Selasa, 24 Maret 2009

The Lost Science of Money

Sudah lebih dari 4 bulan sejak saya pertama kali membuat blog ini. Hasilnya… saya tidak tahu pasti, tetapi saya menduga ada sekitar 1200 - 1500 orang di Indonesia yang pernah mengklik blog ini.

Dari 1200 - 1500 orang ini, saya menduga ada sekitar 150 – 200 orang yang berhasil saya ajak untuk meneliti lebih lanjut topik ini, sisanya adalah orang-orang yang secara kebetulan datang ke sini, dan juga orang-orang yang hanya datang sekali dan kemudian tidak berminat untuk mencari tahu lebih lanjut.

Ditambah dengan penjualan buku yang saya terbitkan tahun 2007 lalu (Masa Lalu Uang & Masa Depan Dunia), saya menduga hanya ada sekitar 1500 - 2000 orang yang berhasil saya jangkau.

Indonesia memiliki sekitar 230 juta penduduk, 2000 orang adalah 0,00087% darinya. Saya tidak tahu pasti ada berapa website yang membahas topik ini di Indonesia, terutama yang lebih khusus mengenai topik uang, tetapi saya menduga persentase penduduk negara ini yang pernah mendapatkan informasi sejenis masih sangat-sangat minim jumlahnya.

Saya cukup kagum dengan bisnis MLM, karena hampir semua MLM di Indonesia tampaknya bisa dengan “mudah” mencapai angka puluhan ribu member. Dan bila digabungkan semua MLM-MLM beken seperti Amway, CNI, atau Tianshi, dsb, anggota MLM di Indonesia bisa saja mencapai berjuta-juta orang. Artinya, beberapa persen dari penduduk Indonesia adalah member MLM, baik partisipan aktif maupun pasif.

Saya kadang-kadang penasaran, seandainya semangat multi-level ini bisa dipraktekkan untuk menyebarkan pesan-pesan seperti yang ada di website / blog semacam ini, mungkin kita-kita juga bisa menggerakkan massa untuk menuntut perubahan sistem moneter yang lebih adil, baik di Indonesia, maupun di dunia.

Kalau di MLM yang mayoritas partisipannya rugi saja anggotanya di Indonesia bisa menembus jutaan orang, bersediakah partisipan-partisipan yang sama ini menggunakan sebagian kecil waktu mereka untuk ikut menyebarkan informasi-informasi seperti yang ada di sini? Potensi kerugian bagi mereka adalah nol. Tidak perlu membeli produk, tidak perlu membeli tiket seminar, dan tidak perlu mentraktir siapa-siapa untuk duduk-duduk di kedai kopi sambil membagi peluang “bisnis.”

Saya tidak tahu Anda berpikir bagaimana, tetapi menurut saya, tanpa massa, semua percobaan kita akan berakhir sia-sia. Hanya membuang-buang waktu saja. Untuk itu, saya harapkan Anda semua untuk ikut berpartisipasi dalam percobaan ini.

Saya tidak meminta Anda untuk mempromosikan blog ini secara khusus, silahkan Anda mempromosikan website-website lain yang menurut Anda lebih baik, yang saya minta adalah Anda, dalam waktu senggang Anda, untuk mulai bercerita kepada teman-teman Anda mengenai topik ini (debt based money system & riba perbankan). Hanya perlu modal mulut, tak perlu mengeluarkan uang…

Maukah Anda melakukannya, Kawan?

Kalau Anda penasaran mengapa saya melakukan ini, saya akan menceritakannya kepada Anda…

Saya menulis topik ini karena saya tidak suka dikelilingi oleh orang miskin.
Orang miskin memang tidaklah menakutkan, tetapi yang menakutkan adalah efek kemiskinan kepada mereka!


Saya dibesarkan di lingkungan kelas menengah seperti umumnya, walaupun saya kenal beberapa orang yang sangat kaya, tetapi saya mengenal jauh lebih banyak orang-orang yang tidak.

