Kamis, 26 Februari 2009

Debt Based Money System

Ketika penjarahan menjadi gaya hidup bagi sebuah kelompok yang hidup di tengah-tengah sebuah masyarakat, dengan berlangsungnya waktu, mereka akan menciptakan bagi mereka sendiri sebuah sistem legal untuk mengesahkan tindakan tersebut dan sebuah kode moral untuk mengagungkannya.”
- Frederic Bastiat -

Kita sambung lagi ceritanya… Hari ini kita cerita tentang debt-based-money-system (sistem hutang sebagai uang). Ini sistem yang sama yang digunakan di negara manapun di dunia, termasuk Indonesia.

Sebelumnya, silahkan baca dulu 2 dongeng tersebut:
* Saya Menginginkan Seluruh Dunia Plus 5%
* Mitos Uang

Uang (money), seperti yang kita ketahui, adalah simbol dari kekayaan (wealth). Dengan uang, kita bisa membeli berbagai barang yang tersedia di dunia. Bagi kebanyakan orang, uang itu sendiri adalah kekayaan. Money = Wealth.

Namun kenyataannya sedikit berbeda kawan. Kekayaan, baik berupa barang yang diproduksi, maupun modal tak tampak seperti pengetahuan dan keahlian manusia tidak sama persis dengan uang. Kekayaan bisa saja berada di sebuah komunitas untuk waktu yang sangat lama, sedangkan uang belum tentu.

Setiap unit uang memiliki umur tertentu. Yang saya maksud dengan umur bukan ketahanan fisik dari uang itu, tidak peduli uang itu berupa selembar kertas, sebatang kayu, sekeping koin logam, atau hanya angka elektronik di komputer. Yang saya maksud dengan umur adalah batasan waktu bagi uang tersebut untuk beredar di sebuah komunitas.

Kebanyakan orang tidak diberitahu bahwa uang tercipta saat bank menciptakan kredit. Masyarakat percaya bahwa negara mencetak uang, tetapi tidak membayangkan bagaimana proses uang itu muncul di tangan publik, yang mereka bayangkan adalah masyarakat akan berusaha dan bersaing dengan adil untuk mendapatkan uang tersebut.

Tapi kenyataannya, di zaman ini kreditlah uang, tidak masalah bentuknya logam, kertas, atau angka digital elektronik. Dan yang namanya kredit ada masa pembayarannya, tergantung kesepakatan saat pengajuan kredit antara Anda dengan bank pemberi kredit.

Umpamakan begini…
Budi meminjam 100 rupiah dengang bunga 20% / tahun, cara pembayaran yang Budi sepakati dengan bank adalah dengan membayar 10 rupiah selama 12 bulan, total Rp 120.

Memasuki bulan ke-10, Budi sudah kehilangan 100 rupiah yang dia pinjam sebelumnya, cicilan untuk dua bulan mendatang hanya mungkin datang lewat 2 cara:
1. Mengajukan pinjaman baru, menutup hutang lama dengan hutang baru.
2. Menjual sesuatu kepada orang lain yang memiliki rupiah, dan menggunakan uang itu untuk membayar cicilan

Misalnya Budi menggunakan cara pertama, memperpanjang skema pinjaman ini dengan cara yang sama. Maka memasuki bulan ke-20, dia lagi-lagi akan kehilangan semua uangnya, dan cicilan untuk bulan ke-21 sampai bulan ke-24 lagi-lagi hanya bisa dilakukan lewat 2 cara di atas.


Kalau Budi memilih cara kedua, bahwa cicilannya akan dibayar oleh orang lain yang membayar rupiah kepadanya atas barang / jasa yang dia jual, ketahuilah bahwa rupiah yang ada di tangan orang tersebut sebenarnya juga muncul lewat 2 cara di atas sebelumnya.

Bunga pinjaman, akan mempercepat masa hilangnya uang di sebuah komunitas, mempercepat waktu di mana kredit baru harus diajukan oleh komunitas tersebut, dan juga mentransfer kekayaan dari tangan orang yang mengajukan kredit kepada orang yang menciptakan kredit. Dan bila suatu ketika bunga pinjaman terlambat dibayar oleh si peminjam, dan keterlambatan cicilan tersebut juga ikut dibungakan (bunga-berbunga / compounding interest), maka waktu yang dimiliki komunitas tersebut untuk mengajukan kredit baru akan terus bertambah sempit, dan skala kredit yang harus diajukan oleh komunitas tersebut juga akan terus membesar secara eksponensial. Dalam jangka waktu yang panjang, setelah berpuluh-puluh tahun atau seratusan tahun, skala kredit (hutang) yang harus diajukan oleh komunitas tersebut (generasi anak-cucu-cicit mereka) bisa membentuk kurva parabolik raksasa.

Bila tanpa bunga, waktu yang diperlukan sebelum komunitas tersebut harus mengajukan kredit baru akan menjadi lebih lama. Dan bila dibandingkan dengan apa yang akan terjadi dengan sistem bunga-berbunga, waktu yang diperlukan di mana komunitas tersebut harus mengajukan kredit (hutang) baru akan bertambah sangat-sangat drastis, tetapi tetap saja uang itu ada masa berlakunya, tetap saja itu status uang itu adalah hutang dari publik yang harus dilunasi kepada sang pencipta kredit.

Kalau memang harus memilih salah satu di antara keduanya, wajarnya kita akan memilih sistem penciptaan kredit tanpa bunga daripada sebaliknya. Benar-benar orang yang aneh kalau dia berpikir bahwa mengenakan bunga dalam proses penciptaan uang yang diperlukan publik adalah demi kebaikan / kepentingan komunitas tersebut.

Kita-kita semua, termasuk berlevel-level generasi di atas kita, pada dasarnya hanya sekelompok manusia yang silih-berganti mengajukan kredit kepada sang pencipta kredit agar kita bisa memiliki uang sebagai medium transaksi. Demikian juga dengan generasi-generasi yang berikut, hanya akan silih-berganti memikul tanggung-jawab yang semakin lama semakin berat untuk berhutang dan membayar bunga hutang tersebut, dengan tujuan untuk mempertahankan suplai uang di komunitas masing-masing.

Kalau Anda pikir baik-baik, mengenakan bunga dalam debt based money system benar-benar adalah rancangan seorang genius. Kenyataan bahwa ada sekelompok orang yang sudah mulai mempraktekkannya / berusaha mempraktekkannya di komunitas mereka sejak ribuan tahun yang lalu, benar-benar membuktikan bahwa manusia adalah makluk yang sangat cerdas, bahkan sejak dahulu kala.

Tetapi, tentu saja, kenyataan bahwa ada zaman-zaman tertentu di mana manusia bisa membiarkan diri mereka diperbudak oleh sistem ini (termasuk zaman ini) juga membuktikan bahwa manusia juga adalah sebuah makluk yang mudah melupakan masa lalu. Pikiran kita terus-menerus dialihkan ke berbagai hal lainnya oleh sebuah sistem / kekuatan secara tidak kita sadari, tidak ada lagi waktu dan konsentrasi untuk memikirkan darimana uang berasal, dan apa status uang yang kita gunakan. Semua orang sibuk memikirkan urusan pribadinya, urusan keluarganya, urusan kantornya, urusan selebriti pujaannya, urusan politisi favoritnya, dan bla bla bla lainnya (Divide & Conguer).

Kalau memang ada sebuah topik yang sedemikian penting yang harus didiskusikan secara nasional di seluruh sekolah, universitas, televisi, radio, bahkan sampai ke sudut warung kopi sekalipun di negara ini, bahkan secara internasional di seluruh dunia, saya rasa topik itu adalah bagaimana seharusnya uang diciptakan kepada publik, kepada kita-kita semua.

Gerakan untuk memulainya sudah dilakukan sejak lama, terutama di luar negeri. Anda bisa melihatnya di internet, ada ribuan, bahkan puluhan ribu website dari orang-orang yang ingin memprotes, lihat juga di youtube, video-video dari orang yang sedang membagi informasi kepada seluruh orang di dunia mengenai sistem gila yang kita gunakan sekarang.

Sedih sekali rasanya ketika membuka televisi, menyaksikan debat dan kampanye calon “pemimpin rakyat,” dan yang kita dengar terus-menerus dari mulut mereka adalah solusi atas berbagai AKIBAT dari masalah, bukan PENYEBAB dari masalah. Saya percaya kebanyakan dari mereka memang berniat untuk memperbaiki keadaan negara, tetapi di sisi lain saya juga merasa mereka sedang mencari solusi di tempat yang salah, bagaimana mereka mau menawarkan solusi kalau mereka bahkan tidak memahami penyebabnya?

Debt Based Money System,
Bunga Kreasi Uang,
Fractional Reserved Banking.

Inilah rangkaian awal penyebab berbagai masalah.

Kita sambung lagi cerita Budi dan kawan-kawannya di atas…

Apa yang Budi pinjam, itulah yang dia bayarkan. Tidak masalah Budi memproduksi apa atau memiliki keahlian apa, kalau Budi meminjam rupiah kepada bank maka rupiahlah yang harus dikembalikan kepada bank. Tidak masalah bentuk rupiah seperti apa, apakah 1 rupiah = selembar kertas dengan cap Rp1 , atau 1 rupiah = 1 gr batu / logam tertentu , atau 1 rupiah = sebatang kayu ukuran tertentu, atau lainnya.

Kalau rupiah adalah kertas, dia harus mengembalikan kertas, kalau rupiah adalah logam, dia harus mengembalikan logam, kalau rupiah adalah sebatang kayu, dia harus mengembalikan sebatang kayu… Plus bunga pinjaman dalam bentuk yang sama.

Untuk menjadi sang pencipta uang, kita harus berhasil membujuk seluruh komunitas untuk menggunakan suatu benda yang kita miliki / produksi sebagai uang. Atau kalau tidak bisa membujuk mereka, kita harus memiliki kekuasaan untuk memaksa mereka untuk menerima suatu benda yang kita miliki / produksi sebagai uang. Hanya 1 dari 2 cara ini, tidak perlu yang lain.

Biarkan saya yang mengontrol uang sebuah negara, maka saya tidak peduli siapa yang menulis hukum di negara tersebut.”
- Mayer Amschel Rothschild. 1790 –

Medium yang bertahan paling lama sebagai uang bagi umat manusia adalah emas dan perak. Ada yang menyebutnya dengan uang “sejati,” ada yang menyebutnya dengan uang “jujur,” ada yang menyebutnya dengan uang “Tuhan.”

Mungkin ada baiknya juga kita mencari tahu sejarah penambang emas, siapakah mereka sebenarnya? Saya masih sedikit penasaran, apakah emas yang hebat, karena telah bertahan selama ribuan tahun, atau manusia-manusia di balik bisnis emas yang hebat, yang telah bertahan selama ribuan tahun?

Terus-terang, sampai hari ini pun saya masih belum memahami misteri emas, mengapa ratusan juta orang, bahkan milyaran orang begitu menginginkannya. Bagaimana sekeping logam kuning ini bisa memiliki kekuatan yang sedemikian besar di dunia? Apakah karena sejak dulu orang-orang menganggapnya sebagai uang, maka otomatis kita juga harus mempertahankan pendapat tersebut selamanya? Apakah uang, sebagai medium pertukaran barang, benar-benar harus memiliki “nilai intrinsik?” Atau apakah emas benar-benar memiliki nilai intrinsik?

Anyway, poin yang mau saya ceritakan bukan bahan apa yang mau dijadikan sebagai uang, melainkan bagaimana uang muncul ke tangan publik, dan apa status uang itu, sebagai hutang atau sebagai apa, itulah yang ingin saya sampaikan kepada Anda untuk dipikirkan.

Jangan salah paham, saya bukan sedang kampanye anti emas, sebagian tabungan saya juga saya simpam dalam bentuk emas. Seperti yang saya katakan, saya belum memahami misteri emas. Kita sedang hidup di sebuah zaman yang ekstrim, kita-kitalah yang akan menjadi saksi meletusnya bubble hutang terbesar dalam sejarah manusia, mendiversifikasikan tabungan pada zaman seperti sekarang bukanlah sebuah gagasan yang buruk kawan…

Ok, kita balik ke kota Budi tadi…

Umpamakan saja: Bank meminjamkan 1 juta rupiah kepada semua anggota komunitas tersebut dengan bunga 5% / tahun. Tanpa mengenakan bunga-berbunga, dan hanya bunga yang perlu dibayarkan setiap tahun, hutang pokok bisa ditunda.

Maka seluruh anggota kota tersebut harus mengembalikan 50 ribu rupiah setiap tahun kepada bank, dan dalam waktu 20 tahun semua suplai uang di komunitas tersebut sudah habis dihisap oleh bank itu kembali…

Sekarang, bank bukan hanya memiliki 1 juta modal awal yang tetap tercatat sebagai aset mereka (publik masih berhutang 1 juta kepadanya), mereka juga memegang kendali penuh suplai uang komunitas tersebut lewat pembayaran hutang yang dilakukan publik selama 20 tahun ini.

Tentu saja, publik tidak akan menunggu waktu 20 tahun untuk mengajukan kredit baru, jauh sebelumnya mereka sudah mengajukan kredit tersebut. Dunia ini luas, ada berbagai hal lain yang masih bisa dilakukan, masih ada banyak tanah yang masih bisa ditanami & dibangunkan rumah-rumah dan gedung untuk dihuni, dan masih banyak industri-industri baru yang bisa dikembangkan, dll. Ada alasan dan sarana yang sangat banyak bagi komunitas tersebut untuk terus beraktifitas dan menjadikannya sebagai dasar untuk mengajukan kredit baru. Suplai uang tidak akan menurun dengan gampang, selama masih ada peluang pengembangan baru dan daya beli komunitas tersebut masih ada (beban hutang belum mencapai level maksimal).

Bankir yang waras tentunya ingin meminjamkan sebanyak mungkin uang kepada publik. Tidak heran, sebab dari sanalah dia mendapatkan bunga, lewat cara itulah transfer kekayaan dilakukan. Dengan berlalunya waktu, umumnya mereka akan berupaya meminjamkan lebih banyak uang daripada yang mereka miliki. Mereka bisa mencoba mengurangi porsi emas / perak di koin logam yang mereka buat… Atau mengganti emas / perak dengan logam lain yang lebih murah… Atau menulis nota emas untuk menggantikan emas riil… Atau menjadikan nota (kertas) itu sendiri sebagai uang (mengakhiri zaman emas / perak sebagai uang resmi)… Atau mulai menerbitkan cek untuk menggantikan sebagian uang kertas… Atau menciptakan uang elektronik untuk menggantikan uang kertas… dst… Benar-benar kreatif. Tampaknya mereka selalu bisa menemukan cara untuk memenuhi keinginan mereka.

Namun ada hal yang tidak akan berubah…

Bankir hanya menciptakan uang dalam bentuk kredit (hutang), dan mereka selalu meminta lebih daripada yang mereka berikan.

Ibarat seorang tukang kayu yang setiap hari menebang pohon lebih cepat daripada dia menanamnya kembali… Kalau tindakan dia dibiarkan, dan diteruskan ke anak dia… dan diteruskan lagi ke cucu dia… dan diteruskan lagi ke cicit dia… Hanya masalah waktu sebelum dinasti tukang kayu ini menggunduli semua pohon di dunia.

