anda bung, pajak itu merupakan fungsi penerimaan negara yg hanya berwenang mencari uang masuk, bukan fungsi pengatur pengeluaran atau tukang alokasi anggaran. jadi masalah belanja 1000 tril ga efektif, jangan tanyakan ke fungsi penerimaan dong, tanyakan ke fungsi pengeluaran (tiap2 departemen). kalau anda hal spt itu saja tidak paham, bgmana bisa anda bersikap sok tau spt itu? sekali lagi saya cuma bisa tertawa lihat koment anda.
@pohonbodhi :
saya tahu maksud anda. tapi mari kita berpikir dari sudut pandang pemerintah dan anggaran, karena teori anda pun mengacukan fungsi mencetak uang ke pemerintah. ketika kita bicara anggaran, maka 1 hal paling mendasar yg harus kita tau adalah anggaran = perencanaan. dari situ saja bukankah sudah terlihat bahwa anggaran belanja 1000 tril tetap akan terjadi siapapun pencetak uangnya, karena 1000 tril itu direncanakan dari awal (belanja subsidi, belanja pegawai, infrastruktur, dll), sebelum kita tahu darimana saja sumber dananya (entah pajak, hutang, atau mencetak uang spt yg anda bilang).
inflasi yg saya maksudkan adalah demand pull inflation, yaitu kenaikan harga karena penambahan uang beredar (M1). M1 disini bukan berart uang yg dipegang di masyarakat saja ,tapi juga termasuk uang yng dibelanjakan dalam bentuk belanja pemerintah. anda tentu setuju kan kalau inflasi akan terjadi jika kenaikan jumlah M1 tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah barang/jasa yg diproduksi? nah disinilah kita harus berpikir sbg pemerintah (bukan produsen barang/jasa). sbg pemerintah tidak bisa menciptakan barang/jasa langsung, yg dia bisa lakukan cuma menggunakan fasilitas APBN untuk menentukan kmana saja uang bakal dia salurkan. yg dia bisa lakukan hanyalah menyalurkan dalam bentuk stimulus2 agar produsen2 memperbanyak produksi barang/jasanya, dan itu membutuhkan waktu yg lama. sementara di sisi lain, ketika jumlah permintaan barang/jasa meningkat pesat sbg akibat M1 yg naik, produsen tentu saja akan bersikap reaktif dgn menaikkan harga mereka, karena itulah akan terjadi inflasi besar. disini yg harus anda pikrikan untuk mengatasi inflasi yg tidak mungkin tidak, pasti akan terjadi.
@fraud
bacot pake framework ekonomi buatan Rokilburger-mu dah selesai kah?
Kalau menurut pemahaman Fraud anggaran yang ada sekarang akan tetap seperti sekarang dengan atau tanpa hak pemerintah untuk mencetak uang sejak dulu, ya biarlah begitu. Tidak berguna saya merelpy.
Proyek berjalan step by step, suplai barang oleh produsen diproduksi step by step, pembayaran berlangsung step by step, uang juga diciptakan step by step. Mengapa terus-menerus orang menuduh gagasan pemerintah boleh mencetak uang dengan imajinasi pemerintah mencetak setumpuk uang di muka dan membawa negara ke era hiperinflasi?
Apakah praktek bank komersial untuk menyalurkan kredit selama ratusan tahun di dunia, atau puluhan tahun di Indonesia telah menyebabkan hiperinflasi ala Zimbabwe?
Belum, dan selama mereka tidak memberikan kredit sesuka-hati bagi setiap orang yang ingin membeli barang-barang yg sudah eksis, kemungkinan tidak akan pernah terjadi.
Jadi mengapa kalau kepemilikan bank-bank itu dikembalikan sepenuhnya ke pemerintah akan menyebabkan hiperinflasi?
Fraud, saya hanya setuju uang dicetak pemerintah untuk membangun pekerjaan publik baru, tidak untuk membiayai keinginan konsumsi mereka sebagai sebuah organisasi. Saat tidak diperlukan proyek baru di sebuah negara, aksi printing money ini dihentikan. That's it.
Kalau dalam prakteknya, ada sebuah kurun waktu pendek di mana inflasi sedikit di atas biasanya memang benar terjadi, ya biarlah terjadi. Dalam jangka menengah-panjang, manfaat lebih besar dari kerugian.
Anda boleh semua artikel di sini, kalau Anda mau. Saya tidak ingin terus mengulang-ulang menulis hal yang sama. Bosan.
By the way, mengenai hiperinflasi Zimbabwe.. Apakah problem di negara itu adalah masalah printing money? hehe... Cobalah konsumsi 100 juta per bulan dengan produksi 10 juta per bulan. Lakukan terus-menerus.
Tanpa dominasi kekuasaan & militer atas rekan dagangmu, tak perlu terlalu lama, print money you are dead.. Not print money you are dead, faster!
@fraud
Sudah saya bilang fraud, belum tentu kalau pemerintah yang mencetak uang pasti akan terjadi hiperinflasi. Dulu negara kolonial Pennsylvania pernah mengalami masa-masa tanpa inflasi. Padahal yang mencetak uang itu pemerintah. Itu karena meskipun pemerintah mencetak uang, uang itu akan kembali lagi ke pemerintah lewat pengembalian kredit dan bunga sehingga suplai uang stabil, dan bunga itu akan kembali ke masyarakat lewat proyek-proyek pemerintah untuk mencegah masalah impossible contract terjadi. Mengerti??!?!???