Sejauh yang bisa saya rasakan dari pengalaman hidup saya, permasalahan uang (terutama masalah kekurangan uang) bertanggungjawab secara langsung kepada berbagai masalah keluarga dan sosial. Rusaknya hubungan rumah tangga, korupsi, penipuan, perjudian, alkoholisme, prostitusi, ketergantungan kepada obat bius, tindakan vandalisme, dan naiknya kriminalitas, dsb.

Debt based money system dan sistem moneter ribawi yang digunakan di seluruh planet ini, telah, sedang, dan akan semakin mempermiskin mayoritas penduduk di setiap negara, dan Indonesia 100% tidak terkecuali dari fenomena yang sama.

Kecuali Anda tinggal di pelosok terpencil tanpa berinteraksi dengan orang-orang yang lain, bila tidak, kemiskinan publik cepat atau lambat akan berdampak secara lansung kepadamu ataupun keluargamu (efek fisik maupun mental). Tak seorangpun bisa tak terpengaruh oleh efek kemiskinan di masyarakatnya. Manusia yang hidupnya sedang terdesak oleh kemiskinan bisa melakukan apapun untuk mempertahankan hidupnya dan keluarganya.

Dan percayalah kepada saya, Anda tidak ingin melihat ketika mereka melakukan itu!

Saya masih ingat bertahun-tahun yang lalu, sebelum saya lulus dari perguruan tinggi, dalam KKN (Kuliah Kerja Nyata) di salah satu desa di dekat Boyolali, saya tinggal di rumah seorang petani… Di keluarga mereka, indomie sudah termasuk lauk elit! Mayoritas hidangan makan mereka hanyalah sepiring nasi putih ditambah sedikit sayuran.

Ada berapa banyak sebenarnya keluarga-keluarga seperti ini di Indonesia? Yang bahkan tidak bisa makan dengan layak 3 kali sehari?

Hari ini, di tempat saya bekerja (pabrik), saya juga melihat secara langsung operator-operator yang bekerja dengan upah budak UMK. Meraka juga punya keluarga... Bagaimana caranya gaji 1 juta harus dipakai untuk menghidupi keluarga mereka? Apa sebenarnya yang mereka makan setiap hari? Tempat tinggal semacam apa yang mereka huni? Sekolah apa yang bisa dimasuki oleh anak-anak mereka?

Sekadar membayangkannya saja sudah membuat saya merasa mual.

Kawan, apa sebenarnya yang bisa membuat Anda merasa marah? Kata-kata apa yang bisa membuat emosi Anda naik tinggi? Kalau Anda sekarang mulai tahu kemiskinan dalam porsi yang cukup besar disebabkan oleh sebuah penyebab yang sebenarnya bisa dihindari oleh manusia, mengapa Anda bisa diam saja?

…. Ok, saya lebih baik tidak mengomel lebih lanjut... Anda tidak ke sini untuk mendengar omelan saya bukan?

Hari ini, saya akan mempromosikan sebuah buku kepada Anda… Judulnya : The Lost Science of Money, karangan Stephen Zarlenga.

Seminggu yang lalu seorang teman saya memberikannya kepadaku. Saya belum selesai membacanya, tetapi so far saya sangat terkesan dengan isi buku ini. Ini adalah sebuah buku mengenai perjalanan uang, buku terbaik mengenai sejarah uang yang pernah saya baca.


Bankir sudah pasti tidak akan menyukai buku ini, dan saya khawatir para suporter emas dari Sekolah Austria pun mungkin tidak akan menyukainya.

Inti dari buku ini,

Semua uang pada dasarnya adalah Fiat. Medium X adalah uang karena penguasa atas komunitas tersebut memutuskan demikian.

"Money Exists Not By Nature But By Law"

Pertengkaran mengenai medium uang, emas vs kertas, ataupun lainnya, adalah propaganda dari penguasa yang sama yang telah mengendalikan kedua-duanya. Isu yang sebenarnya adalah siapa yang menciptakan uang:

Pemerintah (mewakili publik) vs Bankir

Sinopsis buku ini bisa Anda lihat di websitenya: www.monetary.org

Rabu, 18 Maret 2009

Change We Can Believe In

Apa sebenarnya yang sedang dilakukan Obama yang tidak akan dilakukan Bush?