Ini adalah logika matematika yang wajar kawan, saya tidak sedang menulis hal-hal yang misterius di sini…

Fractional reserved system dibuat untuk melipatgandakan kredit yang bisa bank ciptakan… Menggunakan uang kertas sebagai basis, atau menggunakan emas sebagai basis, dua-duanya akan berakhir dengan skenario yang sama kalau kita mengizinkan fractional reserved system, apalagi kalau rasio fractional reserved bisa dibuat fleksibel sesuai keinginan para bankir.

Kalau suplai uang (kredit baru) tumbuh lebih cepat dari pembayaran kredit lama dan bunganya, tanpa diikuti oleh pertumbuhan produksi barang / jasa, kita menyebutnya inflasi… atau menggunakan kosakata yang lebih positif, pertumbuhan ekonomi…

Kalau kredit baru lebih kecil dari pembayaran kredit lama dan bunganya, kita menyebutnya deflasi… atau menggunakan kosakata lain, resesi ekonomi…

Manusia-manusia di dunia ini, kita-kita semua, sebenarnya hanyalah sekelompok orang yang dipermainkan dalam debt based money system dan fractional reserved banking… Hutang kitalah yang menggerakkan aktifitas perekonomian di planet ini.

Omong-omong soal bahan uang, secara teoritis, turunnya nilai uang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan bahan apa yang dipakai untuk dijadikan sebagai uang. Menyalahkan inflasi kepada uang kertas adalah statement yang kurang adil kepada uang kertas.

Kontrol suplai uanglah (kredit) masalahnya. Kitalah yang mengizinkan fractional reserved banking, kembali ke gold standard tidak akan mengubah apapun kalau kita terus hidup dalam sistem fractional reserved banking dengan rasio fractional reserved yang bisa diubah-ubah sesuka hati. Uang kertas memang bisa dipalsukan, tetapi demikian juga dengan nota emas.

Tentu saja, kalau Anda bisa mengembalikan dunia ke zaman emas / perak / logam lainnya sebagai uang, saya juga tidak akan memprotesnya. Seperti yang sudah saya katakan, saya tidak peduli bahan apa yang digunakan sebagai uang, sumber masalah kita adalah debt based money system, bunga uang, dan fractional reserved banking.

Pemerintah, dalam imajinasi saya, adalah institusi yang didirikan untuk membela kepentingan rakyatnya, untuk melakukan berbagai pekerjaan publik, menyediakan sarana dan prasarana publik, termasuk uang sebagai medium transaksi.

Uang seharusnya bisa dicetak oleh pemerintah, tanpa bunga, untuk mewakili produksi barang / jasa dari rakyat yang mereka wakili. Jumlah uang yang boleh dicetak adalah tergantung seberapa besar kapasitas produksi dan perdagangan dari negara tersebut.

Tentu saja, saya akui kalimat seperti ini gampang untuk diucapkan dan agak sulit untuk diterapkan. Menghitung kapasitas produksi, kapasitas perdagangan, dan bagaimana mendistribusikan uang yang akan dicetak kepada publik memang bukan hal yang sederhana. Tapi sulit bukan berarti tidak mungkin, yang penting adalah niat dan kesempatan untuk melakukannya.

Anyway, ini hanyalah salah satu konsep, mungkin masih ada konsep-konsep lainnya yang bisa dipikirkan, itulah diskusi yang kita perlukan untuk terjadi di negara ini. Inilah topik yang menurut saya penting untuk muncul di masyarakat, di sekolah, di universitas, dan di media.

Saya tidak mengklaim bisa memberikan solusi atas masalah ini, tujuan saya menulis blog ini adalah mengajak orang untuk mulai memikirkan metode penciptaan uang yang lebih adil. Harapan saya, tulisan-tulisan di sini bisa ikut membuka minat dan niat dari orang-orang untuk mereformasi sistem keuangan ribawi yang sedang kita anut.

Jadi, mulailah bercerita kawan… Topik ini benar-benar perlu untuk didiskusikan di masyarakat, bukan hanya di dunia maya…

Kamis, 19 Februari 2009

Krisis Ekonomi 2009 (Part 2)

Di tulisan sebelumnya, kita sudah bicara soal gambaran umum dolar-system. Hari ini, kita lanjutkan cerita mengenai krisis ekonomi dari sisi internal perbankan.

Fractional Reserve Banking (FRB)

Seperti yang sudah Anda ketahui, untuk setiap rupiah (ataupun dolar, ataupun mata uang lainnya di setiap negara yang lain) yang dimiliki bank, mereka pada akhirnya bisa menciptakan kredit sebesar beberapa kali lipatnya. Bisa 2x, bisa 5x, bisa 10x, bisa 20x, bisa 40x, tergantung batasan fractional ratio dari bank sentral negara masing-masing.

Kredit, dalam praktek, adalah uang. Itulah sebabnya bank komersial sangat-sangat penting di setiap negara. Sebuah negara, boleh saja tidak memiliki bank sentral, tetapi dia tidak boleh tidak memiliki bank komersial. (Dulu-dulunya, yang menciptakan uang adalah negara, tetapi beberapa abad yang lalu kekuasaan menciptakan uang diambil alih pedagang uang, dan mereka menggantikan sistem penciptaan uang oleh negara / kerajaan ke bentuk sistem penciptaan kredit oleh bankir).

Gunanya bank sentral adalah sebagai regulator perbankan di negara bersangkutan, dan menjadi lender of the last resort bagi bank komersial. Setiap kali bank komersial dirush, mereka akan berupaya minta dibailout oleh bank sentral. Itulah cara yang dipakai berulang-ulang di berbagai negara selama ratusan tahun terakhir ini. Model bailout BLBI 1998 di Indonesia bukan monopoli kita, itu terjadi juga di tempat lain, dan akan terjadi lagi di masa yang akan datang. Siklus ini akan berulang-ulang, tak akan berhenti selama kita selalu bisa diancam bahwa bila bank-bank tutup itu akan menjadi akhir dari dunia…

Kepemilikan bank sentral sebenarnya bukan isu utama. Kalau bank sentral dimiliki oleh swasta dan ketahuan publik, memang berpotensi memicu ketidaksetujuan orang. Jadi, masalah kepemilikan bank sentral jarang dibahas di media dan sekolah (yang juga dikendalikan oleh kartel kriminal yang sama). Tetapi, swasta atau bukan, itu bukan isu terpenting. Yang melipatgandakan modal menjadi berkali-kali, bahkan puluhan kali lipat kredit kepada publik adalah bank komersial. Dalam praktek, merekalah yang paling berpengaruh.

Kalau Anda mau mengajukan kredit untuk membeli sesuatu, atau kalau Anda mau mengekspansi usaha Anda, atau kalau Anda butuh uang untuk mengakuisisi perusahaan lain, yang Anda cari adalah bank komersial, Anda tidak meminjam uang langsung ke BI, bukan begitu?

Dalam kasus bailout, bank sentral membailout perbankan komersial atas perintah dari pemerintah. Pemerintah memerintahkan penciptaan uang baru itu atas nama rakyatnya. Status uang itu sendiri adalah hutang kepada bank sentral. Kosakata yang digunakan untuk melukiskan uang ini bisa berbeda-beda, tetapi intinya tetap sama, hutang. Dan karena yang membayar tagihan dan bunga hutang pemerintah adalah rakyat (dalam bentuk pajak di tahun-tahun mendatang), maka yang membailout bank komersial adalah rakyat. Tidak ada yang namanya pemerintah menolong perbankan, tidak ada juga yang namanya bank sentral menolong perbankan, yang ada adalah rakyat negara bersangkutanlah yang menolong perbankan.

Sekarang kita buat contoh sederhana cara FRB :

Katakanlah kita adalah bank. Modal sendiri kita ada 1 milyar. Hari ini kita meminjamkan kepada A 100 juta untuk membeli barang kepada B. Kita bujuk juga si B untuk menabung 100 juta ini di bank kita.

Sekarang modal kita sisa 900 juta Hutang kepada B 100 juta. Piutang kepada A 100 juta. Tapi dari 100 juta tabungan si B, kita bisa juga menciptakan kredit baru mungkin 90, mungkin 80, mungkin 70 juta kepada si C yang mau membeli barang kepada D (tergantung ratio fractional reserve yang diizinkan bank sentral).

(Kita bisa menciptakan kredit baru dari uang yang ditabung B karena dari pengalaman, kebanyakan orang tidak akan menarik mayoritas uang mereka dari bank)

Lalu kita bujuk lagi si D untuk membuka rekening di bank kita. Dari misalnya 90 juta tabungan D ke kita, nantinya juga bisa diciptakan lagi kredit 60, 70, atau 80 juta kepada E, dst...

Dan dari 900 juta modal tersisa tadi, kita lakukan lagi dengan cara yang sama. Pecah-pecah dan pinjamkan kembali ke rakyat (konsumen).

1 milyar kita setelah berbulan-bulan, atau bertahun-tahun, bisa menciptakan kredit akumulasi sebesar 2, 5, 10, 15 milyar, atau lebih kredit (uang). Tergantung batasan fractional reserve dari bank sentral.

Kalau Anda lihat selisih bunga bank, kredit – tabungan, seolah-olah selisihnya hanya beberapa persen. Misalnya bank memberikan bunga 5% kepada nasabah tabungannya, dan meminjamkan kredit kepada publik dengan bunga sebesar 10%. Sejumlah besar orang mengira bank hanya akan untung 5%.

Itu tidaklah benar, dengan modal 1 milyar sebuah bank bisa saja menciptakan kredit sebesar 10 milyar, mereka mengungkit modal mereka (leverage) ke level yang sangat tinggi. Coba Anda cek di internet, lihat RoE (Return on Equity) bank-bank go public, Anda akan menemukan bahwa keuntungan riil mereka biasanya adalah double-digit, bisa 20-an %, bisa 30-an %, benar-benar hebat mengingat cukup banyak debitur mereka (para penghutang) sebenarnya tidak sanggup mencapai net profit margin seperti itu di bisnis mereka sendiri.

Tetapi, itu baru satu sisi dari FRB, masih ada sisi lainnya yang jarang dibahas orang…Karena semua modal telah diungkit (leverage), maka untuk setiap rupiah yang diderita bank, bank juga akan menarik kembali berkali-kali lipat kredit yang disalurkan oleh mereka.

Setiap 100 juta kerugian yang diderita oleh bank (baik terjadi karena gagal bayar alami si debitur ataupun karena kelalaian sengaja dari pihak bank saat menyeleksi calon debitur!), akan berujung dengan ratusan juta, bahkan milyaran rupiah kredit yang harus ditarik kembali.

Bank tidak bisa serta-merta menarik kredit mereka dari publik. Melakukannya tanpa alasan bisa mengekspos kejahatan mereka. Bankir bisa dibunuh, gedung mereka juga bisa dibakar! Hehe..

Setiap siklus krisis perbankan selalu terjadi karena mereka BENAR-BENAR kehilangan uang (modal) karena pinjaman-pinjaman yang mereka berikan sebelumnya macet atau gagal bayar.

Bedanya dengan bisnis-bisnis pada umumnya, mereka memiliki bank sentral untuk membacking mereka, beda dengan kita-kita orang biasa. Kalau usaha kita yang bangkrut, tak ada yang akan membailout kita.

Sekarang, coba Anda gabungkan skenario ini…

Bank-bank negara barat saat ini benar-benar terus-menerus kehilangan modal mereka karena berbagai jenis kredit yang mereka berikan ke debitur mereka banyak yang gagal bayar / default.

Mengapa default? Karena kemampuan rakyat mereka untuk berhutang sudah di ambang limit, mereka tidak sanggup berhutang terus dan memenuhi janji untuk membayar. Bukan hanya subprime mortgage yang bermasalah kawan, kredit-kredit yang lain juga sama bermasalahnya.

Di sisi lain, karena kerugian yang diderita perbankan (modal terus mengecil), kredit yang harus mereka tarik kembali dari peredaran juga berlipat-lipat dari jumlah kerugian tersebut.

Dan untuk melipatgandakan kekuatan dari kontraksi kredit ini, bank kendali Rothschild, bank sentralnya bank sentral, Bank for International Settlements, menerapkan Capital Accord baru ke negara-negara barat yang menjadi pusat gempa finansial kali ini.

Fractional reserve ratio / daya leverage dikurangi! Bank-bank komersial barat harus meningkatkan ratio kecukupan modal mereka. Anda bayangkan, selama ini bank-bank Amerika dibiarkan menciptakan kredit sebesar 20-an kali lipat modalnya, dan bank-bank Eropa bahkan lebih besar lagi, lebih dari 40x. Contoh berita **Link

Apa jadinya ketika mereka ramai-ramai menarik kredit / tidak memperpanjang kredit kepada debitur mereka supaya bank-bank mereka bisa memenuhi ratio kecukupan modal yang baru ini?

(Angka di atas tidak termasuk transaksi derivatif, kalau transaksi derivatf dimasukkan, leverage bank-bank internasional di dunia seperti JP Morgan, Citibank, HSBC, dll bisa jauh lebih tinggi). **Link

Hilangnya kredit (uang) dari peredaran tidak mungkin tidak menyebabkan resesi. Semakin besar uang yang ditarik kembali, semakin besar skala resesi yang akan terjadi.

Coba baca Implikasi Capital Accord 2, sebuah pembahasan dari Muhammad Rafeeq pada tahun 2007 di www.iamthewitness.com. Dan kalau Anda punya waktu lebih, silahkan download wawancara DBS dengannya di bulan Oktober-November-Desember 2007. Anda bisa dengar lebih jelas step-by-step bagaimana kehancuran sistem keuangan perbankan barat dilakukan.

Jangan tertipu oleh berita bangkrutnya bank-bank zionis di koran. Benar, beberapa dari mereka pasti akan bangkrut, dan kondisi finansial dari bank-bank yang tersisa juga sangat-sangat buruk, tetapi sejumlah besar kerugian mereka tetap akan dibailout oleh rakyat negara masing-masing. Yang sebenarnya sedang mereka lakukan sekarang adalah konsolidasi kekuasaan.

Bank tidak akan jatuh sendirian, kreditur-debitur mereka semuanya akan terpengaruh. Biarkan lebih banyak usaha yang jatuh bangkrut, dan konsolidasikan kepemilikan setiap industri ke lebih sedikit tangan, itulah yang sedang mereka lakukan. Kalau Anda punya waktu lebih, baca juga Protocols of Zion.

Next, ini sebenarnya hal yang paling penting... Yang benar-benar penting di dunia kalau Anda mau mendominasi semua manusia adalah kepemilikan dan kontrol atas semua perusahaan strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak... Bank, selaku institusi pencipta kredit, hanyalah pihak yang berdiri di tengah.

Tidak peduli akhir dari krisis ekonomi kali ini akan seperti apa, orang-orang yang mengendalikan perusahaan strategis seperti pertambangan, pertanian, benih makanan, perusahaan distribusi internasional, perusahaan farmasi, media massa, institusi pendidikan, perusahaan air minum, dll, merekalah yang akan tetap tampil sebagai pemenang terakhir. Tidak masalah kalau dolar tetap digunakan sebagai uang atau tidak, atau apakah emas akan kembali menjadi uang atau tidak...