Saya juga sudah bilang, pemerintah tidak mencetak uang lagi bukan karena tidak efektif dan berdampak buruk,tapi karena kekuasaan mencetak uang sudah direbut secara paksa oleh para bankir. Lalu apakah jika kekuasaan ada di tangan bankir kehidupan akan lebih baik? Buktinya tidak berapa lama setelah Federal Reserve didirikan, Amerika malah mengalami tiga periode resesi-depresi yang paling mematikan sepanjang sejarah negara tersebut.
@pohonbodhi+@urashi tentang @fraud :
lupakan saja bung,jangan buang energi. susah ngarepin orang yang sotoy + ga bisa baca komprehensif, untuk bisa mau mengerti dulu pemikiran disini dan bisa berargumen pake otak bukan pake hormonnya.
#sarcasm
Padahal hanya bermula dari pertanyaan sindiran.... ^^
@Fraud :
Orang sudah membahas dan diskusi dapet 1 bulet pizza, ehh..anda ngeloyor masuk cuma ngebahas 1 potong pizza.....
akan selalu ada pro dan kontra
@fraud:
paling tidak ini gambaran yg mudah dicerna tentang apa yg sedang terjadi saat ini, IMO. apa anda punya teori/analisa lain?
Akhirnya selesai juga.
Gpp Pak Pohon Bodhi, semakin tinggi pohon, semakin besar angin berhembus.
Komentar Fraud juga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Inflasi terjadi karena harga meningkat namun dya beli tetap atau menurun, jadi sepanjang pemerintah memperkuat daya beli masyarakatnya dengan mencetak uang, tidak akan pernah ada yang namanya Inflasi.... Inflasi hanya conspiracy dan ilusi...
namanya opini pasti ada pro dan kontra. cuma yg hanya kontra dgn kata2 kasar itu yg aneh, sudah baca keseluruhan atau belum? gambar yg dipajang itu hanya sekedar foto, bukan mewakili isi blog.
kl ada yg tidak setuju dengan opini pak bodhi, tinggal kasih argumen yg kuat... tidak setuju bagian mana dan alasannya apa. kl cuma bisa bilang goblok, tolol, dll... pasien RSJ jg bisa.
malah sy curiga sebenarnya org2 kasar itu tidak punya argumen yg kuat utk membantah postingan pak podhi, makanya hanya bisa menyerang sisi pribadi org lain.
@fraud
siapa yg mencetak uang (dan aturan mainnya) tentu jadi masalah. bagaimana kalau hak mencetak uang ada ditangan anda?
Bagaimana cara memindahkan hak cetak uang ke pemerintah kembali?
BERITA BAIK BERITA BAIK
Halo semuanya, saya SUWANDI dari indonesia. Saya menyarankan Anda semua di sini untuk tidak mengajukan pinjaman di mana-mana untuk perusahaan atau pemberi pinjaman di halaman web ini, sebagian besar perusahaan di sini adalah tipuan, penipuan dan penipuan, dan juga beberapa testimonial di sini salah, mereka adalah orang yang sama. Karena itu, tolong berhati-hatilah untuk tidak menjadi persekutuan mangsa Indonesia. Saya ditipu empat kali kira-kira Rp 200.000.000 untuk biaya registrasi, biaya transfer, bea cukai dan biaya asuransi, setelah pembayaran ini saya tidak mendapatkan pinjaman saya, tapi mereka meminta saya untuk membayar berkali-kali. Ini akan menarik minat Anda untuk mengetahui ada undang-undang tentang pembiayaan undang-undang atau peraturan dewan ini untuk mendapatkan pinjaman dari undang-undang pemberi pinjaman atau perusahaan mana pun. Saya bersyukur bahwa saya menerima pinjaman cepat sebanyak $ 250.000 dari perusahaan yang diperkenalkan teman saya Achmad Halima. Perusahaan pinjaman yang dapat dipercaya dan dapat dipercaya (ALEXANDER ROBERT). Mereka sekarang menjadi perusahaan terbesar di AS, Eropa dan seluruh Asia. Misi dan komitmen Anda kepada Alexander's Loan Company didedikasikan untuk meringankan impian Anda dan membantu kita semua yang telah ditipu dan ditipu dalam proses mendapatkan pinjaman segera, memberi Anda keramahan kelas dunia. Perusahaan Pinjaman Alexander atau pemberi pinjaman pinjaman tahu apa yang seharusnya ada di sepatu Anda dan mereka berusaha keras untuk tidak melupakan perasaan itu. Mereka akan mendapatkan kepercayaan Anda dengan mengkomunikasikan kepada Anda informasi yang perlu Anda ketahui, jika Anda perlu mengetahui dan hak untuk menawarkan pinjaman (pedagang pribadi atau pinjaman) dan layanan keuangan.
Saya sangat mengabdikan diri untuk membantu negara saya mendapatkan pinjaman dari penipuan dan segera, e-mail saya (suwandirobby01@gmail.com) atau (achmadhalima@gmail.com)
Hubungi saya atau (alexanderrobertloan@gmail.com) untuk informasi lebih lanjut, saya bersedia membantu. Tuhan memberkati kalian semua.
Posting Komentar