Transformation of Changes... Hehe

Senin, 16 Maret 2009

Quantitative Easing

Tampaknya Inggris masih lebih celaka dari Amerika. Tidak menunggu Bernanke untuk memenuhi janji Helicopter Speech-nya, Inggris memimpin terlebih dahulu proses mencetak uang di antara negara-negara lokasi gempa finansial kali ini.
Link 1
Link 2

Kosakata yang dipakai kali ini, bukan printing money, bukan juga monetisasi, tapi quantitative easing… Gonta-ganti kosakata, mungkin untuk membantu penjualan buku-buku ekonomi baru. Hehe…

Berbagai negara sebenarnya menciptakan uang dengan cara yang kurang lebih sama. Apa yang dilakukan Bank of England sejak beberapa abad yang lalu juga diaplikasikan di Amerika oleh Federal Reserve, dan apa yang dilakukan di Amerika, juga diaplikasikan oleh negara lainnya di seluruh dunia. Mungkin memang ada sedikit perbedaan kecil di berbagai negara, tetapi tetap prosesnya secara umum masih sama.

Dalam sistem yang sedang digunakan, pendapatan utama sebuah negara datang dari:
1. Pajak
2. Meminjam kepada publik / negara lain (penerbitan surat hutang)
3. Pendapatan dari perusahaan negara

Bila pemasukan dari ketiga cara ini masih juga kurang untuk memenuhi anggaran belanja pemerintah, dan pemerintah tetap ngotot membelanjakan uang yang tidak mereka miliki, pemerintah bisa memerintahkan bank sentral untuk mencetak uang untuk digunakan oleh mereka.

Mekanismenya adalah pemerintah menerbitkan surat hutang baru lagi, dan yang membeli adalah bank sentralnya. Yang satu adalah debitur, yang satunya lagi adalah kreditur. Darimana bank sentral mendapatkan uang untuk membeli surat hutang pemerintah ini? Jawabannya, di zaman ini, mereka menciptakan uang itu begitu saja. Itu adalah mandat mereka berdasarkan peraturan yang ada.

Uang yang dipinjam pemerintah dari bank sentral, secara umum bisa dikatakan tidak perlu dikembalikan lagi, hanya bunganya saja yang dibayarkan dari tahun ke tahun. Tidak seperti pinjaman publik kepada bank komersial, hutang pemerintah kepada bank sentral yang jatuh tempo selalu bisa di-rolling over lagi. Pemerintah pasti bisa menggali lubang baru untuk menutup lubang lama, sebab bank sentral sendiri adalah milik negara.

Dalam kasus bank sentral yang tidak dimiliki sepenuhnya oleh negara sekalipun, hal ini tetap berlaku. Federal Reserve, walaupun adalah badan swasta, tetap akan me-rollover hutang pemerintah Amerika saat hutang mereka jatuh tempo.

Jadi, selama sebuah negara tidak menerbitkan surat hutang dalam mata uang negara lain, sebenarnya resiko gagal bayarnya adalah nol. Pemerintah pasti sanggup membayar, yang tidak pasti adalah daya beli (purchasing power) dari uang yang nantinya akan dibayarkan. Hehe…

Satu setengah tahun ini, berbagai bank sentral negara maju sudah menghabiskan uang mereka untuk membantu sementara bank-bank dan perusahaan finansial raksasa yang sebenarnya bangkrut. Dan sekarang, saatnya sudah hampir tiba bagi mereka untuk kehabisan uang mereka.

Pemerintahan di sana juga sudah berupaya meminjam sebanyak-banyaknya dari publik, sebagian uang yang sebenarnya bisa dipakai oleh publik berpindah tangan ke tangan pemerintah, yang kemudian memberikannya kepada bank-bank dan perusahaan finansial mereka supaya mereka bisa tetap beroperasi. Lesunya ekonomi riil sekarang sebenarnya adalah tanggungjawab pemerintah di sana juga, tetapi karena yang ditulis di koran hanyalah sisi “penyelamatan” oleh pemerintah, maka sisi destruksi dari tindakan yang sama ini tidak disadari oleh publik mereka secara umum.