Dan Anda tahu siapa kelompok yang menguasai mayoritas dari bisnis-bisnis di atas? Jawabannya adalah orang-orang yang sama yang juga memegang kendali di bank-bank internasional.

Banyak orang mengatakan informasi-informasi seperti yang sedang Anda baca ini sebagai tuduhan ataupun propaganda rasialis anti-semit terhadap bankir zionis yahudi. Tetapi, maaf…. Menurut saya, justru orang-orang itulah yang ibarat anak ayam yang dipelihara oleh serigala, dan setelah tumbuh besar, dia justru membela serigala itu, karena tidak sadar bahwa orang tuanya sebenarnya telah dibunuh oleh serigala tersebut… Mereka tidak tahu orang macam apa yang sedang mereka bela!

Kawan, sebenarnya tidak ada kewajiban bagi orang lain untuk membantu menjelaskan semua hal kepada kita-kita. Mereka bisa saja duduk manis di rumah, atau santai ngobrol dengan teman-teman dan keluarga mereka. Kenyataan bahwa ada cukup banyak orang yang masih bersedia membagi informasi di internet kepada kita secara gratis sebenarnya adalah hal yang perlu kita syukuri.

Tentu saja, tidak semua informasi di internet itu benar. Tergantung nalar kita sendiri untuk memikirkannya, mana yang benar, mana yang tidak…

Collect informations, Study the informations, & Make Your Own Choice

Jumat, 13 Februari 2009

Mengenai Krisis Ekonomi 2009

Hari ini kita sambung lagi cerita mengenai krisis ekonomi.

Sebelumnya, silahkan baca dahulu artikel yang diposting sebelumnya, seperti:
Mengenai Mata Uang dll
Mengenai Stimulus dll
Pentingnya Real Estate

Ok, sekarang kita mulai…

Paska perang dunia ke-2, dalam perundingan yang dikenal dengan Bretton Woods (1944), pimpinan dunia waktu itu sepakat untuk menjadikan US dolar sebagai medium pertukaran barang, alasannya Amerika adalah pemenang terbesar dari perang dunia dan memiliki cadangan emas terbanyak di dunia.

Lalu pada 1971, setelah dekade-dekade yang penuh dengan belanja dan belanja, Amerika mulai kehabisan emasnya. Presiden Nixon kemudian memutuskan untuk tidak lagi mengaitkan dolar mereka dengan emas. Hebatnya, Amerika tetap berhasil meyakinkan negara yang lain untuk menjadikan dolar sebagai alat tukar untuk transaksi jual-beli dunia. Alasan yang mereka gunakan kurang lebih adalah bahwa negara mereka adalah negara paling produktif di dunia. Uang yang akan mereka cetak tidak mungkin akan menjadi kertas sampah karena dibacking oleh produksi rakyat mereka.

Jadi, tidak ada yang berubah sejak perang dunia ke-2, dolar Amerika adalah medium utama pertukaran barang (perdagangan antar negara) sejak 1944.

Bayangkan A, B, C, D, E.
A adalah Amerika, dan B, C, D, E adalah negara-negara yang lain.

B-C-D-E bukan hanya menggunakan dolar ketika bertransaksi dengan A, di antara B-C-D-E sendiri mereka menggunakan dolar untuk bertransaksi satu sama lain!

(Dalam perdagangan antar negara, memang ada sejumlah transaksi yang tidak menggunakan dolar, tapi volumenya tidak sebesar yang menggunakan dolar. Jadi dalam tulisan ini, transaksi non-dolar saya diabaikan dulu. Kita fokus pada gambaran besar saja)

Darimana asal muasal dolar Amerika?

Jawabannya adalah dari rakyat dan pemerintah Amerika. Rakyat adalah elemen yang paling penting.

Uang muncul saat konsumen mengajukan kredit (hutang). Pemerintah mungkin saja menerbitkan uang, tetapi itu bukan praktek lazim. Sumber pendapatan pemerintah adalah pendapatan dari perusahaan negara, penerbitan surat hutang, dan dari pajak.

Yang dimaksud dengan menerbitkan surat hutang adalah meminjam uang dari orang-orang yang memiliki uang. Jadi, uang berpindah tangan dari tangan orang-orang yang memiliki uang kepada pemerintah. Kalau tidak ada yang mau membeli surat hutang itu, dan pemerintah masih ngotot mau membelanjakan uang yang tidak dia miliki, mereka akan menerbitkan uang baru dalam bentuk hutang dan harus dibayarkan kembali lewat penarikan pajak kepada rakyatnya di tahun-tahun ke depan.

(Di Indonesia, negara menerbitkan uang bukanlah hal yang aneh, tetapi tetap saja tidak sering. Mungkin 1x dalam 1 generasi. Kalau kita sial, ya 2x. Hehe…Istilah yang lain adalah monetisasi, atau yang lain devaluasi mata uang. Tetapi di Amerika, belum pernah. Sejauh yang saya tahu, sejak Federal Reserve didirikan tahun 1913 sampai sekarang, belum pernah. Terakhir kali pemerintah Amerika menerbitkan uang sendiri adalah saat Lincoln menerbitkan greenbacks. Itu terjadi di 1862. J.F. Kennedy sempat melompati Federal Reserve dan menerbitkan silver dolar tahun 1963, tetapi beberapa bulan kemudian dia mati ditembak dan silver dolar langsung ditarik dari peredaran).

Trilyunan dolar hutang pemerintah Amerika (saat ini sekitar $10,5 trilyun) adalah hutang yang mereka pinjam dari tangan-tangan yang memiliki dolar. Bisa dari publik Amerika, bisa dari perusahaan finansial dari negara lain, bisa juga dari pemerintahan negara lain.

Darimana publik dan pemerintahan negara lain mendapatkan dolar Amerika mereka? Jawabannya adalah dari konsumen Amerika. Rakyat Amerika adalah konsumen utama dunia.

Ingat, dolar Amerika adalah medium perdagangan utama dunia. Sebelum B-C-D-E sendiri mau saling bertukar barang, sebelumnya mereka perlu menjual dulu kepada A.

Tetapi… Kawan, percayakah Anda daya beli orang ada batasnya? Kemampuan orang untuk berhutang juga ada limitnya?

Imajinasikan 3 generasi ini:




Kehidupan 3 generasi di atas adalah potret umum perubahan gaya hidup rakyat Amerika paska perang dunia ke-2 sampai sekarang. Dari negara dengan kemampuan menabung tertinggi menjadi negara dengan kemampuan berhutang tertinggi.

Bagaimana mereka bisa begitu? Berbagai peraturan dan fenomena perdagangan internasional dibuat karena sistem yang sedang kita anut memang membutuhkan konsumen Amerika untuk terus berbelanja. Globalisasi, bahwa bumi adalah “satu kesatuan,” di mana manufaktur besar di Amerika bisa dan perlu berpindah ke negara-negara murah adalah omong kosong. Produksi harus pindah ke negara murah untuk menekan harga barang & membantu konsumen Amerika agar mereka bisa membeli dengan harga murah, untuk memperlama usia dolar-system yang kita anut!

Konsumen Amerika tidak boleh berhenti berbelanja, juga tidak boleh berhenti mengajukan kredit kepada perbankan mereka, sebab di pundak merekalah tanggung jawab suplai utama uang dunia berasal.

Tanpa konsumsi mereka, darimana seluruh negara yang lain harus mencari suplai dolar untuk memenuhi kebutuhan impor berbagai barang dan komoditi untuk mereka sendiri?

Di satu sisi, orang boleh saja menyalahkan rakyat Amerika yang membeli terlalu banyak barang yang tidak mereka butuhkan dengan uang yang tidak mereka miliki (hutang), tetapi di sisi lain, kalau bukan mereka yang terus menghabiskan tabungan mereka dan kemudian berhutang sangat dalam, seluruh dunia sudah memasuki masa resesi besar, bahkan depresi sejak dulu. Ini konsekuensi dari dolar-system.

Coba lihat level hutang di Amerika ini…


Yang dimaksud dengan Total Credit Market Debt adalah total hutang publik + pemerintah Amerika. Perhatikan bahwa bubble ini sudah di ambang pecah. Apakah mungkin bubble raksasa ini, yang sebenarnya sudah ditiup sejak 1944 tidak akan pecah? Bahwa this time it is different? Menurut saya sih tidak (Kekuatan Bunga-Berbunga).


Federal Public Debt adalah hutang pemerintah federal Amerika (uang yang mereka pinjam dari orang-orang yang memiliki dolar). Anda lihat, secara persentase, di puncak perang dunia ke-2, pemerintah Amerika sesungguhnya pernah meminjam lebih banyak uang lagi dari publik untuk membiayai perang (120% dari GDP). Jadi, kalau hanya dihitung dari persentase saja, kondisi fiskal pemerintah Amerika hari masih lebih baik dibanding waktu puncak perang dulu. Saat ini, hutang pemerintah Amerika sekitar $10,5 trilyun. Dengan GDP sekitar $14 trilyun, maka persentase hutang pemerintah terhadap GDP sekarang adalah sekitar 75%.

Tetapi, tentu saja, Amerika hari ini tidak sama dengan yang dulu. Hari ini, mereka bukan lagi negara dengan tabungan terbesar dunia. Mereka sekarang adalah negara dengan hutang terbesar di dunia. USA hari ini sudah berubah menjadi UBSA, United Bankrupt States of America…

(Sedikit catatan tambahan, Anda perlu tahu bahwa konsumen membayar bunga saat mereka mengajukan kredit. Lalu saat pemerintah menerbitkan surat hutang, pemerintah juga harus membayar bunga. Karena uang pemerintah datang dari pajak terhadap rakyatnya, maka bunga surat hutang pemerintah juga dibayar oleh rakyat negara bersangkutan. Rakyat setiap negara sebenarnya harus membayar 2 set bunga hutang, hutang konsumen dan hutang pemerintah!)

Dari gambaran umum di atas, skenario apa yang bisa kita harapkan berdasarkan kejadian sekarang?

Defisit anggaran pemerintah Amerika tahun ini adalah minimal $1,3 trilyun. Kemungkinan besar akan lebih dari itu, karena belum termasuk program bail-out jilid 2, jilid 3, jilid 4…

Angka ini akan bertahan selama bertahun-tahun. Mereka tidak punya kemampuan untuk membayar, berhutang sudah menjadi satu-satunya alternatif bagi UBSA.

Di sisi lain, rendahnya harga komoditi dan ambruknya ekspor ke Amerika telah membuat negara-negara penabung dolar untuk mulai kehilangan pendapatan mereka. Kemungkinan yang lebih logis seharusnya adalah mereka akan menggunakan tabungan dolar mereka untuk menyelamatkan ekonomi mereka sendiri, dan mengurangi porsi pembelian surat hutang Amerika.

Kemungkinan Amerika untuk gagal menjual surat hutang dan membiayai anggaran mereka cukup besar, dan resiko ini terus membesar dari bulan ke bulan. Saya percaya, suatu ketika penjualan surat hutang mereka pasti akan mencapai titik puncak kejenuhan.

Beberapa tahun lalu Ben Bernanke (Gubernur Federal Reserve) pernah memberikan sebuah pidato yang kemudian terkenal dengan sebutan “Helicopter Speech,” bahwa dia bisa mencetak uang dan melemparnya dari helikopter kepada publik untuk mencegah depresi terulang kembali di Amerika. Banyak orang mempercayainya, termasuk saya.

Tetapi… Kawan, orang-orang Wall Street tidak terkenal jujur… Bisa saja Bernanke berbohong, kita tidak bisa tahu pasti.

Kalau dia memenuhi janjinya bahwa pemerintah Amerika akan mencetak uang untuk membiayai anggaran mereka saat surat hutang mereka tidak laku, tentu saja itu akan mendevaluasikan nilai dolar. Seberapa jauh tingkat devaluasinya, saya tidak tahu.

Lantas, apakah masalah selesai dengan devaluasi dolar Amerika? Menurut saya tidak, karena dolar-system belum berubah. Semua negara (B-C-D-E) masih memerlukan dolar untuk transaksi mereka, dan kalau mereka membiarkan nilai tukar uang mereka menguat signifikan terhadap dolar, ekspor mereka pasti akan terganggu, baik karena daya beli konsumen Amerika yang melemah maupun karena negara saingan mereka yang ikut mendevaluasikan mata uang mereka mengikuti Amerika.

Kemungkinan terbesar, pada akhirnya seluruh negara harus mengikuti Amerika untuk mendevaluasikan mata uang mereka, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, seluruh negara di dunia akan mendevaluasikan mata uang mereka secara bersama-sama!

Tetapi, setelah itu pun solusi tidak akan datang. Saat semua negara mendevaluasikan uang mereka secara bersamaan, lagi-lagi kita akan kembali ke masalah konsumen Amerika yang tidak sanggup lagi berhutang... Situasi hanya akan bertambah rumit.

Ini hanya kemungkinan pertama, kemungkinan kedua adalah “helicopter speech” hanyalah gertakan, Bernanke tidak akan melakukannya. Tidak ada era inflasi tinggi, mulai sekarang kita akan memasuki era deflasi.

Anyway
, saya tidak bisa memastikan kepada Anda apa yang sedang dipikirkan para kriminal di Wall Street, saya bukan insider di sana, Mr. Rothschild juga bukan paman saya. Hehe..

Selama kita masih dalam dolar-system, krisis sekarang tidak akan selesai sebelum daya beli rakyat Amerika membaik. Tetapi, bagaimana caranya memperbaiki daya beli mereka?

1. Penghasilan mereka perlu meningkat

Pertanyaannya, bagaimana penghasilan mereka bisa meningkat kalau di berbagai belahan dunia yang lain, ada ratusan juta bahkan milyaran manusia yang bersedia mengerjakan pekerjaan yang sama dengan upah budak?

2. Daya beli mata uang yang kuat

Dolar sedang menguat akhir-akhir ini, sebagian karena jumlah kredit (uang) menurun drastis, sebagian lagi karena settlement taruhan derivatif yang mayoritas harus dibayar pakai dolar. Ini akan membantu sedikit daya beli Amerika, tetapi juga akan memukul ekspor mereka. Faktor yang sangat penting sekarang apakah pemerintah Amerika benar-benar bisa menjual semua surat hutang yang mereka butuhkan. Bila nantinya mereka gagal menjual dan memutuskan untuk mencetak uang, dolar Amerika akan terdevaluasi, daya beli konsumen Amerika juga akan kembali terpukul. Jadi, skenario kedua mungkin kurang bisa diharapkan.

3. Beban hutang dikurangi

Sejak ribuan tahun yang lalu (sejak zaman Babilonia), sudah ada apa yang disebut dengan Jubilee / pemaafan hutang. Saat itu, semua hutang di atas 7 tahun harus dihapusbukukan. Karena masyarakat waktu itu pun sudah menyadari bahwa beban bunga dan hutang bertanggungjawab secara langsung terhadap berbagai penyakit masyarakat seperti perjudian, alkoholisme, tindakan kriminal, prostitusi, rusaknya hubungan rumah tangga dsb.

Menurut saya, jalan singkat adalah memaafkan hutang… Program bail-out hanyalah program untuk membantu jaringan kriminal Wall Street, mengapa tidak menghapusbukukan saja hutang publik? Kalau pada akhirnya solusi yang mereka buat tetap saja menginflasikan suplai uang, bukankah lebih sederhana kalau uang-uang diberikan saja kepada publik? Mengapa bertele-tele?

