Jumat, 06 Februari 2009

Destruksi Bukan Berkat

Mari kita sambung lagi tulisan sebelumnya. Mengupas isi buku Economic in One Lesson, berbagai kerumitan dan pertengkaran ekonomi terjadi karena 2 hal:
1. Kita hanya melihat efek jangka pendek dari sebuah keputusan.
2.Kita hanya melihat akibat sebuah keputusan terhadap sekelompok kecil orang, bukan terhadap seluruh komunitas.

Hari ini, kita bicara sebentar tentang efek perang, bencana alam, dan berbagai tindakan penghancuran / vandalisme lainya terhadap kekayaan sebuah komunitas.

Pernahkah Anda mendengar orang mengatakan bahwa berkat perang dunia II, Amerika dan dunia secara umumnya berhasil keluar dari masa depresi? Karena berbagai akibat penghancuran, perekonomian kembali bergerak, dan lapangan kerja bertambah…

Sebelum menuju perang, kita mulai dulu saja dengan perumpamaan yang lebih sederhana. Kisah sebuah jendela yang pecah…

A adalah seorang tukang roti. Karena tindakan vandalisme dari seorang preman, sebuah kaca jendelanya pecah. Dan A kemudian terpaksa membeli sebuah jendela baru lagi dari tukang kaca setempat.

Di mata kebanyakan orang, tindakan preman ini memang jahat, tetapi di lain sisi juga sebuah “berkat.”

Mengapa? Karena berkat pecahnya jendela ini, maka tercipta sebuah pekerjaan baru, yaitu A harus membeli dari tukang kaca sebuah jendela. Aktifitas ini akan menggerakkan perekonomian dan menciptakan pekerjaan di komunitas ini.

Sekarang mari kita lihat apa yang sebenarnya terjadi...

Sebelum tindakan preman ini, A memiliki sebuah jendela, dan misalkan lagi uang tunai sebesar 1 juta. Sedangkan si tukang kaca, memiliki harta sebanyak misalnya 1 keping jendela.

Total harta mereka = 2 buah jendela + 1 juta uang tunai.

Setelah tindakan preman ini, A tidak memiliki jendela. Lalu A membeli jendela dari tukang kaca seharga 1 juta.

Sekarang A memiliki sebuah jendela, dan tidak punya lagi uang tunai. Dan si tukang kaca memiliki 1 juta dan berpisah dengan 1 buah kacanya..

Total harta mereka = 1 buah jendela + 1 juta rupiah.

Net resultan dari kejadian ini adalah hilangnya harta komunitas sebanyak 1 jendela.

Efek jangka pendek dari tindakan preman ini adalah menciptakan sebuah pekerjaan untuk tukang kaca yang berhasil menjual 1 jendelanya. Tetapi efek yang sedikit lebih jauh adalah A kehilangan 1 jutanya dan juga tidak sanggup lagi membelanjakan 1 juta ini untuk barang lainnya..

Bila A tidak kehilangan uang 1 juta ini, dia bisa membelanjakan uang ini untuk membeli kebutuhan ataupun keinginan dia yang lain, yang akibatnya juga akan menghasilkan pekerjaan.

Mungkin pantas untuk diulangi apa yang kita bicarakan di artikel sebelumnya. Wajarnya, orang-orang yang memiliki uang akan melakukan setidaknya salah satu dari hal di bawah ini:
-Mengekspansi usahanya sendiri (bisa menciptakan lapangan kerja)
-Menanamkan uangnya di bisnis orang lain yang menurutnya bagus (bisa menciptakan lapangan kerja)
-Menghamburkan uangnya untuk membeli barang-barang konsumtif ataupun barang mewah (bisa menciptakan lapangan kerja)
-Menabung di bank (bank yang mendapatkan dana ini kemudian juga bisa menjadikan uang ini sebagai modal untuk menciptakan lebih banyak lagi kredit kepada publik, yang juga bisa menciptakan lapangan kerja)

Yang penting untuk kita perhatikan dari sebuah kejadian destruksi adalah net resultan dari aktifitas tersebut bagi kekayaan komunitas secara keseluruhan. Jangan melihat efek jangka pendek dari sebuah peristiwa, dan jangan fokus pada kepentingan 1 kelompok, melainkan lihat kepentingan sebuah komunitas secara keseluruhan.