Mungkin menarik juga membaca berita ini… , AIG, si pesakitan, tampaknya kembali akan membagikan bonus aduhai kepada managemen mereka, jumlahnya tak tangung-tanggung, $165 juta (hampir Rp 2 trilyun). Fantastis…

Benar-benar memuakkan melihat koran dan TV ketika mereka melaporkan upaya pemerintah dan bank sentral untuk “menyuntik” trilyunan dolar, euro, atau yen sebagai sebuah tindakan yang heroik. The Fed, Bank of England, European Central Bank, Bank of Japan, dll, mereka pada dasarnya adalah bagian dari sebuah jaringan yang eksis untuk mengambil keuntungan dari semua rakyat mereka, bukan sebaliknya.

Untuk setiap sen yang diklaim pemerintah untuk “menyelamatkan” ekonomi, ada satu sen juga yang hilang dari tangan publik sehingga mereka tidak sanggup “menyelamatkan” diri mereka sendiri. Semakin besar “penyelamatan” pemerintah, semakin berkurang kemampuan sebuah masyarakat untuk menyelesaikan masalah oleh diri mereka sendiri.

Coba lihat link ini juga, Bernanke mengatakan kepada seluruh dunia bahwa resiko terbesar bagi pemulihan ekonomi Amerika sekarang adalah “kurangnya tekad” pemerintah untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan finansial. Harusnya dia mengatakan dalam bahasa yang lebih singkat… Pemerintah Amerika (sebenarnya pembayar pajak Amerika) wajib membail-out semua perusahaan finansial yang ada, dengan demikian ekonomi akan pulih dengan cepat!

Saat ini, kontraksi kredit (deflasi) mulai menyebabkan macetnya aktifitas ekonomi. Solusi dari deflasi tentu saja adalah inflasi. Pertanyaannya adalah bagaimana menginflasikan sistem yang ada… Mencetak uang sebenarnya bukanlah dosa besar, masalahnya adalah status uang itu.

Kalau mereka tahu masalah sekarang adalah kebanyakan hutang (baik hutang pemerintah maupun hutang publik), mengapa mereka menawarkan solusi dengan berhutang lebih banyak? Apa sebenarnya motif mereka? Apakah mereka ingin menghiperinflasikan seluruh planet ini pada saat yang bersamaan? (Krisis ekonomi, part 1)

Skenario di mana hiperinflasi tidak akan terjadi kemungkinan hanya bisa terjadi kalau uang-uang baru yang dicetak pemerintahan berbagai negara tidak akan diputar kembali menjadi puluhan kali lipat kredit konsumen dalam fractional reserve system. Entah karena bank-bank penerima uang itu tidak mau meminjamkan kepada publik, ataupun karena publik yang tidak mau / tidak sanggup meminjam dan memenuhi janji untuk membayar.

Tetapi, kalau saya harus bertaruh, saya tetap akan bertaruh kepada hiperinflasi dalam beberapa tahun ke depan. Masa lalu uang penuh dengan cerita-cerita seperti ini…

Namun, seperti yang sudah Anda ketahui, permasalahan sistem sekarang ada pada daya beli konsumen… Menambah nol pada angka-angka di selembar kertas tidak akan menyelesaikan masalah, hanya memperumit masalah…

Dan dalam kasus percobaan menginflasikan sistem ini gagal… Siapkanlah mental Anda untuk menghadapi guncangan besar dunia dalam waktu beberapa tahun. Ketika mencetak uang tidak berhasil, cara lain untuk menginflasikan sistem adalah penghangusan inventori, baik inventori barang maupun manusia…

Hutang tidak akan dimaafkan, negara-negara maupun orang-orang yang gagal bayar, tidak akan dibiarkan begitu saja dalam sistem yang ada. Proses likuidasi manusia yang tidak lagi menguntungkan bisa saja berlangsung secara brutal…

Somehow, "The Elite" akan menemukan sebuah alasan / pemicu, untuk melikuidasi semua orang yang tidak lagi produktif atau sanggup membayar. Anda pernah dengar bencana Global Warming… Peak Oil… Bird Flu... Apocalypse 2012… World War 3… dsb? Saya curiga semuanya itu tidak ditiup tanpa alasan… Panggung menuju guncangan besar mungkin sedang dipersiapkan.