Hapusbukukan hutang, dan perkecil ratio fractional reserve atau hilangkan sama sekali sistem fractional reserve banking, maka suplai uang tidak akan meningkat drastis, dan tidak akan terjadi juga hiperinflasi.

Solusi yang akan dibuat oleh para pimpinan dunia sekarang, dengan asumsi mereka masih mau mempertahankan dolar-system ya harus memenuhi minimal salah satu dari 3 hal di atas. Daya beli konsumen Amerika harus diperbaiki. Tanpa melakukan itu, semua upaya akan percuma.

Solusi yang lain…. Tinggalkan dolar-system. Amerika mengambil alih tanggungjawab untuk menginflasikan suplai uang dunia dari Inggris pada awal abad ke-20. Karena bubble hutang mereka sudah mencapai puncak, ya biarlah bubble ini meletus. Penduduk mereka hanya 300 juta orang. Planet kita punya 6,6 milyar orang. Atas dasar apa pemimpin dunia menganggap manusia-manusia di belahan dunia yang lain tidak sanggup dan tidak berhak menjadi konsumen besar yang berikut? Mengapa harus kita-kita yang selamanya bekerja dengan upah rendah untuk melayani kebutuhan orang Barat?

***

Sedikit Komentar Mengenai Pemilu 2009

Sebentar lagi Indonesia akan menyelenggarakan Pemilu. Kalau saya tak salah baca, anggaran untuk Pemilu adalah Rp 13,5 trilyun… Rp 13.500.000.000.000,-….. Fantastis, pemerintah menghabiskan Rp 13,5 trilyun uang pembayar pajak untuk memilih kembali 1000 anggota Dewan Terhormat, dan sepasang Presiden - Wakil Presiden untuk MELANJUTKAN pekerjaan yang sama yang sudah dilakukan pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.

Bisakah Anda membayangkan kalau uang ini kita gunakan untuk membiayai uang sekolah anak-anak Indonesia, memperbaiki standar kebersihan komunitas, atau dikembalikan kepada publik dalam bentuk pengurangan pajak, atau untuk membayar hutang-hutang kita kepada para vampire internasional? Saya curiga apapun yang sedang Anda pikirkan, kemungkinan besar rencana itu masih lebih berguna dibanding untuk menyelenggarakan Pemilu.

Saya sudah melihat berkali-kali kampanye para politisi di TV, dan tak seorang pun dari mereka yang mau menyinggung masalah perbankan ribawi. Tidak ada.

Anda tahu apa pekerjaan utama pemerintah di berbagai negara di dunia ini? Saya tidak tahu, tapi kalau saya harus berspekulasi, jawabannya adalah memperbesar hutang publik. Cari cara dan alasan apapun juga untuk meningkatkan hutang, baik hutang konsumen maupun hutang pemerintah. Anda bisa menebak sebaik apa kinerja sebuah pemerintahan dan seberapa mereka benar-benar bekerja untuk rakyatnya berdasarkan cara mereka memperlakukan uang.

Kalau Anda memahami bagaimana permainan uang di dunia dilakukan, Anda akan mulai melihat dunia ini dengan perspektif yang sangat berbeda.

Jadi, bagi Anda yang antusias terhadap Pemilu di depan mata ini, maaf, pendapat dari saya masih sama… Nothing is going to change!

Tentu saja, apa yang saya tulis di sini hanyalah opini pribadi. Mungkin sebagian benar, mungkin sebagian tidak. Mempersatukan opini publik adalah hal yang sangat sulit, kalau bukan mustahil. Untuk setiap 10 orang yang membaca blog ini, mungkin akhirnya hanya 1 orang yang percaya, 9 orang yang tersisa, ada yang mungkin ragu-ragu, ada yang mungkin tidak setuju, dan ada yang mungkin mengira saya adalah orang sinting yang terlalu banyak membaca novel konspirasi.

Hehe… Wajar-wajar saja, kita semua hidup di lingkungan yang berbeda-beda, dididik dengan cara yang berbeda. Para penganut talmudik mungkin memang memahami kelemahan kita, bukan kebetulan mereka menyebut kita goyim. Kita memang bermasalah dari dalam dan tidak pernah bisa bersatu (Divide & Conguer).

Selasa, 10 Februari 2009

Mitos Income Opportunity di MLM

Silahkan download buku "Merchant of Deception" di sini. (Kisah nyata dari seorang "distributor" Amway yang menceritakan berbagai sisi bisnis MLM yang tidak diketahui publik).

Banyak orang yang pro MLM di Indonesia, banyak juga orang yang sebaliknya. Buku-buku best-seller biasanya adalah yang pro, sebab bisa memberikan harapan kepada publik. Sebaliknya, buku-buku dengan pemaparan sebaliknya biasanya akan hilang tak berbekas dengan berlalunya waktu.

Saya tidak bermaksud menulis hal-hal yang jelek untuk merusak suasana hati Anda. Hehe.. Yang saya inginkan hanyalah memaparkan sisi lain dari berbagai hal di sekeliling kita yang menurut saya perlu untuk diketahui orang.

Hari ini, saya akan memposting sebuah artikel yang ditulis oleh Robert FitzPatrick dari Pyramid Scheme Alert (2004).

Judul : Mitos Income Opportunity di Multi Level Marketing
Pyramid Scheme Alert
http://www.pyramidschemealert.org/psamain/resources/MythofMLMIncome.pdf

Bab I dari buku "Kaya Bersama Lewat MLM, Fakta atau Ilusi?"

Ini artikel yang cukup panjang. Bagi Anda yang tidak suka membaca di layar komputer, silahkan diprint dan baca di rumah...

Laporan Spesial Konsumen
MITOS “INCOME OPPORTUNITY” DI MULTI LEVEL MARKETING

Introduksi dan Pandangan Umum

Klaim MLM dalam memberikan kesempatan “pendapatan paruh waktu” ataupun “pendapatan tambahan” adalah daya tarik utama dari mereka. Ini juga alasan terkuat mereka untuk melawan berbagai gugatan penipuan piramida, pengendalian pikiran, dan promosi yang tidak jujur.

Pertanyaannya adalah apakah MLM membawa persoalan sosial dan finansial atau membawa manfaat bagi para konsumen. Legitimasi dari jenis usaha ini akhirnya mengaburkan kebenaran ataupun ketidakbenaran dari klaim adanya pendapatan mereka. Ini adalah sebuah pertanyaan yang akan mempengaruhi setidaknya lima juta penduduk Amerika Utara yang direkrut setiap tahunnya dan tak terhitung penduduk lainnya di negara yang lain.

Laporan ini membeberkan kenyataan bahwa 99% representatif sales dari perusahaan yang dianalisa hanya mendapatkan rebate income (pendapatan berupa diskon dan atau komisi) $14 per minggu. Angka ini belum termasuk biaya bisnis, pembelian inventori, dan pajak. Angka ini merepresentasikan fakta bahwa secara virtual hampir semua partisipan program MLM kehilangan uang. Sebagai tambahan, laporan ini juga membuktikan secara rata-rata tidak ada net income yang didapat oleh distributor MLM yang mencoba melakukan penjualan retail door-to-door.

Perusahaan MLM biasanya mencoba menutupi laporan tingkat kegagalan partisipan mereka yang sangat tinggi dengan hanya melaporkan jumlah partisipan “aktif” dan membatasi laporan pendapatan para distributor dalam jangka waktu satu tahun ataupun kurang, dan juga tidak melaporkan kerugian masif dari investor-investor baru mereka. Kebanyakan MLM tidak melaporkan data penerimaan rata-rata distributor mereka.

Bila semua partisipan selama periode 5 tahun ikut dikalkulasikan, tingkat kegagalan akan meningkat jauh lebih tinggi. Kurang dari 1 di antara 1000 peserta akan menunjukkan adanya keuntungan yang mereka dapatkan. Mereka yang disebut para distributor “sukses” sebenarnya berakumulasi dalam jumlah yang relatif sedikit di level atas dari jenjang organisasi mereka.

Model bisnis dari kebanyakan perusahaan MLM menyebabkan kerugian masif dari jutaan konsumen, bukannya disebabkan oleh faktor kompetisi yang normal atau tingkat usaha ataupun bakat dari partisipannya.

Kerugian kolektif yang terjadi adalah dalam bentuk transfer kekayaan dari jutaan orang di Amerika setiap tahun kepada segelintir pemilik dan perekrut. Seperti faktor lainnya yang memberikan kontribusi dalam pemiskinan, transfer kekayaan ini menyebabkan rusaknya kredibilitas kredit, pernikahan yang terganggu, persahabatan yang berakhir, dan keresahan masyarakat.

Dari dua kategori kesempatan pendapatan MLM, rebate income dan retail sales income, yang paling sering dipublikasikan adalah pendapatan rebate, komisi, dan bonus yang didapat dari pembelian downline. Ini adalah jenis pendapatan yang mana perusahaan mengklaim akan bisa memberikan “potensial tak terbatas” yang didasari oleh pendapatan akibat rantai “tak terbatas” para peserta yang terrekrut.

Laporan ini menganalisa data dari lima perusahaan MLM. Tiga di antaranya adalah perusahaan besar dan sangat terkenal. Satunya adalah perusahaan baru dan sedang berkembang. Laporan disajikan dalam bentuk pembayaran per 10.000 peserta program. Data menunjukkan bahwa tidak cuma secara virtual tidak ada peserta yang mendapatkan keuntungan rebate tetapi juga terjadi transfer kekayaan dari peserta yang mengalami kerugian ke kantong dari sejumlah kecil anggota organisasi di level atas dari rantai distribusi.

Sebuah laporan spesial disediakan mengenai data rebate dari perusahaan MLM paling lama dan paling besar, Amway/Quixtar. Laporan tersebut disajikan dalam basis pendapatan rata-rata per 300.000 peserta. Data menunjukkan pola yang sama di mana 99+% partisipan mengalami kerugian dan terjadi akumulasi kekayaan di level atas dari organisasi.

Angka-angka dari laporan Amway/Quixtar harus dipelajari secara terpisah karena adanya sebuah bisnis tambahan yang dijalankan para distributor level atas yang menghasilkan pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang mereka terima dari sistem Amway/Quixtar. Pengoperasian dari bisnis tambahan mereka (“tools business” yang meliputi penjualan buku, kaset, dan registrasi seminar kepada peserta baru) mempengaruhi program pembayaran dan taktik perekrutan mereka.

Dioperasikan tanpa disadari oleh partisipan baru, sumber pendapatan “rahasia” ini telah diperkarakan dan diumumkan di internet selama bertahun-tahun. Bulan Mei 2004, program berita nasional NBC Dateline membawa sebuah kamera yang disembunyikan ke salah satu acara pertemuan perekrutan mereka dan berhasil mengekspos kejahatan mereka. Para “kingpins” Amway/Quixtar mendapatkan mayoritas dari pendapatan mereka lewat bisnis perekrutan, bukan dengan menjual produk Amway.

Menyamar atas nama Direct Selling (Penjualan Langsung)

Elemen kedua dari “income opportunity” MLM adalah janji-janji akan adanya keuntungan kepada distributor lewat penjualan langsung ke pasar retail (konsumen). Kesempatan penjualan retail ini adalah basis dari argumen mereka bahwa MLM adalah direct selling. Selain itu, kemungkinan penjualan retail juga dijadikan sebagai argumen utama melawan gugutan praktek skema piramida yang sering ditujukan kepada mereka, karena para upline mendapatkan uang lewat pembelian produk oleh partisipan baru, bukan lewat biaya (fee) masuk / membership.

Laporan ini mengekspos mitos dari klaim MLM bahwa mereka adalah perusahaan direct selling dari laporan penjualan retail mereka. Karena faktor-faktor yang akan ditulis dalam laporan ini, para distributor MLM jarang menghasilkan penjualan retail. Sebuah statistik dari 21 perusahaan MLM yang merepresentasikan 5 juta partisipan dengan “proyeksi” penjualan retail sebesar $10 milyar dolar membuktikan bahwa bahkan kalau penjualan retail benar-benar terjadi, rata-rata sales MLM tidak mendapatkan net profit sama sekali dari penjualan retail.

Kebanyakan perusahaan MLM memiliki berbagai cara untuk mengaburkan fakta bahwa mereka bukan perusahaan direct selling:
 Mayoritas MLM mengkalkulasikan total pembelian dari distributor mereka dan kemudian memproyeksikan “keuntungan retail“ tanpa mengverifikasikan apakah produk benar-benar dijual di pasar retail atau bukan, dijual pada harga berapa ataupun dijual ke siapa. Walaupun penjualan ke konsumen diklaim ada dan dipublikasikan, secara internal pembayaran ke para distributor didasarkan sepenuhnya kepada pembelian harga “grosir” mereka. Tidak masalah apakah penjualan retail benar-benar terjadi atau tidak, perhitungan pendapatan upline dihitung hanya dari pembelian para downline mereka.

 Sejumlah perusahaan mengklaim mereka “mengharuskan” aktifitas retail dari para distributor mereka, namun tidak ada metode yang sistematis untuk mengaudit aktifitas mereka. Kenyataan bahwa suatu perusahaan perlu membuat aturan “harus menjual ke retail” pada dasarnya sudah menunjukkan pertanda kuat sebuah permasalahan model bisnis MLM dan kecenderungan mereka untuk beroperasi sebagai skema perekrutan piramida.

 Sejumlah perusahaan MLM kenyataanya melaporkan total volume penjualan berdasarkan proyeksi penjualan retail yang tidak ditemukan, bahkan menggunakan angka-angka itu untuk dilaporkan kepada Securities and Exchange Comission dan kepada para pemegang sahamnya.

Temuan yang ditulis dalam laporan ini mengungkit sebuah pertanyaan tentang bagaimana sebuah bisnis, yang mana hampir tidak ada anggota sales mereka yang mencatatkan keuntungan dan nyaris tidak ada konsumen retail, bisa dikategorikan sebagai direct selling? Dan sebenarnya bagaimana perusahaan seperti itu bisa disebut sebagai sebuah “bisnis”?


BAGIAN 1 : BAGAIMANA MITOS PENDAPATAN MLM DIPERTAHANKAN

Membingungkan konsumen

Sebelum laporan ini, konsumen memiliki sedikit bahkan tidak ada data yang berguna tentang klaim pendapatan MLM. Sebaliknya, mereka dihadapkan kepada berbagai “testimonial” dan “kisah kesuksesan.”

Multi Level Marketing menggunakan berbagai bahasa yang membingungkan tentang trademark “rencana kompensasi” mereka dan penjelasan tentang model bisnis mereka yang memperbolehkan authorisasi tak terbatas dari para distributor mereka dan juga program pembayaran yang didapat dari pembelian orang-orang yang direkrut dalam rantai tak terbatas.

 Mereka menggunakan istilah consumer direct marketing, one-to-one marketing, personal franchising, network marketing, dan kata-kata menarik lainnya yang semuanya sebenarnya meyesatkan.

 Sejumlah MLM menggambarkan pembayaran mereka sebagai program yang unik dan lebih menguntungkan dibandingkan saingan mereka. Mereka menggunakan kosakata semacam stair-step breakaway, legs, binary, trinary, PV, dan BV, namun pada dasarnya semua sistem itu secara esensial identik dan menghasilkan hasil akhir finansial yang seragam pada mayoritas partisipannya.