Pekerjaan yang didapat oleh tukang kaca di atas datang lewat pengorbanan masyarakat yang lain, misalnya penjual baju, penjual tepung, penjual sepeda, usaha restoran, atau toko lainnya yang sebenarnya berpotensi menjadi tempat A membelanjakan 1 jutanya.

Pada contoh di atas, masih beruntung si A memiliki 1 juta uang tunai. Kalau tidak punya bagaimana?

1. Dia bisa meminjam ke teman / saudaranya sebesar 1 juta. Dan dengan demikian, ada 1 juta uang teman / saudaranya yang tidak bisa mereka belanjakan karena uang tersebut berpindah tangan ke A.
2. Dia bisa berhutang, baik kepada tukang jendela maupun kepada bank. Efeknya sama saja, A berada di posisi -1 juta (minus). Ini uang yang harus dia bayarkan di kemudian hari juga. Kalau kepada bank, harus ditambah bunga!

Sekarang kita menuju kisah perang…

Benar, perang dunia membantu sejumlah industri yang menciptakan banyak pekerjaan. Tetapi siapa yang bilang kalau tanpa perang dunia uang publik itu akan menganggur? Pekerjaan yang didapat rakyat Amerika datang lewat penghancuran besar-besaran negara-negara lokasi perang dan penderitaan masif bagi korban perangnya.

Pemenang dari perang adalah sekelompok industri yang mendapatkan pekerjaan saat itu, dan juga para bankir yang bisa menciptakan kredit dalam jumlah sangat besar baik kepada pemerintah negara pelaku perang maupun kepada rakyat di lokasi perang paska perang berakhir.

(Contoh yang lebih up to date, pemerintah Amerika menerbitkan ratusan milyar dolar surat hutang untuk membiayai war on terror dan juga perang di Irak dan Afganistan. Ongkos jangka panjang dan tak langsung bahkan ditaksir sebesar beberapa trilyun dolar. Anda tahu apa status uang-uang itu? Itu adalah hutang pemerintah, uang yang dihimpun pemerintah dari tangan individu-individu maupun negara-negara yang memiliki simpanan dolar Amerika, dan tagihannya akan dibayar kembali oleh pembayar pajak / publik Amerika. Rakyat Amerika dirampok secara tidak mereka sadari oleh pemerintahannya. Dan siapa yang mengendalikan pemerintah Amerika? Jawabannya adalah jaringan kriminal Wall Street dan kartel bankir internasional: Rothschild, Rockefeller, Warburg, cs).

Salah satu “pembangunan” pertama setelah Irak diduduki Amerika beberapa tahun lalu adalah pendirian sebuah bank sentral di negara itu. Banyak kredit (hutang) yang bisa diciptakan di Irak paska perang. Bukan hanya kontraktor pemenang proyek rehabilitasi yang bisa kaya di sana sekarang, bank-bank komersial juga sama.

Saya ulangi sekali lagi, pekerjaan dan “kemakmuran” yang didapat dari perang datang lewat penderitaan masif orang lain dan hilangnya kekayaan yang mereka akumulasikan sebelumnya. Seandainya kekayaan mereka tidak dihanguskan dalam perang, modal yang mereka miliki juga bisa menciptakan pekerjaan dan kemakmuran bagi komunitas secara umum.

Di dunia ini, tidak ada satu kejadian apapun yang bisa menandingi perang dalam hal kemampuannya untuk menghanguskan kekayaan dan menciptakan hutang (kecuali bencana alam skala raksasa).