Moga-moga saya salah...

Kamis, 12 Maret 2009

Report From Iron Mountain

Hari ini, kita cerita sedikit tentang sebuah laporan yang disebut dengan “Report From Iron Mountain” (1967).

Sama seperti Protocols of Zions, saya rasa tidak perlu diperdebatkan apakah laporan ini benar-benar riil atau hanya sebuah teori konspirasi yang lain. Yang harus dipikirkan adalah apakah trend dan fakta yang terjadi memang sesuai dengan isi laporan ini.

Inti laporan ini adalah bahwa ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk mencapai masyarakat yang stabil. Namun, menurut tim penulis laporan ini, masyarakat yang stabil pada dasarnya baru tercipta saat pemerintahannya stabil. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya memastikan agar pemerintahan bisa stabil?

Satu hal yang pasti, pemeritahan tidak bisa eksis terlalu lama kalau tidak ada "masalah". Pemerintah tidak bisa bertahan kalau tidak ada “musuh” yang perlu disingkirkan demi kebaikan publik. Jadi ironinya bagi rakyat, cara untuk menyelamatkan eksistensi pemerintah adalah negara harus menemukan musuh / masalah terlebih dahulu. Jadi kalau tidak ada “musuh,” ciptakanlah!

Cara yang sudah terbukti adalah PERANG / Ancaman akan perang. Dalam dunia yang damai, publik tidak akan menerima untuk membayar lebih banyak pajak… kekurangan suplai kebutuhan pokok… ataupun pasrah akan berbagai intervensi pemerintah…

Tetapi tidak demikian di zaman perang, publik bukan hanya bersedia menerima semuanya yang ada di atas, tetapi mereka juga akan menuntut demikian, menuntut intervensi pemerintah untuk menyelamatkan mereka. Sikap melawan pemerintah di zaman perang justru dengan mudah akan dicap sebagai tindakan pengkhianatan oleh publik sendiri.

Di luar perang, apalagi yang kira-kira mempertahankan kekuasaan negara? 15 orang yang menulis laporan ini pun menyimpulkan 3 ciri-ciri sebuah kejadian yang bisa menggantikan perang untuk mengontrol publik…

1. Secara ekonomis, sama seperti yang terjadi saat perang, kejadian itu harus bisa menghanguskan kekayaan publik.
2. Ancaman besar yang bisa dipercaya publik. Dipercaya adalah kata kunci, masalah apakah kejadian itu adalah hal yang benar-benar terjadi atau tidak, tidak penting.
3. Masuk akal untuk menjadikan kejadian itu agar publik menyerahkan kebebasan mereka kepada pemerintah.

Ada berbagai skenario yang mereka pikirkan, dua di antaranya dalam laporan ini adalah:
• Serangan alien ke bumi
• Isu kerusakan lingkungan dalam skala raksasa.

Serangan alien ke bumi, tentu saja, lebih gampang dipercayai hari ini daripada 40 tahun yang lalu. Secara perlahan-lahan, publik di seluruh dunia memang dikondisikan untuk lebih mempercayai keberadaan alien hari ini dibanding masa lalu.

Mengenai isu kerusakan lingkungan, ya harus dibuat sampai publik bisa mempercayainya. Kalau lingkungan tidak cukup rusak, maka rusakkanlah, sampai benar-benar rusak.

Isu global warming, lapisan ozon yang terus menipis, penggundulan hutan, atau over populasi dunia, mungkin tidak separah seperti yang kita sangka. Berbagai statistik dan “data / fakta” bisa digunakan oleh siapapun demi kepentingan dan tujuan masing-masing...

Ok, minggu ini kita cerita sampai di sini dulu. Kalau Anda berminat, coba search lebih jauh mengenai laporan ini di internet. Sebagai catatan, 15 orang yang menulis laporan ini dipercayai semuanya adalah anggota CFR (Council of Foreign Relations), salah satu organisasi turunan yang lain dari para elit Money Masters Internasional…

Kamis, 05 Maret 2009

Hemat... Hemat...