 Berbagai lingkaran dan diagram digambarkan dalam pertemuan perekrutan mereka dan presentasi hirairki organisasi yang kompleks, kadang-kadang bisa mencapai 12 level dengan nama-nama menarik seperti Regent, Platinum, Diamond, dan Blue Diamond.

 Ada bonus kepemimpinan, bonus breakaway, bonus produksi, komisi antar level, dan berbagai macam nama “pendapatan.”

 Sering kali ada “harga retail yang dianjurkan” terhadap produk mereka yang sebenarnya sangat jarang dijual ke retail.

 Rebates, yang sebenarnya adalah diskon atas pembelian para distributor, dianggap sebagai “income”.

 “Distributor markup”, yang digunakan secara bergantian dengan kata “gross profit”, seolah-olah mereka adalah hal yang sama.

 Kualifikasi untuk bisa mendapatkan pembayaran ataupun rebates tergantung pada faktor-faktor kompleks seperti volume pembelian “personal group”, tingkat jenjang dari seorang distributor, ataupun ukuran dan konfigurasi dari pembelian para downline.

Metode lain untuk membingungkan konsumen termasuk:
1. Informasi tentang pendapatan yang diberikan oleh perusahaan MLM ataupun industri MLM sering kali dicampuradukkan dengan statistik perusahaan direct selling tradisional seperti Avon dan Tupperware.

2. Hampir semua data yang dipresentasikan MLM mengabaikan biaya rata-rata atapun pengeluaran normal bisnis seperti transportasi, telepon, perjalanan, pelatihan, ataupun ongkos pengiriman yang terjadi akibat mengoperasikan bisnis MLM. Dengan cara ini, “gross income” dicampuradukkan dengan “net profit.”

3. Pembelian inventori juga dikeluarkan sebagai biaya bisnis dan dianggap sebagai “konsumsi pribadi.”

4. Sejumlah perusahaan MLM melaporkan pendapatan rata-rata distributor dengan cara merata-ratakan mereka dengan pendapatan yang amat sangat besar dengan ribuan orang yang tidak mendapatkan apapun, menyebabkan kesan seolah “rata-rata” partisipan mendapatkan “profit” padahal mayoritas tidak.

5. Sejumlah data hanya memperhitungkan distributor “aktif” dan mengabaikan distributor yang tidak menghasilkan apapun dan keluar (mayoritas), karena angka pembagi jumlah distributor terhadap pembayaran pendapatan mengecil maka angka “pendapatan rata-rata” meningkat.

6. Biasanya distributor yang dihitung adalah distributor “aktif” selama 1 tahun terakhir. Strategi ini menyebabkan para partisipan level bawah yang mengalami kerugian dan kemudian keluar jumlahnya tidak bertambah dari tahun ke tahun. Seandainya angka distributor yang keluar dari tahun ke tahun diakumulasi, perbandingan para pemenang dan pecundang akan mencapai angka yang mengerikan.

7. Tidak dilaporkan angka yang sebenarnya tentang berapa partisipan baru setiap tahun dan berapa partisipan yang keluar pada tahun yang sama, sebuah bukti tentang karaktek asli dari permainan itu dan bukti nyata bisnis mereka tidak memiliki basis konsumen yang nyata.

8. Dalam kebanyakan MLM, persentase pembayaran rebate kepada distributor di berbagai jenjang tidak dipaparkan, karena bila dilakukan, akan terlihat kesenjangan yang tinggi antara pendapatan level bawah dengan level atas.

Singkatnya, perusahaan MLM tidak memberikan data finansial mendasar yang diperlukan konsumen untuk bisa membuat keputusan investasi yang cerdas. Karenanya kebanyakan masyarakat mengikuti suatu program atas rekomendasi orang lain yang juga ikut berdasarkan rekomendasi orang lainnya tanpa mengetahui kebenaran dari klaim “income opportunity.”

Klaim “Legalitas”

Elemen lain untuk mempertahankan mitos legitimasi MLM dan kesempatan pendapatan adalah berdasarkan klaim, bahwa tidak masalah bagaimanapun cara mereka beroperasi, mereka tetap “legal”. Sebagai sebuah perusahaan legal, “sukses” dalam bisnis ini dikatakan mereka sebagai hasil dari “kerja keras” dan “mengikuti sistem” yang direkomendasikan oleh organisasi, sama seperti model bisnis legal lainnya. Tingkat persentase kegagalan dan kerugian yang dialami oleh para anggotanya, tanpa perlu memperhatikan skalanya, dianggap sebagai resiko bisnis yang normal dan merupakan kesalahan pribadi individu tersebut. Klaim dari legalitas teknis digunakan untuk mengafirmasikan legitimasi finansial, untuk menutupi kejahatan struktural yang mengharuskan mayoritas untuk kalah, dan menjustifikasi penipuan sistematis.

Sampai sekitar 25 tahun sebelumnya di Amerika Serikat, skema penjualan rantai tak terputus secara rutin dipandang sebagai skema piramida ilegal dan merupakan “praktek tidak adil dan penipuan perdagangan”. Semua perusahaan penjualan yang menggunakan rantai tak terputus dalam memasarkan produk mereka akan dianggap sebagai penipuan karena mayoritas peserta mengalami kerugian dan adanya keperluan untuk melakukan penipuan dalam aktifitasnya. Walaupun begitu, laporan ini tidak secara langsung mengalamatkan pertanyaan tentang apakah MLM dengan rantai tak terputus adalah perusahaan legal atau tidak. Sejak 2000, Federal Trade Comission senantiasa menghindari melakukan prosekusi terhadap industri MLM, menyebabkan konsumen mempertanyakan legalitas MLM yang sebenarnya. Konsumen harus mencari tahu sendiri apakah mereka telah ditipu atau tidak.

Tidak masalah apakah perekrutan rantai tak terputus dinyatakan legal atau tidak, tidak masalah FTC melakukan prosekusi atau tidak terhadap industri MLM, tidak akan mengubah kenyataan akan adanya kerugian masif bagi pesertanya. Rantai tak terputus, tanpa para partisipannya mendapatkan keuntungan utama dari penjualan retail, akan selalu menyebabkan kerugian bagi mayoritas pesertanya.

Dalam kasus yang jarang di mana FTC menindak perusahaan MLM, faktor yang menjadi perhatian utama mereka adalah apakah penjualan yang dilakukan perusahaan tersebut mayoritas dilakukan kepada konsumen atau bukan. Hal ini adalah faktor yang membedakan apakah sebuah MLM adalah direct selling atau samaran dari skema perekrutan piramida.

Menyembunyikan Matematika Piramida

Berikut adalah sebuah ilustrasi matematika sederhana dari program distribusi 6 level yang mana setiap orang merekrut 5 orang. Seorang partisipan akan mulai mendapatkan keuntungan setelah memiliki 3 level downline (5+25+125=155 orang). Ilustrasi:

Top Level: 1
Level #2: 5
Level #3: 25
Level #4: 125
Level #5: 625
Level #6: 3.125
Total 3.906 partisipan

Karena hanya partisipan yang memiliki 3 level downline saja yang bisa untung, maka hanya partisipan level 1,2, dan 3 yang akan mendapatkan keuntungan. Jumlah mereka (31/3906) kurang dari 1%. Persentase partisipan yang kehilangan uang lebih dari 99%.

Formula dasar ini berlaku tidak masalah ada berapa level yang ditambahkan. Sekitar 99% dari partisipan tidak dimungkinkan untuk mendapatkan keuntungan. Sebagai contoh, bila bagan di atas ditambah 1 level (level #7), ada ada tambahan 15.625 partisipan. Peserta total akan menjadi 19.531. Jumlah partisipan yang bisa mendapatkan keuntungan adalah 1+5+25+125=156 peserta, tetap kurang dari 1% dibandingkan 19.531.

Angka-angka yang besar, yang oleh promoter MLM disebut sebagai “potensial pendapatan luar biasa”, didasarkan pada overrides dari level partisipan downline terdalam. Hanya beberapa orang saja yang akan mencapai keadaan itu. Secara matematis sudah ditakdirkan sejak awal oleh perancang sistem pembayaran MLM bahwa mayoritas akan mengalami kerugian, bukan karena faktor “kerja keras” dan “mengikuti sistem.”

Trik dalam skema ini adalah menutupi kenyataan dan meyakinkan setiap peserta bahwa mereka akan berhasil dalam membangun grup downline yang besar. Partisipan dididik untuk percaya bahwa ini adalah formula kekayaan di mana “semua orang pasti bisa.”

Menyembunyikan Data

Penipuan masal diperlukan untuk menarik sejumlah besar konsumen agar bersedia mengikuti program-program di mana mayoritas dari mereka sejak awal sudah ditakdirkan untuk gagal. Seandainya kebenaran diketahui dan dipahami sejak awal, sangat sedikit orang yang akan mencoba.

Industri lain seperti casino dan lotere dikenal sebagai arena di mana mayoritas pemain mengalami kerugian dan sedikit orang memenangkan uang. Perusahaan mereka secara ketat diawasi dan pemaparan yang jujur tentang peluang menang-kalah diharuskan. Pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemain dianggap mereka sebagai hiburan / membeli entertainment. Tidak ada konsumen yang akan menganggap serius permainan judi sebagai “income opportunity” apalagi sebuah pilihan karier.

Survei dari Pyramid Scheme Alert menunjukkan bahwa peluang keberhasilan di arena MLM lebih kecil dibandingkan dengan peluang memenangkan uang di beberapa jenis perjudian. Saat semua partisipan selama beberapa tahun dijumlahkan bersama, yang semuanya sebenarnya ingin menang, didapati bahwa tingkat kegagalan mencapai angka 99,9%. Untuk mencapai posisi pendapatan besar, yang sering disebut oleh para promoter, tingkat keberhasilannya adalah terlalu kecil untuk digambarkan dalam sebuah grafik.

Lebih dari itu, dalam semua permainan judi dan lotere, peluang menang-kalah adalah bersifat random, semua orang memiliki kesempatan yang sama. Di MLM, peluang menang-kalah sangat ditentukan juga oleh posisi dan timing. Hanya mereka yang mengikuti program sejak awal, pemilik program, dan sejumlah kecil partisipan yang akan mendapatkan keuntungan. Mereka berada di posisi di mana kesuksesan dan uang sudah dipastikan ada setiap kali partisipan baru masuk. Para pecundang, mereka yang masuk paling akhir, tidak memiliki peluang sama sekali untuk menggantikan posisi mereka yang berada di atas.

Bahkan, sekalipun menggunakan metode akuntansi versi MLM , data-data yang tersedia menunjukkan 99% partisipan “aktif’ yang sedang menginvestasikan uang dan waktu mereka tidak mendapatkan profit. Beberapa rugi ratusan dolar, beberapa lagi rugi ribuan dolar.

Kerugian masif yang dialami konsumen diakibatkan oleh penahanan data keuangan dan informasi oleh industri MLM terhadap para konsumen yang bergabung menjadi distributor MLM. Pada saat yang bersamaan, kampanye skala besar untuk menggambarkan MLM sebagai “income opportunity” dan sumber pendapatan digalakkan untuk menarik perhatian masyarakat.

Karakter Alami Bisnis MLM

MLM bukanlah bisnis direct selling seperti yang mereka katakan. Avon dan Tupperware adalah direct selling, tetapi MLM tidak.

Multi Level Marketing adalah sebuah model bisnis yang unik. Mereka berbeda secara signifikan dengan model penjualan langsung tradisional karena memperbolehkan setiap partisipannya merekrut orang lain dan mendapatan overrides / komisi dalam sebuah rantai tak terputus. “Rantai tak terputus” adalah titik yang paling kontroversial. Ini adalah karakteristik yang paling mengundang penipuan finansial. Pendapatan overrides adalah pendapatan utama dari bisnis MLM, sedangkan pendapatan penjualan retail adalah pendapatan utama dari bisnis penjualan langsung (direct selling).

Rantai management MLM tidaklah sama dengan struktur management perusahaan penjualan tradisional. Perusahaan penjualan langsung tradisional skala nasional sekalipun dapat diorganisir dalam 4 level managerial yang memantau para sales yang menjual langsung ke konsumen (end user). Di MLM, rantai semacam ini adalah tak terbatas.

Kamuflase Akan “Penjualan Produk”

Walaupun secara virtual tidak ada distributor yang mendapatkan keuntungan atau memiliki pelanggan, sebuah skema piramida tetap dapat kelihatan seperti sebuah “perusahaan penjualan” biasa. Hal ini karena setiap kali seorang rekrutan baru membeli produk, komisi dihitung sebagai pembelian produk oleh rekrutan sebelumnya. Secara virtual, tidak pernah ada end user, yang ada adalah rangkaian tak terputus dari “distributor.” Beberapa distributor yang memperoleh profit mendapatkannya dari rangkaian baru distributor baru yang direkrut. Bila rangkaian ini berakhir, pendapatannya juga berakhir.

Walaupun skema berbasis rekrut ini dapat dikamuflasekan untuk tampak seperti “penjualan”, elemen klasik dari skema piramida tetap dapat ditemukan:
1. Adanya multi level investor yang membawa masuk lebih banyak rekrutan
2. Pembayaran diperlukan untuk mendapatkan uang dan mempertahankan posisi dalam rantai distribusi.
3. Rekrutan diharuskan untuk melanjutkan rantai agar bisa mendapatkan bayaran.
4. Investor lama mendapatkan bayaran dari investasi rekrutan baru.
5. Sebuah struktur di mana mayoritas partisipan secara permanen berada di level bawah di mana income adalah tidak memungkinkan.
6. Setiap level distribusi terbaru pasti terdiri dari jauh lebih banyak partisipan dibanding level sebelumnya, misalnya 5 kali lipat lebih banyak.

Skema seperti ini tidak boleh berhenti merekrut. Dia juga tidak pernah stabil karena tidak memiliki basis pelanggan yang kuat. Semakin lama skema ini beroperasi, semakin kecil kemungkinan untuk melakukan perekrutan baru, dengan demikian mengurangi kemungkinan untuk bisa mendapatkan income. Profit dalam sistem seperti ini bukanlah profit yang sebenarnya, dia cuma merupakan transfer uang dari partisipan level bawah ke level atas saja.

Proses pencucian uang melalui pembelian barang bisa mengkamuflasekan keseluruhan operasi MLM sebagai perusahaan penjualan berbasis produk, bukan fee. Penjualan produk dalam skema perekrutan diperkenalkan lewat janji palsu akan adanya pendapatan lewat pembelian bulanan. Tidak memerlukan biaya untuk memasuki MLM, tetapi pembelian bulanan diharuskan untuk mengkualifikasikan seseorang untuk mendapatakan kesempatan “pendapatan tak terbatas.”

BAGIAN 2 : MENGEKSPOS MITOS PENDAPATAN REBATE MLM

Sumber Data

Pyramid Scheme Alert menyusun analisa terhadap pendapatan rata-rata actual dari NuSkin, Nikken, Melaleuca, dan Cyberwize.com, laporan dibuat dengan basis per 10.000 partisipan. Keempat perusahaan MLM tersebut, tiga di antaranya adalah perusahaan besar, anggota terkenal di Direct Selling Association (DSA), dan yang keempat adalah perusahaan baru dan sedang berkembang dengan pesat. Mereka cukup representatif untuk jenis produk, cara pembayaran, struktur bisnis, dan klaim marketing dari mayoritas dari perusahaan MLM.