Saya tidak berharap akan ada propaganda untuk membujuk publik agar setuju dengan perang dan berbagai tindakan destruksi lainnya di hari-hari ke depan. Tetapi bila hari itu ternyata tiba, saya berharap Anda masih mengingat tulisan yang Anda baca hari ini…

Perang bukan solusi, destruksi juga bukan berkat.

Net resultan dari semua tindakan & kejadian destruksi adalah hangusnya kekayaan publik, bukan kebalikannya.

7 komentar:

Anonim mengatakan...

kalopun skenario terburuk pun jika terjaadi perang..mungkin kita2 ini apalagi yang di pedesaan khan tinggal nonton aja ya? jangan2 berkah untuk indonesia apalagi kalo sampai ada penghapusan hutang dari kekacauan tersebut.

Pustaka Pohon Bodhi mengatakan...

Mayoritas dari 2 atau 3 generasi terakhir orang Indonesia kemungkinan besar tidak pernah merasakan perang, termasuk saya.

Bayangan saya perang dalam skala besar akan mengganggu ekspor-impor berbagai negara, termasuk kita.

Barang-barang yg kita gunakan sehari-hari (termasuk bahan bakunya), produksi ataupun distribusinya bisa terganggu karena perang. Alias berbagai barang bisa menghilang dari pasar. Coba bayangkan akibatnya... Belum lagi kalau sampai Indonesia kembali jadi lokasi perang. Efek penghancuran bangunan dan efek penderitaan bagi manusianya gimana?

Kalau ekspor-impor terganggu, pendapatan negara bisa juga terganggu. Jangan-jangan hutang yang nantinya bertambah...

Jadi, please say NO to wars...

Anonim mengatakan...

Bikin tulisan tentang krisis moneter, ekonomi, finansial yang pernah terjadi di dunia dong!

Anonim mengatakan...

mgnkin begini...(tlg dikoreksi klo salah)
hm..perang bisa membangkitkan perekonomian karena hal-hal vital disuatu negara telah dihancurkan...untuk itulah perlu pembangunan dengan segera klo pengen perekonomian negara berjalan normal kembali...
sisi lain 4 tindakan yang memiliki uang,yaitu:
-Mengekspansi usahanya sendiri (bisa menciptakan lapangan kerja)
-Menanamkan uangnya di bisnis orang lain yang menurutnya bagus (bisa menciptakan lapangan kerja)
-Menghamburkan uangnya untuk membeli barang-barang konsumtif ataupun barang mewah (bisa menciptakan lapangan kerja)
-Menabung di bank (bank yang mendapatkan dana ini kemudian juga bisa menjadikan uang ini sebagai modal untuk menciptakan lebih banyak lagi kredit kepada publik, yang juga bisa menciptakan lapangan kerja)
sdh tidak bisa dilakukan dgn sempurna..
jd bgmnapun perang akn mampu membangkitkan perekonomian suatu negara meskipun dlam jangka pendek,meskipun dibiayai dengan hutang...

Pustaka Pohon Bodhi mengatakan...

Benar Pak, perang bukannya tidak mendatangkan manfaat sama sekali.

Cuma manfaatnya untuk kepentingan kelompok tertentu saja, dan net resultannya bagi seluruh komunitas tetap adalah negatif (destruksi kekayaan). Itu maksud saya.

Anonim mengatakan...

rezeki perang nih:

http://rt.com/news/italy-france-libya-money-277/

ito surya mengatakan...

contoh yg dkt kita2 pak...kerusuhan2 yg trjadi d daerah2,yg senang ngancurin fasilitas publik n gedung2 pemrntah maupun swasta,,,klo gedung2 ga rusak kn duitnya bs d pke buat yg lebih pentink,,,uang yg ad malah d pke buat mngganti kerusakn yg ada,,,KONTRAKTOR dapat proyek deh,,, kerusuhan=proyek