Solusi mengurangi overhead...





Hehehe...

Selasa, 03 Maret 2009

Serba - Serbi

Blog ini bagi saya ibarat sebuah buku… Buku online, bisa dibaca / didownload semua orang secara gratis. Sejauh yang bisa saya bayangkan, seharusnya Anda tidak akan mengalami kerugian dengan menghabiskan beberapa jam untuk membaca berbagai artikel yang ada di blog ini.

Dan kalau ada sesuatu yang menurut Anda baik di sini, saya harap Anda juga akan mengajak teman-teman Anda untuk berkunjung sebentar ke sini. Saya benar-benar berharap topik debt-based-money-system bisa mulai diketahui lebih banyak orang.

Satu-satunya unsur bisnis mungkin hanyalah beberapa buku yang pernah saya cetak yang masih saya jual di blog ini. Anyway, ini juga bukan sebuah hal yang salah, bukan begitu?

Mungkin tulisan di sini bukan artikel dengan mutu yang sangat tinggi, tidak ditulis oleh para profesor atau para phd., tetapi saya percaya masih cukup bagus sebagai permulaan bagi Anda yang mulai tertarik dengan dunia apa yang sedang kita tinggali, dan sistem keuangan macam apa yang sedang kita gunakan.

Hari ini, kita cerita serba-serbi saja, tidak ada topik khusus yang bisa saya ceritakan…

Semalam index Dow Jones mulai menembus ke bawah level 7000, tabungan dan uang pensiun orang-orang yang menabung secara langsung maupun tidak langsung di bursa saham lagi-lagi menguap. Level 6700 belumlah apa-apa, you have seen nothing yet!

Kalau Anda ingin lihat betapa tidak wajarnya periode 20 tahun terakhir, mungkin grafik ini bisa membantu sedikit…



Di mata saya, alasan satu-satunya yang masuk akal saat membeli saham adalah earning power dari perusahaan yang saya beli. Dia harus sanggup menciptakan profit dan memiliki prospek usaha yang jelas. Suasana seperti sekarang, kebanyakan perusahaan, baik listing maupun tidak, akan mengalami penurunan laba. Anda pernah mendengar kosakata Peak Earning? Bahwa laba korporat secara umum sudah mencapai titik puncak 2 tahun lalu, dan akan mulai menurun, dan terus menurun, di tahun-tahun mendatang?

Turunnya laba, yang cepat atau lambat akan diikuti dengan turunnya optimisme, pasti akan menjatuhkan level saham ke titik yang sangat rendah (serba-serbi pasar modal).

Tentu saja, tidak semua perusahaan merasakan efek yang sama. Mcdonald & Wal-Mart mengalami kenaikan laba di Amerika, sebab pengunjung toko-toko mahal / mewah mulai berpindah ke toko-toko murah. Di saat toko-toko yang lain ramai-ramai mengurangi outlet atau bahkan bangkrut, 2 perusahaan itu justru masih sanggup terus bertumbuh.

Ini hanyalah sebuah contoh, krisis tidak berdampak dengan cara yang sama kepada semua orang. Kalau sebuah kue dulunya dibagi oleh 10 orang, maka lewat krisis ini, walaupun jumlah kue berkurang, misalnya hanya tersisa 0,7 kue, tetapi mungkin hanya akan dibagi oleh 5 atau 6 orang, sebab yang lain akan jatuh bangkrut dan tidak lagi ikut bersaing memperebutkan kue tersebut. Bagi mereka-mereka yang survive, justru ada kemungkinan mereka akan bertambah kaya. Hehe…

Bagaimana dengan nasib mereka-mereka yang bangkrut? Saya tidak tahu... Semoga mereka bisa tetap hidup dengan baik setelahnya.