Angka-angka dalam analisa ini didapat dari dokumen publik yang dikeluarkan perusahaan yang bersangkutan dan cuma memasukkan pembayaran perusahaan kepada distributor dalam bentuk rebate dan komisi. Persentase dan uang aktual disajikan dalam basis per 10.000 distributor untuk mempermudah pembacaan, kecuali untuk laporan Amway/Quixtar.

Data NuSkin didapat dari laporan berjudul “Penerimaan Rata-Rata Aktual 1998”. NuSkin diharuskan oleh FTC untuk membuat pemaparan disebabkan karena pelanggaran mereka sehubungan dengan klaim pendapatan yang tidak akurat. NuSkin hanya mengkalkulasikan pendapatan dari distributor yang “aktif” selama 1 bulan pada tahun 1998. Jumlah distributor yang masuk namun akhirnya keluar dari program pada tahun yang sama tidak diikutkan.

Angka-angka Nikken dan Melaleuca berasal dari laporan mereka ke distributor sebelumnya. Keduanya juga hanya mengikutsertakan partisipan “aktif”. Melaleuca hanya mengkalkulasikan penerimaan anggotanya yang aktif selama 12 bulan penuh pada tahun 1992. Mereka yang drop out sebelum satu tahun dikeluarkan dari perhitungan. Melaleuca melaporkan bahwa lebih dari 50% distributornya keluar sebelum satu tahun.

Angka Melaleuca juga dikaburkan mereka karena mereka tidak bersedia memberikan angka eksak tentang persentase masing-masing distributor di setiap level distibusinya, yang diberikan mereka adalah angka persentase untuk 2 grup besar distributor. Namun, mereka mengemukakan bahwa sekitar satu dari lima partisipan yang bertahan lebih dari satu tahun akan naik dari jenjang terendah menuju level yang lebih tinggi. Analisa PSA didasarkan kepada ukuran umum dari kedua grup besar mereka.

Data Cyberwize.com berasal dari “Pernyataan Pemaparan Pendapatan Cyberwize.com tahun 2003-2004” yang diambil dari website mereka. Perusahaan ini, sama seperti lainnya, membatasi laporan dengan hanya memperhitungkan partisipannya yang aktif dan tidak memasukkan anggotanya yang tidak aktif.

Sumber data dari Amway/Quixtar adalah “Pendapatan rata-rata tahunan untuk IBO Amerika Utara, laba rata-rata tahunan 2001 dalam U.S. dolar, Quixtar Inc. 2002, yang diposting di website mereka. (Di Amway/Quixtar, distributor disebut dengan istilah Independent Business Owner (IBO)). “Aktif” dalam pemaparan Quixtar artinya bila seorang IBO mencoba melakukan penjualan retail, atau mempresentasikan rencana bisnis IBO, atau menerima uang bonus, atau menghadiri pertemuan IBO pada tahun 2000.

ANALISIS DATA : MEMECAHKAN KODE RAHASIA MLM

Data yang dikeluarkan perusahaan

Semua data yang digunakan dalam analisa pendapatan rebate di sini adalah berasal dari pemaparan publik perusahaan yang bersangkutan. Analisa dari PSA menyajikannya dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dengan menggunakan format per 10.000 distributor. Dengan menyajikan laporan dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, kode rahasia MLM menjadi terbaca. Pembayaran yang amat kecil yang diterima mayoritas peserta dan pembayaran yang amat sangat besar bagi sejumlah kecil partisipan level atas menjadi terbaca.

Perusahaan MLM telah membuat laporan tampak lebih baik bagi mereka dengan hanya memperhitungkan peserta “aktif” selama satu tahun, atau selama bulan tertentu ataupun beberapa bulan. Dengan metode ini, pendapatan dari mereka yang berada di level bawah menjadi meningkat. Proporsi dari distributor level atas juga menjadi mengecil. Seandainya semua anggota distributor ikut diperhitungkan, tingkat kegagalan yang lebih jujur akan terlihat.

Metode Kalkulasi
1. Penggunaan sistem 10.000 partisipan akan membuat laporan rumit dan abstrak dari perusahaan bersangkutan menjadi lebih mudah dipahami. Karena persentase distributor di setiap level dipaparkan oleh mereka, kita dapat mengetahui jumlah partisipan setiap 10.000 orang dengan mengalikannya dengan persentase angka tersebut. Contoh: Bila NuSkin mengatakan 0,66% pesertanya berada di level “Lapis”, berarti setiap 10.000 peserta ada 66 orang.
2. Dengan jumlah anggota di setiap level dipublikasikan, dan pembayaran rata-rata distributor di berbagai level diketahui, total pembayaran yang dibayarkan kepada setiap level, per 10.000 orang, dapat dikalkulasikan.
3. Dengan total pembayaran kepada tiap peserta di setiap level diketahui, persentase pembayaran yang dibayarkan kepada berbagai level dapat dikalkulasikan dengan jumlah tiap level dengan jumlah pembayaran total seluruh level.

Revenue, Bukan Profit

Angka penerimaan bukanlah profit. Biaya untuk melaksanakan bisnis (membeli inventori, biaya mobil, telepon, membeli material marketing, seminar pelatihan dll.) belum diperhitungkan, termasuk pajak. Net income aktual, bila ada, akan jauh lebih kecil daripada angka-angka yang tersaji.

Kenyataan bahwa penerimaan rata-rata tidak mencukupi untuk mendapatkan “profit” adalah benar bahkan untuk perusahaan dengan angka pendapatan rata-rata tertinggi di industri MLM. Pada bulan Mei 2004, pada acara ekspos terhadap program penjualan Amway/Quixtar, NBC Dateline melaporkan bahwa pendapatan utama dari distributor level atas Amway/Quixtar bukan berasal dari komisi penjualan Amway/Quixtar, melainkan lewat bisnis penjualan buku, kaset, dan registrasi seminar rekrutan baru. Para pengkritik mengatakan bahwa biaya untuk menjadi seorang distributor top di Amway/Quixtar lebih besar dibanding pendapatan / komisi mereka. Tanpa adanya “rahasia” sumber pendapatan lain, para “kingpins” akan mengalami kerugian. Para pengkritik yang diwawancarai oleh Dateline juga mengungkapkan bahwa penjualan buku, kaset, dan registrasi seminar mereka diorganisir dengan sistem piramida tertutup. Barang-barang itu tidak pernah diretail di luar para sales. Para distributor level atas akan mendapatkan keuntungan setiap kali terjadi penjualan kepada distributor level bawah.

Biaya Penjualan Retail dan Penerimaannya Tidak Dimasukkan

Pendapatan dari penjualan retail tidak ikut dikalkulasikan dalam analisa dari kelima perusahaan. Bagian 3 dari laporan ini mengupas penjualan retail dari perusahaan MLM dengan jumlah sample yang lebih banyak.

Karena tidak ada proyeksi akan laba penjualan retail di laporan ini, semua biaya yang terjadi yang berhubungan dengannya seperti pembelian inventori, marketing, perjalanan, pelatihan, sample barang, diskon dll. juga tidak dikalkulasikan. Bila biaya-biaya tersebut dibandingkan dengan hasil penjualan retail, kerugian riil akan lebih besar daripada yang dipresentasikan di laporan ini.

Estimasi Pembayaran NuSkin:
Sumber: NuSkin’s “1998 Actual Average Incomes” Report


Pada setiap 10.000 anggota NuSkin:
 16 dari 10.000 individu menerima 52% dari pembayaran perusahaan.
 99% partisipan posisi terendah mendapatkan pendapatan rata-rata $7,43 per minggu (bila memperhitungkan pengeluaran dan pajak, hasilnya adalah kerugian yang signifikan).
 Top 1% dari organisasi menerima 74% total pembayaran perusahaan.
 86% partisipan tidak menerima apa-apa
 Rata-rata pembayaran kepada semua partisipan NuSkin adalah $28 per minggu sebelum pengeluaran dan pajak.

Estimasi Pembayaran Nikken:
Sumber: Nikken USA’s Average Wellness Consultant Income Sheet
Annual Income Statistics 2000


Pada setiap 10.000 anggota Nikken:
 25 dari 10.000 individu menerima 46% dari pembayaran perusahaan.
 Kurang dari 1% (75 orang) menerima 58% pembayaran perusahaan.
 94% peserta terbawah menerima 17% pembayaran perusahaan.
 Pembayaran rata-rata kepada 99% partisipan terbawah adalah $5,32 per minggu (belum termasuk pengeluaran dan pajak mereka, hasilnya adalah kerugian signifikan).
 Pembayaran rata-rata kepada semua partisipan Nikken adalah $12,57 per minggu (sebelum pengeluaran dan pajak)


Estimasi Pembayaran Melaleuca:
Sumber: Melaleuca’s 2002 Annual Income Statistics, Melaleuca Marketing Executives


Pada 10.000 anggota Melaleuca:
 82 dari 10.000 (kurang dari 1%) menerima lebih dari setengah pembayaran perusahaan
 30 individu menerima 35% dari total pembayaran perusahaan
 Rata-rata pendapatan 99% terbawah distributor Melaleuca yang aktif selama satu tahun penuh adalah $9,66 per minggu (sebelum pengeluaran dan pajak, hasilnya adalah kerugian yang signifikan)


Estimasi Pembayaran Cyberwize.com:
Sumber: Income Disclosure Statement for Cyberwize.com 2003-2004 on the cyberwize.com website (August, 2004)


Pada setiap 10.000 anggota Cyberwize:
 34% dari keseluruhan pembayaran diterima oleh 13 individu dari total 10.000 partisipan “aktif”.
 Rata-rata pendapatan untuk 99% partisipan terbawah adalah $5,61 (sebelum pengeluaran dan pajak, hasilnya adalah kerugian signifikan).
 Cyberwize.com memaparkan bahwa 67% distributor aktif mereka tidak mendapatkan komisi, 6.700 dari 10.000 distributor mereka tidak mendapatkan rebate income.
 Dua level terbawah dari jenjang distributor mereka mencapai 90% dari total partisipan.
 Dari 10.000 partisipan, penerimaan 4 orang di level tertinggi sama dengan 9.000 orang di level terbawah.

Data Tambahan Tentang Penerimaan Rebate Rata-Rata

1. Laporan tahunan perusahaan MLM, Usana, menunjukkan penjualan sebesar $133.776.000,- dan pembayaran kepada distributor sebesar $51.174.000,-. Perusahaan tersebut memiliki 66.000 distributor “aktif” (mereka yang membeli produk selama tiga bulan terakhir). Artinya seorang distributor rata-rata membeli produk sejumlah $2.027,- per tahun dan menerima pendapatan rata-rata $775 atau $14,90 per minggu (sebelum pengeluaran dihitung). Perhatikan: laporan dari Usana merusak gambaran sebenarnya dari bisnis mereka, di mana pembayaran yang mereka perhitungkan adalah selama 1 tahun penuh, namun distributor yang diperhitungkan hanya mereka yang aktif selama 3 bulan terakhir. Ribuan orang mendaftarkan diri dan kemudian keluar. Pembayaran mereka diperhitungkan sebagai penjualan, namun mereka tidak ikut dihitung saat pembayaran rata-rata dikalkulasikan.

2. Pada tahun 2000, Market Amerika, perusahaan MLM lainnya, membayarkan uang sebesar $60,6 juta dolar kepada 81.379 distributor aktif, artinya $15 per minggu sebagai pendapatan rata-rata (sebelum pengeluaran distributor diperhitungkan).

3. Berdasarkan laporan tahunan tahun 2000 dari perusahaan MLM, Pre-Paid Legal Services, perusahaan membayarkan $139.891.000,- komisi dalam lima tahun terakhir. Total partisipan yang ikut dalam program mereka selama itu berjumlah 472.189. Artinya rata-rata mendapatkan $5,70 per minggu (sebelum pajak, pelatihan, dan pengeluaran lainnya). Bila biaya pelatihan dimasukkan, pendapatan mereka rata-rata $2,10 per minggu.

Rangkuman Dari Penemuan Penerimaan Rebate

Hasil analisa terhadap tiga perusahaan MLM paling terkenal dan satu yang lebih baru menunjukkan 99% distributor mereka tidak mendapatkan keuntungan rebate dari perusahaan mereka. Selain itu, jutaan dolar telah dibayarkan distributor-distributor itu untuk produk, pelatihan, fee, dan material marketing yang sebenarnya akhirnya menjadi keuntungan bagi sejumlah kecil peserta di level atas. Konsentrasi penerimaan uang yang didapatkan oleh segelintir distributor adalah konsisten dan ekstrim.


Para promoter MLM di posisi Top senantiasa mengatakan bahwa pendapatan yang mereka dapatkan bisa didapatkan oleh siapapun. Kenyataannya, setiap tahun, para rekrutan baru (mayoritas dari distributor) keluar dan digantikan oleh rekrutan baru lainnya. Tingkat drop out tahunan dari program MLM bisa mencapai 50% sampai 75%. Dalam kasus Nikken, masa aktif para Direct dan Senior (81% dari total partisipan) adalah kurang dari 1 tahun.
Uang yang dikeluarkan oleh para partisipan di level bawah, adalah sumber pendapatan dari mereka yang berada di atas, tahun demi tahun.

Tiga Kunci Untuk Memahami Pembayaran Rebate MLM

 Perbedaan pendapatan antar level di MLM bukan lagi antara pendapatan tinggi dan pendapatan rendah seperti di korporasi umumnya, perbedaan di MLM adalah antara amat sangat tinggi dibanding dengan tiadanya profit sama sekali (setelah semua biaya diperhitungkan).

 Pendapatan yang amat sangat tinggi yang diperoleh dari distributor level top dalam MLM basis rekrut diperoleh secara langsung dari distributor-distributor yang mengalami kerugian, bukan dari “pelanggan” perusahaan, seperti yang biasanya terjadi di perusahaan umum. Jadi uang dari suatu level berpindah ke level yang lain, uang berpindah di dalam perusahaan! MLM basis rekrut sama sekali tidak memiliki basis konsumen yang kuat, uang yang didapat distributor level atas dari tahun ke tahun diambil dari pengeluaran distributor level bawah dan keluarga mereka.

 Persentase untuk mencapai posisi top di MLM tidak menunjukkan angka-angka yang masuk akal untuk “sukses” :

- 16 dari 10.000 di NuSkin
- 1 dari 10.000 di Nikken
- 30 dari 10.000 di Melaleuca
- 1 dari 10.000 di Cyberwize.com
- 2 dari 300.000 di Amway/Quixtar (akan dijelaskan di bagian “Suplemen Spesial”)

Peluang riil sebenarnya jauh lebih buruk! Tidak semua orang yang berada di dalam sistem MLM memiliki kesempatan yang sama, tidak seperti lotere. Mereka yang berada di posisi top MLM akan menang setiap hari, karena posisi mereka, bukan karena peluang menang-kalah. Bila jumlah semua partisipan (aktif maupun tidak) benar-benar diperhitungkan dalam laporan keuangan mereka, angka yang terlihat akan jauh lebih buruk.