Korporat mana yang akan bangkrut duluan? Menurut saya mereka-mereka dengan level hutang paling tinggilah yang akan bangkrut duluan. Ingat, cicilan hutang (bunga + pokok) dan sebagian besar biaya-biaya overhead tidak bisa dikurangi walaupun omset usaha menurun drastis. Siapa yang beban hutangnya lebih tinggi, dialah yang lebih menderita pada siklus ini. Yang bisa mereka lakukan sekarang, selain berupaya mempertahankan pelanggan dan mencari pasar baru, ya cuma tinggal berdoa… berharap saingan mereka tumbang duluan. Hehe…

Saya mengucapkan kata-kata ini berdasarkan pengalaman nyata... Inilah yang sedang terjadi di tempat saya bekerja. Pabrik saya berhutang ¼ trilyun kepada 2 bank di Indonesia, dengan kerugian sekitar Rp 2 – 2,5 milyar setiap bulan, benar-benar tidak tahu sampai kapan bos saya bisa bertahan.

Pada dasarnya, perbedaan antara perusahaan insolvent dengan perusahaan bangkrut hanyalah terletak pada selembar kertas. Hanya butuh selembar surat litigasi dari kreditur yang tidak mendapatkan bayaran untuk membangkrutkan sebuah perusahaan yang insolvent.

Detik demi detik terus berlalu, bom waktu ini bisa meledak setiap saat…

Next, saya lihat di berita, AIG kembali mencatat kerugian…. Sialan, saya ikut membeli asuransi jiwa di perusahan ini 7 tahun yang lalu. Kerugian yang mereka derita di Amerika pada Q4 katanya adalah $ 61,7 milyar.

Kalau dibagi menjadi 90 hari (1 Quarter = 3 bulan), dan dibagi lagi ke 24 jam, berarti mereka rugi $ 28,56 juta per jam.

Kalau dikurskan ke rupiah (Rp 12.000), berarti mereka rugi Rp 342,8 milyar per jam. Gila… Bagaimana sebenarnya sebuah perusahaan bisa merugi Rp 342,8 milyar per jam? Apa sebenarnya isi neraca (balanced sheet) mereka? Transaksi macam apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan? (Capital Accord 2).

Untuk skala kerugian seperti ini, hanya butuh 45 menit bagi mereka untuk membantu pabrik saya melunasi semua hutang kami… Shit!

Sebenarnya sampai kapan pemerintah Amerika sanggup terus mencoba membailout mereka? Ingat, tidak ada uang yang gratis. Uang hanya muncul dalam bentuk kredit, semuanya harus dibayar kembali + bunga. Apakah pemerintah Amerika benar-benar sanggup meminjam uang tanpa limit kepada seluruh dunia selamanya?

Saya bukan ekonom professional, tetapi benar-benar tidak perlu menjadi profesional untuk mengkomentari masalah ini. US government is insane!

Mungkin ada baiknya kita bahas lagi dasar-dasar keuangan…

Suplai uang datang terutama lewat rakyat negara bersangkutan. Uang tercipta di saat kreasi kredit antara konsumen dengan bank komersial. Untuk uang ini, konsumen / rakyat harus membayar bunga tertentu dengan masa jatuh tempo tertentu.

Sedangkan negara, biaya untuk menghidupi mereka secara umum datang lewat 3 cara:
- Pajak
- Penerbitan surat hutang (meminjam uang kepada publik ataupun negara lain)
- Pendapatan dari perusahaan milik negara

Untuk pajak, tentu saja, ditarik langsung kepada rakyatnya… Untuk surat hutang, baik hutang pokok maupun bunga nantinya juga harus dibayar oleh rakyatnya lewat pajak di tahun-tahun mendatang, ataupun lewat 2 cara lain di atas. Kalau lewat penerbitan surat hutang, ya berarti gali lubang tutup lubang saja.

Nyaris seumur hidup saya, saya mengira negara bisa mencetak uang sebagai debit (bukan hutang & tanpa bunga), dan saya salah! Negara tidak bisa melakukannya sesuka hati. There is no free lunch. Cara sebuah pemerintah mendapatkan uang secara umum adalah lewat 3 cara di atas.

Sekarang coba Anda lihat sisi lain sistem ini, kita ambil contoh kasus Amerika saja, mereka adalah mesin / generator uang teraktif di dunia, apa sebenarnya yang terjadi di sana? Mengapa begitu banyak bailout, dan mengapa mereka begitu suka berperang atau mengancam untuk berperang?

Uang untuk bailout ini adalah beban negara. Kalau negara tidak punya uang? No problem… Jual saja surat hutang baru, pinjam dari orang-orang & negara-negara yang punya uang. Bank-bank dan perusahaan financial raksasa yang mendapatkan uang bailout ini, kemudian bisa melanjutkan usaha mereka, ataupun melanjutkan pembayaran gaji dan bonus aduhai lagi kepada eksekutif mereka. Surat hutang, tentu saja, adalah uang yang harus dibayar kembali di masa mendatang, plus bunga…

Dalam skenario terburuk, kalau surat hutang negara tidak laku, dan pemerintah tetap ngotot membailout juga, ya cetak uang saja. Tapi itu juga bukan uang gratis, tetap uang dalam bentuk kredit, ada bunganya. Inilah yang kita alami tahun 1998… Anda ingat obligasi rekapitulasi dan hiperinflasi kita 11 tahun lalu?

Anggaran untuk berperang bagi pemerintah sana datang juga lewat 3 cara di atas. Publik Amerika, bukan saja harus membayar bunga uang konsumsi mereka, mereka juga harus membayar bunga atas berbagai aktifitas pemerintah mereka. Ratusan milyar dolar, bahkan trilyunan dolar yang telah digunakan sebagai modal perang, setiap tahun juga ada bunganya! Bunga yang harus dibayar pemerintah Amerika di pasar surat hutang setidaknya ratusan milyar dolar / tahun. Siapa yang membayar tagihan ini? Rakyat Amerika…

Pertanyaannya, siapa sebenarnya pemilik utama bank-bank pencipta kredit di negara itu? Siapa sebenarnya yang sedang membeli dalam jumlah masif surat hutang negara? Dan juga siapa pemilik perusahaan-perusahaan pemasok senjata, obat-obatan, dan perusahaan konstruksi yang mendapatkan kontrak-kontrak proyek rehabilitasi lokasi perang, dan perusahaan-perusahaan yang mendapatkan kontrak pertambangan dan sumber energi di lokasi perang. Siapakah mereka sebenarnya? Berapakah sebenarnya margin profit usaha mereka? Apakah mereka mendapatkan proyek-proyek itu dengan tender yang adil atau lewat tunjuk saja?

Kemanapun kita pergi, selalu ada fenomena pemerintah mencoba berhutang sebanyak-banyaknya. Sadarkan Anda apa yang sebenarnya sedang terjadi? Siapa sebenarnya orang-orang di balik pemerintahan berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia?

Saya pernah mendengar sebuah pernyataan dari seorang pejabat tinggi ekonomi di negara ini, kurang lebih yang dia katakan adalah seperti ini…

Defisit anggaran pemerintah sebesar 1,5 – 2 % dari GDP sebenarnya adalah angka yang kecil / tidak signifikan, negara-negara lain juga begitu kok, jadi jangan dibesar-besarkan seolah-olah ini masalah yang besar…

Apa sebenarnya maksudnya? Kalau 1,5 – 2 % adalah angka yang kecil / tidak signifikan, mengapa dia tidak sedikit lebih ambisius dengan mencanangkan SURPLUS 1,5 – 2 %? Mengapa setiap tahun harus DEFISIT?

Jawabannya adalah interest… bunga… Dengan anggaran yang terus defisit maka negara bisa berhutang lebih banyak lagi… Anda bayangkan, kalau semua negara tidak berhutang, berapa kerugian yang akan diderita bankir internasional seperti Mr. Rothschild dan kawan-kawannya? Dan jangan lupa efek lanjutan hutang, negara-negara yang kelebihan beban hutang cepat atau lambat akan menyerahkan sumber daya alam mereka kepada kreditur mereka. Ini hanyalah masalah waktu…

***

Kalau Anda tidak ingin hidup lebih lama lagi dalam sistem ini, saya berharap Anda juga mulai bercerita… Kalau tidak… ya tidak apa-apa… Mungkin ketika tiba giliran Anda yang menjadi korban krisis, Anda baru akan mulai bereaksi.

Sebelum hari itu tiba, take care my friends…