BAGIAN 3 : MENGEKSPOS MITOS PENDAPATAN RETAIL DARI MLM

Pada bagian sebelumnya telah ditunjukkan bahwa secara virtual tidak ada distributor MLM yang mendapatkan keuntungan dari rebate atau komisi. Jumlah uang yang sangat besar dikeluarkan, namun kebanyakan berpindah ke kantong dari distributor level top dari organisasi mereka.

Dapatkah anggota MLM mendapatkan keuntungan dengan meretailkan produk mereka ke konsumen (end user)? Angka-angka yang kami dapatkan dari 20 perusahaan MLM sekali lagi membuktikan kata-kata itupun adalah mitos. Sebelum memperhitungkan pajak dan biaya untuk menjual, sekalipun seorang distributor sanggup menjual harga produk mereka dengan harga retail tanpa diskon, pendapatan retail maksimum mereka hanya berkisar $12 per minggu. Setelah memperhitungkan berbagai jenis biaya dan praktek pemberian diskon dalam kenyataan, free samples, dan penggunaan pribadi, penerimaan rata-rata akan berkisar antara nol dan rugi besar.

Pentingnya Meretailkan Produk Secara Hukum

Walapun Federal Trade Comission menggunakan persentase pendapatan retail sebagai acuan penentuan apakah MLM adalah perusahaan piramida atau bukan, namun dalam prakteknya perusahaan MLM tidak perlu menyampaikan angka penjualan retail yang sebenarnya baik kepada distributor maupun kepada pemerintah. Bila FTC harus memprosekusi sebuah perusahaan MLM sebagai perusahaan piramida, mereka harus menunjukkan bukti bahwa perusahaan tersebut memang tidak cukup meretailkan produk, pencarian bukti ini membutuhkan research yang amat menghabiskan waktu dengan berurusan dengan perusahaan MLM.

Dalam kasus FTC melawan Equinox International, tanpa perlu melakukan pemeriksaan lapangan yang sangat memboroskan biaya untuk mengecek data penjualan retail, FTC menggunakan argumen logika matematika sederhana untuk menentukan level penjualan retail yang diperlukan sebuah perusahaan MLM untuk bisa disebut sebagai perusahaan legal. Bila angka level itu sudah didapat, digabungkan dengan faktor-faktor lainnya, yang kebanyakan akan disajikan dalam laporan ini, kebanyakan perusahaan didapati tidaklah memenuhi syarat karena tidak berhasil mencapai angka itu.

Acuan 70% Retail

Formula tersebut melibatkan penjumlahan total biaya produksi, biaya marketing, overhead umum, dan keuntungan retail. Model perhitungan FTC mengizinkan bahwa hanya setengah dari pendapatan rebate yang diterima seorang distributor harus didapat dari penjualan retail, jadi hanya nilai setengah dari pendaptan rebate yang dijumlahkan. FTC memproyeksikan bahwa 70% dari penjualan yang dilakukan oleh distributor Equinox harus bentuk retail supaya mereka bisa dikategorikan sebagai perusahaan MLM yang legal. FTC juga percaya penjualan retail dari Equinox tidaklah melebihi 20% dari omset mereka.

Karena kebanyakan MLM mengalokasikan porsi yang besar dari penjualan mereka untuk dijadikan pendapatan rebate kepada para upline, maka kebanyakan dari mereka akhirnya harus menjual setidaknya 70% produk ke konsumen untuk bisa disebut sebagai perusahaan legal. Menggunakan laporan tahunan tahun 2000 dari Herbalife International, salah satu perusahaan MLM yang paling besar, mereka akan harus menjual setidaknya 80% produk mereka dalam bentuk retail seandainya formula dari FTC diaplikasikan.

Ada berbagai kejadian, selain tes dari FTC, untuk menunjukkan bahwa memang 70% dari penjualan MLM harus dalam bentuk retail untuk dapat mengkategorikan mereka sebagai perusahaan non piramida.

 Pada tahun 1979, Amway diharuskan untuk menjual 70% produk mereka lewat retail setiap bulan. Amway mengatakan bahwa sejak awal mereka memang sudah membuat peraturan itu kepada distributor mereka. “Aturan 70%” ini seharusnya mencegah Amway untuk melarang penimbunan stok oleh distributor mereka. Tahun-tahun terakhir ini, Amway mengklaim bahwa penjualan dari seorang distributor kepada distributor lainnya juga termasuk penjualan retail. Sampai saat ini FTC belum memutuskan menerima klaim seperti ini dari MLM manapun.

 Sebagai tambahan, standar 70% ini telah diaplikasikan dalam 4 kasus di North Carolina, oleh kantor pengacara umum NC. Keempat perusahaan itu adalah Club Atlanta Travel, Destiny Telecomm International ,Inc., Tele-Card International, dan International Heritage, Inc..

Kenyataan Retail
 Level penjualan retail yang aktual dari mayoritas MLM diprakarsai oleh Amway/Quixtar, perusahaan MLM tertua dan terbesar. Amway telah diperintahkan oleh pemerintah untuk menyediakan data penjualan retail mereka. Mereka memaparkan bahwa kurang dari 20% produk mereka dibeli oleh orang-orang yang bukan distributor mereka.

 Melaleuca dan kebanyakaan perusahaan MLM menekankan praktek “menjadi pelanggan Anda sendiri”, benar, membeli produk perusahaan dan merekrut orang lain untuk juga membeli produk perusahaan. Secara virtual semua program MLM mengharuskan pembelian minimum kepada distributor mereka. Tidak ada satupun dari empat perusahaan yang dipelajari di sini yang membayarkan rebate berdasarkan penjualan retail, semuanya berdasarkan pembelian distributor downline.

 Akhir-akhir ini, sebagai respon terhadap aksi regulator yang fokus pada level penjualan retail, beberapa MLM mulai mengharuskan distributor mereka untuk memiliki pelanggan retail. Ini tidak menunjukkan bahwa distributor itu mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualan retail atau menunjukkan bahwa mereka memiliki basis konsumen yang kuat, mereka cuma mencari beberapa pelanggan untuk jaga-jaga. Contohnya: untuk kasus Pre-Paid Legal, salah satu MLM terbesar, rata-rata pelanggan retail distributor mereka adalah 4 orang, tidak cukup untuk menghasilkan keuntungan yang cukup untuk distributornya.

Data dari 21 MLM
Sumber: Multi Level Marketing, the Definitive Guide to America’s Top MLM Companies. Compiled by Will Marks, 1994.


Rangkuman Dari Penemuan Pendapatan Retail
 Penemuan adalah berdasarkan sample tahun 1994 dari 21 perusahaan MLM, skala besar maupun kecil.
 Sample terdiri dari 5,2 juta distributor dengan “proyeksi” penjualan retail sebesar $10 milyar.
 Rata-rata gross profit perusahaan MLM adalah 33%.
 Gross profit rata-rata maksimum dari para distributor adalah $634,08 per tahun ($12,19 per minggu), sebelum pengeluaran dan pajak.
 Pendapatan $12 per minggu ini didapat hanya bila mereka berhasil menjual semua inventori mereka di pasar retail, tidak membeli sama sekali produk untuk diri sendiri, tidak pernah memberikan sample gratis, dan tidak memberikan diskon kepada pelanggannya.
 Bila biaya yang sebenarnya diperhitungkan, termasuk inventori, sample, biaya penjualan, dan diskon, maka net profit bagi distributor adalah mendekati nol sampai rugi besar.

Singkatnya: Tidak Terdapat Profit Rebate, Tidak Juga Terdapat Profit Retail.

Rendahnya potensial pendapatan keuntungan retail ($12,19 per minggu), harus dipandang bersamaan dengan penemuan kita sebelumnya tentang pendapatan rebate:

 Rata-rata pendapatan rebate 99% partisipan “aktif” NuSkin adalah $7,43 per minggu
 Rata-rata pendapatan rebate 99% partisipan “aktif” Nikken adalah $5,32 per minggu
 Rata-rata pendapatan rebate 99% partisipan “aktif selama full 1 tahun” Melaleuca adalah $9,66 per minggu
 Rata-rata pendapatan rebate 99% partisipan “aktif” Cyberwize.com adalah $5,61 per minggu

Laporan PSA menunjukkan bahwa “income opportunity” yang dijanjikan industri MLM, baik berupa rebate income maupun retail income, adalah tidak benar. Yang terjadi adalah kerugian masif oleh mayoritas partisipan yang berubah bentuk menjadi keuntungan yang amat sangat besar bagi promoter program mereka.

Klaim MLM akan legitimasi, berdasarkan “income opportunity” terhadap para konsumen, adalah palsu dan tidak terbukti. Klaim lainnya bahwa model bisnis mereka adalah direct selling, juga terbukti palsu.

Mitos Door-to-Door Selling

Model penjualan MLM diklaim mereka sebagai sistem door-to-door selling oleh ribuan reseller mereka. Klaim ini adalah kontradiktif dengan pengalaman dari banyak orang. Penjual door-to-door sudah sangat jarang ditemukan dalam masyarakat Amerika Serikat hari ini. Tidak banyak orang yang ada di rumah pada jam kerja ataupun memiliki waktu untuk menjamu para penjual. Pertimbangan tentang keamanan juga menyebabkan penjual door-to-door tidak popular. Internet, distribusi masal, took-toko diskon, katalog mail order, dan telemarketing semuanya memiliki kontribusi atas hilangnya penjual door-to-door.

Selain faktor-faktor di atas, masih ada 10 faktor mengapa distributor MLM sulit untuk bisa menjual secara door-to-door:
1. Gross profit yang tidak mencukupi dan harga produk yang terlalu tinggi.
Sebagai contoh: Nikken, mereka menetapkan keuntungan kotor sebesar 20% dari penjualan retail produk mereka. Dengan mempertimbangkan biaya untuk melakukan penjualan, margin seperti ini akan sangat sulit untuk memberikan keuntungan yang diperlukan oleh para partisipannya.

Seorang distributor harus membiayai ongkos memprospek orang, melakukan presentasi produk, pembelian produk, meyediakan customer support dan material marketing, menyediakan sample gratis, atau setidak-tidaknya untuk demonstrasi produk, dan mengantarkan produk (kecuali pelanggan membeli langsung dari Nikken). Para distributor juga harus menagih pembayaran dan mengembalikan produk seandainya diperlukan. Biaya lainnya yang terjadi misalnya lisensi bisnis dan akuntansi (Nikken menagih biaya akuntansi sebesar $24 sampai $360 per tahun kepada distributor mereka atas pelayanan akuntansi mereka), perjalanan, telepon, komputer, dan biaya teknologi lainnya.

Margin retail sebesar setidaknya 50% (100% mark up dari biaya pembelian “grosir”) diperlukan supaya dapat menutup harga produk dan biaya operasional dari seorang distributor. Perusahaan penjualan langsung semacam Avon memberikan margin retail yang tinggi bagi para distributornya.
Selain margin keuntungan kotor, harga jual produk juga harus kompetitif di pasaran. Kenyataan yang kita ketahui adalah harga produk MLM jauh di atas produk-produk sejenis di pasaran.

2. Pilihan yang terbatas kepada konsumen membatasi kesempatan penjualan retail.
Pilihan adalah terbatas dalam metode penjualan orang-ke-orang ini, kebanyakan konsumen lebih suka pergi ke toko ataupun supermarket karena adanya pilihan yang lebih banyak dan tidak ada tekanan pembelian dari sang penjual yang kemungkinan adalah saudara atau teman baiknya.

3. Kebijakasanaan marketing menyulitkan penjualan retail.
Mayoritas MLM memberlakukan pembatasan yang menyulitkan aktifitas penjualan, sehingga meningkatan harga jual retail dan membatasi ekspos oleh para penjualnya. Pembatasan mereka di antaranya larangan pemajangan produk di toko retail dan pengiklanan masal. Sebagai tambahan, perusahaan MLM juga tidak melibatkan diri di iklan nasional untuk mendukung merek mengedukasi konsumen mengenai produk dan perusahaan mereka. Biaya dan beban untuk melakukan itu ditanggung oleh para distributor mereka.

4. Tidak ada pelatihan penjualan retail.
Perusahaan MLM jarang memberikan pelatihan kepada para partisipannya untuk bisa melakukan penjualan retail. Fokus utama pelatihan dan seminar mereka adalah melatih, memotivasi, memberikan reward kepada partisipan untuk merekrut lebih banyak partisipan lainnya.

5. Sifat alami produk mempersulit penjualan produk.
Sejumlah produk MLM pada dasarnya adalah kontroversial. Selama bertahun-tahun, produk-produk penurunan berat badan MLM mengandung senyawa yang sebenarnya sejak lama dilarang, seperti ephedrine. Misalnya tentang produk Nikken yang mengandung magnet terapis, sebuah laporan di internet mengajukan keberatan atas nilai dan efisiensi dari teknologi magnet, termasuk tantangan ilmiah dan hukum. Bebagai isu-isu kontroversial ini menyebabkan tantangan yang lebih besar bagi partisipannya untuk bisa menjual produk perusahaan mereka.

6. Tersedianya produk-produk lain yang kompetitif mempersulit penjualan retail
Banyak produk dengan manfaat yang setara dengan produk MLM bisa dibeli di toko-toko, supermarket, ataupun di internet dengan harga yang lebih murah. Produk-produk Nikken, bahkan dapat dibeli dari distributor dan mantan distributor mereka dengan harga diskon.

7. Pertambahan jumlah distributor yang tinggi mempersulit penjualan retail.
Karakteristik dari MLM adalah perekrutan, termasuk merekrut anggota keluarga dan teman baik. Bayangkan saja kalau Anda melihat restoran McDonald berada di mana-mana di jalan yang sama. Adanya jumlah distributor yang begitu banyak di sebuah wilayah geografis yang sama pada akhirnya akan menyebabkan pemberian diskon oleh mereka, sebuah skenario yang akan merusak bisnis penjualan retail mereka.

8. Manfaat jangka panjang untuk merekrut lebih besar dibanding menjual.
Setiap penjualan yang dilakukan oleh seorang distributor MLM tidak serta merta memastikan bahwa dia akan bisa menjual lagi kepada orang yang sama. Seorang downline yang terekrut, sebaliknya, berada di sebuah sistem yang mengharuskan dia untuk membeli lebih banyak. Dengan demikian, adalah lebih menguntungkan untuk mencari downline daripada mencari pelanggan retail.

9. Sistem kompensasi menguntungkan perekrutan.
Kebanyakan MLM menggunakan sistem pembagian hasil di mana upline bisa mendapatkan manfaat yang besar atas setiap produk yang terjual, lebih besar dibandingkan dengan distributor yang menjual. Dengan demikian, insentif untuk menjual menjadi kecil.

10. Kenaikan jenjang disebabkan oleh perekrutan.
Kesempatan apapun yang ditawarkan dalam skema ini, harus didapat dengan cara berada di posisi atas dari organisasi. Perekrutan adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pendapatan yang besar.

Godaan dan Pancingan

Perusahaan MLM mengalihkan perhatian akan skema bisnis dan kerugian definit dari mayoritas partisipannya mereka dengan mempresentasikan gambaran yang sangat menjanjikan dari prospek bisnis mereka. Secara virtual, semua MLM akan mengatakan hal-hal seperti ini:
 Kesempatan akan “residual” income. Ya, benar, Anda bisa mendapatkan komisi dari orang yang Anda rekrut dan juga orang-orang yang mereka rekrut. Anda bisa terbebas dari “budak gaji.”

 Pendapatan yang teratur tanpa pekerjaan yang teratur. Kebanyakan produk akan dibeli pelanggan dari bulan ke bulan, mereka membutuhkannya.

 Potensi pendapatan yang luar biasa. Benar, pendapatan Anda akan meningkat seiring dengan berkembangnya jumlah downline Anda. Bila seseorang merekrut lima orang, dan mereka kemudian merekrut 5 orang, dalam 7 level saja, orang itu memiliki 78.000 downline. Komisi dari pembelian mereka, bulan demi bulan, akan mengalir ke kantong orang tersebut. Anda bisa menjadi orang itu! Apakah pekerjaan Anda sekarang memberikan kesempatan seperti itu?

 Kemungkinan untuk pensiun dini. Dengan pendapatan dari grup downline Anda, Anda tidak perlu bekerja dan hidup dengan enak!

 Personal freedom, kebebasan finansial! Tidak ada lagi bos!

 Fleksibilitas waktu. Lebih banyak waktu untuk anak, keluarga, dan liburan.

 Kesempatan untuk bisa berbisnis dengan modal yang kecil! Tidak ada resiko.

 Tidak perlu spesialisasi dan pendidikan. Anyone can do it!

 Tidak perlu biaya marketing dan “cold” call. Prospek pertama Anda adalah teman baik, keluarga Anda, atau tetangga Anda.

Menyalahkan Para Korban

Jutaan konsumen mengikuti program MLM, mengalami kerugian, dan keluar tanpa pernah memahami mengapa mereka gagal. Mereka diperlihatkan tentang gaya hidup eksklusif dari peserta yang “sukses”, dan diberitahu bahwa “Anyone can do it.” Promoter meyakinkan mereka bahwa bila mereka gagal, itu karena “kegagalan mereka sendiri.” Kebanyakan dari mereka tidak pernah membayangkan berapa banyak orang yang telah ikut dan juga akhirnya keluar. Mereka percaya kegagalan mereka adalah hal yang tidak biasa dalam sistem bisnis mereka. Konsekwensinya, mereka tidak mengajukan protes dan gugatan kepada pemerintah, mereka juga tidak akan memperingatkan teman dan saudaranya untuk menghindari MLM. Rasa malu dan kekecewaan mereka ditutupi dengan sikap diam. Akibatnya, program perekrutan berjalan tanpa halangan.

Seperti yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, tingkat persentase partisipan yang gagal nyaris tidak berhubungan sama sekali dengan usaha partisipan tersebut. Kerugian multi milyar dolar dari konsumen disebabkan oleh model bisnis piramida. Penjualan retail adalah kurang memungkinkan, dan pendapatan berbasis rekrut menyebabkan mayoritas peserta ditakdirkan untuk rugi. Hal yang sebaliknya tidak bisa terjadi. Setiap seorang peserta “sukses”, secara matematis dipastikan akan ada banyak peserta lainnya yang tidak. “Anyone” cannot do it.

Skema rantai tak terputus, tentu saja, tidak dapat dilanjutkan selamanya. Korban di level bawah, terus menerus mengalami perubahan, banyak yang keluar dan digantikan dengan yang baru. Kegagalan masif memang diperlukan, bila tidak dalam waktu singkat semua populasi bumi akan menjadi anggotanya.
Skema seperti ini, pada akhirnya harus berpindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain, biasanya ke negara lain, dan ada juga yang kemudian mengganti nama mereka untuk melanjutkan aksi perekrutan.

Suplemen Spesial : Data dan Analisa Amway/Quixtar

Mitos tentang kesempatan pendapatan yang dikampanyekan oleh industri MLM seperti yang telah dipresentasikan di bagian sebelumnya menunjukkan bahwa 99% partisipan tidak mendapatkan net income dalam bentuk pendapatan rebate, komisi, dan bonus. Data dari 21 perusahaan MLM menunjukkan partisipan juga tidak mendapatkan keuntungan lewat penjualan retail. Kesempatan seorang partisipan baru untuk mendapatkan keuntungan dari MLM adalah sangat kecil, terlalu kecil untuk bisa disebut sebagai “income opportunity.”

Suplemen ini menyajikan data dan analisis dari Amway, sekarang dikenal dengan nama Quixtar di Amerika Utara. Hasil akhir menunjukkan hasil yang sama, setidaknya 99% distributor mereka tidak mendapatkan keuntungan nyata.

Amway/Quixtar adalah MLM paling tua, paling besar, dan paling terkenal dengan pendapatan di atas $4 milyar. Amway dan Quixtar pada dasarnya adalah perusahaan yang sama dengan sedikit perbedaan superficial. Perusahaan induk mereka sama, yaitu Alticor. Top executive dan manager mereka juga sama. Distributor “kingpin” mereka juga sama. Produk dari mereka sama, dan sistem pembayaran mereka secara esensial sama.

Bisnis Rahasia

Angka-angka Amway dianalisa secara terpisah karena adanya bisnis rahasia yang dilakukan oleh para distributor level atas mereka, yang mana menghasilkan mayoritas dari pendapatan mereka. Bisnis rahasia ini telah diperkarakan dan diekspos di berbagai website selama bertahun-tahun. Bulan Mei 2004, program berita nasional NBC Dateline membawa sebuah kamera yang disembunyikan ke salah satu acara pertemuan perekrutan mereka dan berhasil mengekspos kejahatan mereka. Para “kingpins” Amway/Quixtar mendapatkan mayoritas dari pendapatan mereka lewat bisnis perekrutan, bukan dengan menjual produk Amway. Dalam pertemuan-pertemuan perekrutan, para “kingpin” mengklaim bahwa mereka menjadi kaya-raya dari bisnis Amway dan para peserta baru dapat mencapai apa yang mereka capai dengan menjadi distributor (IBO). Kenyataannya, para “kingpin” mendapatkan mayoritas pendapatan mereka lewat penjualan buku, kaset, dan seminar kepada rekrutan baru, yang diberitahu bahwa alat-alat itu diperlukan untuk mencapai “kesuksesan.” Kenyataannya, sejumlah distributor di level atas berada dalam posisi net loss (setelah pengeluaran) dari bisnis Amway mereka. Mereka bisa bertahan karena uang yang didapatkan dari perekrutan.

Data laporan ini menunjukkan pendapatan rata-rata dari distributor level top di Amway/Quixtar lebih kecil dibandingkan dengan MLM yang lain dan persentase pendapatan di level mereka juga lebih rendah dibandingkan dengan MLM lain.

Amway/Quixtar membayar lebih rendah kepada distributor top mereka, namun pendapatan mereka disuplementasikan dengan mengoperasikan sebuah bisnis rahasia, yang didukung oleh perusahaan induk, yaitu menjual “success tools” kepada rekrutan.


Tidak ada data yang tersedia sehubungan dengan angka yang didapat dari penjualan “success tools”, namun data yang menunjukkan bahwa 99% dari partisipannya kehilangan uang cukup untuk membuktikan sebuah aksi penipuan skala global yang mereka lakukan.

Gugatan Hukum, Ekspos, Protes Konsumen, Penghindaran Pajak, Pengabaian Aturan Pemerintah, dan Usaha Intensif Mencari Pengaruh Politik
Alasan lain mengapa Amway/Quixtar pantas mendapatkan analisa yang terpisah sehubungan dengan klaim “income opportunity” mereka adalah:
 Amway/Quixtar adalah perusahaan paling kontroversial di industri MLM Amerika. Sejumlah gugatan pribadi, gugatan class action, protes konsumen dan ekspos internet semuanya menggugat praktek penipuan akan janji kesempatan pendapatan dan pengoperasian sebuah skema piramida yang berbahaya.

 Amway digugut oleh salah satu perusahaan terbesar di Amerika, Procter and Gamble, karena mengoperasikan skema piramida ilegal dan membohongi para rekrutan akan kesempatan pendapatan.

 Amway/Quixtar menjadi subjek ekspos berita dari program acara berita paling dipercayai di Amerika, NBC Dateline, dan CBS 60 Minutes, yang mana mereka dituduh melakukan penipuan masal dan memisrepresentasikan pendapatan dari distributor mereka.

 Amway memiliki sejarah tindakan penipuan dan perbuatan ilegal:
• Tahun 1983, pemerintahan Kanada menggugat Amway dan pendirinya: DeVos dan VanAndel karena penghindaran pajak. Mereka akhirnya dinyatakan bersalah dan membayar denda sebesar $25 juta, angka terbesar yang pernah terjadi di Kanada.
• Tahun 1979, di Amerika, Amway diperintahkan oleh FTC untuk menghentikan praktek pengaturan pengendalian harga dan membesar-besarkan klaim pendapatan mereka.
• Setelah terbukti melanggar aturan klaim pendapatan yang tidak akurat, Amway pada akhirnya memaparkan laporan pendapatan rata-rata aktual.
• Amway diguguat oleh Negara Bagian di Wisconsin karena klaim pendapatan yang tidak akurat. Pemeriksaan dari kantor pengacara umum Wisconsin membuktikan bahwa para distributor level atas Amway, secara umum, mengalami net loss di laporan pajak mereka.
• Amway terlibat dalam berbagai upaya lobi skala besar untuk mempengaruhi regulasi federal tentang klaim pendapatan palsu.

Estimasi Pembayaran Quixtar (Amway) – basis per 300.000 partisipan
Sumber: Average AnnualIncome for IBO’s in North America, 2001 Average Annual Earnings in U.S.Dollar, 2002 Quixtar Inc.


Pada sample 300.000 partisipan “aktif” Amway/Quixtar:
• Total ada 454.000 partisipan (partisipan aktif hanya 66% dari total partisipan).
• Sekitar 155.000 partisipan tidak mendapatkan bonus (34%).
• 99,4% partisipan mendapatkan $13,41 per minggu, sebelum perhitungan pembelian produk, biaya bisnis dan pajak. Pendapatan rata-rata ini jauh lebih kecil daripada biaya untuk menjalankan bisnis. Artinya 99% tidak mendapatkan keuntungan.
• Dalam angka yang riil, sekitar 452.000 dari 455.000 sedang dalam posisi terbawah dari rantai distributor. Persentase ini menunjukkan 99,9% dari total partisipan sedang kehilangan uang setiap tahun. 50% dari mereka akan keluar dari sistem dan digantikan dengan sekumpulan investor baru setiap tahun.
• Level atas yang terdiri dari sekitar 0,6% partisipan (sekitar 1 setiap 200 orang) menerima 24% dari total pembayaran perusahaan. Pendapatan rata-rata bagi mereka adalah $700 per minggu, sebelum pembelian produk, biaya bisnis dan pajak. Karena biaya bisnis untuk mereka yang berada di level atas biasanya sangat tinggi, maka bahkan untuk mereka yang di berada atas sekalipun tidak ada keuntungan lewat bisnis ini.
• Kurang dari 1 di antara 10.000 partisipan adalah level Diamond dan atasnya.

Bagaimana data Quixtar ini dianalisa:
• Laporan adalah dalam bentuk per 300.000 partisipan karena jumlah peserta di level atas adalah sedemikian kecilnya dibandingkan dengan total partisipan. Di perusahaan MLM lainnya, jumlah basis sample yang lebih kecil dimungkinkan, tetapi di Quixtar penggunaan jumlah basis distributor yang lebih kecil akan menyebabkan timbulnya angka pecahan di jumlah distributor per level. Sebagai contoh: setiap 300.000 partisipan, hanya ada 2 individu di level teratas.

• Penggunaan angka per 300.000 partisipan membuat data dapat dimengerti dengan lebih mudah

• Persentase distributor di setiap “level pin” (Platinum, Diamond, dll.) dapat dikalkulasikan ke jumlah aktual dengan mengalikan mereka ke 300.000 sample distributor. Sebagai contoh: Quixtar memaparkan bahwa 0,0007% dari total distributor “aktif” adalah level Founder Exec. And Above. Dalam laporan basis 300.000, artinya hanya 2 orang yang merupakan distributor level tersebut.

• Dengan didapatkannya jumlah aktual distributor di setiap level pin, dan pendapatan rata-rata dari mereka dipaparkan oleh Quixtar, total uang yang diberikan per 300.000 partisipan dapat dihitung.

• Total pembayaran kepada distributor non-pin didapat dari total pembayaran perusahaan yang dikurangi total pembayaran kepada distributor level pin.

• Jumlah partisipan “non aktif”, yang tidak menerima pembayaran komisi, didapat dari paparan Quixtar bahwa 66% partisipan mereka adalah “aktif”.

Bagaimana Mengenali dan Menghindari MLM Basis Rekrut

Dr. Jon Taylor, Direktur Pyramid Scheme Alert, menemukan 5 karakteristik dari perusahaan MLM yang sebenarnya merupakan skema piramida dengan produk, kelima karasteristik itu disebut dengan Lima Bendara Merah, yaitu:
1. Perekrutan tak terbatas… Dengan semakin banyak jumlah partisipan, peluang partisipan untuk merekrut menjadi semakin kecil.
2. Kenaikan jenjang disebabkan oleh perekrutan… Satu-satunya cara partisipan mendapatkan pendapatan yang lebih besar adalah dengan merekrut lebih banyak.
3. “Pay to Play”… Distributor perlu melakukan belanja bulanan untuk tetap berada dalam permainan.
4. Komisi diberikan kepada lebih dari 5 level distribusi.
5. Pembayaran komisi kepada upline lebih besar ataupun mendekati komisi yang didapat oleh distributor yang berhasil menjual.

Bila muncul sendiri-sendiri, kelima bendera merah ini belum tentu akan membentuk sebuah skema piramida. Namun, bila muncul bersamaan, sistem itu akan memberikan ungkitan yang luar biasa, menyebabkan akumulasi pendapatan yang amat besar di level atas dan kerugian masif di level bawah. Kelima karakteristik ini akan membentuk skema piramida yang menyamar sebagai perusahaan penjualan langsung.

Tiga Trik Tambahan Pemangsa Piramida

• “Alat” dan Event.. Promoter selalu mempromosikan buku, kaset, ataupun pelatihan seminar yang mereka produksi kepada partisipan. Kadang-kadang pendapatan dari bisnis ini lebih besar dibanding pendapatan dari penjualan produk mereka.
• Proyeksi penjualan “retail”… Proyeksi pendapatan dibuat dengan asumsi penjualan dengan harga retail, dengan produk yang dijual dengan harga yang mahal dan tidak kompetitif. Hampir semua produk MLM sebenarnya dibeli oleh distributor mereka, bukan pelanggan asli.
• Jalur karier… Promoter menyuruh rekrutan baru untuk memilih satu di antara dua jalur, yang pertama adalah menjual lewat retail dan yang satunya adalah untuk mereka yang serius ingin “membangun bisnisnya.” Bila insentif diberikan sedemikian besarnya untuk merekrut, pertanyaan seperti itu adalah omong kosong belaka.

Bagaimana Mencegah MLM beroperasi Sebagai Skema piramida

• Penjualan retail harus diaudit secara berkala
• Perusahaan MLM harus memaparkan informasi penjualan dan pendapatan kepada para distributornya

***