Sudah lama saya tidak memposting di blog ini. Hari ini, saya tidak akan membahas topik debt based money seperti yang biasa saya tulis di sini.
Artikel hari ini adalah sebuah filsafat kecil tentang alam semesta. Tentu, saya ini bukan siapa-siapa, jadi tulisan ini hanyalah opini pribadi saja, berdasarkan pengalaman hidup saya.
Pertanyaan awal, darimana datangnya dunia?
“Dugaan pertama, dunia ini tidak ada awal, dia selalu ada.”
Tidak ada yang menciptakan dunia, maka pertanyaaan darimana datangnya dunia adalah irelevan.
“Dugaan kedua, dunia ini memiliki awal.”
Kalau ada awal, maka ada yang menciptakannya, atau ada kejadian yang membuat dunia ini ada. Dari ketidaaan menjadi keberadaan.
Mana yang lebih mungkin? Dunia (& waktu) yang tidak memiliki awal atau dunia (& waktu) yang memiliki awal?
Bagi saya, dua-duanya absurd, sama-sama tidak bisa dinalarkan.
• Bagaimana mungkin sesuatu bisa selalu ada dan tanpa ada awal?
• Sebaliknya, bagaimana mungkin KETIADAAN bisa mendadak berubah menjadi KEBERADAAN? Tanpa bahan baku, darimana datangnya material untuk menciptakan keberadaan dimensi fisik?
Anyway, kalau harus memilih salah satu, sampai saat ini, saya lebih mempercayai dugaan pertama. Dunia ini selalu ada. Lebih gampang untuk membayangkan skenario pertama dibandingkan membayangkan bagaimana ketiadaan bisa berubah menjadi keberadaan.
Lantas apakah ada Tuhan?
Menurut saya, dunia ini selalu ada, DUNIA INI (ALAM SEMESTA) ADALAH TUHAN. Segala sesuatu mengandung ke-Tuhan-an di dalamnya.
Di sekolah, buku-buku pelajaran mengelompokkan alam kita menjadi makluk hidup dan makluk tidak hidup. Dulunya, saya percaya 100%. Beberapa tahun terakhir, saya tidak berpikir demikian.
Seperti yang saya katakan barusan, segala sesuatu adalah (bagian dari) Tuhan. Segalanya “hidup.” Ada makluk yang memiliki kesadaran tinggi, ada makluk yang memiliki kesadaran lebih rendah.
Di internal masing-masing kelompok, masing-masing individu atau organisme juga memiliki tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Yang pasti, semuanya terhubung bersama dalam satu kesatuan, tanpa mereka sadari.
Bagaimana antar individu / organisme terhubung? Ya, untuk itu mungkin Anda perlu sedikit percaya hal-hal yang tidak kasat mata. Bukan karena mata kita tidak bisa melihatnya, lantas dia tidak ada.
Semua makluk bisa kembali ke “asal”nya, semuanya memiliki medan energi yang lebih halus yang terhubung ke level yang lebih tinggi.
Ibarat begini, ibu jari yang sedang menatap jari manis atau jari telunjuk, kadang mereka berteman, kadang mereka bermusuhan.. Hehe.. Mereka tidak sadar kalau mereka terhubung bersama di level yang lebih tinggi yang disebut tangan.
Teman-teman saya dari kelompok tertentu sering menyarankan saya untuk tidak memakan daging dan melukai makluk. Saya rasa secara sadar atau tidak kami memang sepaham dalam filsafat tertentu.
Ada jarak (kesadaran) yang jauh antara makluk pada umumnya dengan Roh Alam Semesta. Semakin kotor dan terikat emosi sebuah makluk, semakin jauh dia dari Roh Alam Semesta.
Tujuan orang yang sering berdoa, ataupun orang yang tidak memakan daging mungkin ada hubungannya dengan keinginan mereka untuk mem”bersih”kan level energi dan meningkatkan level kesadaran mereka.
Hewan memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi dibanding tumbuhan, itulah sebabnya pemakan daging harus berlatih lebih lama untuk membersihkan tubuh mereka dibanding para vegetarian. Tetapi, bahkan tumbuhan pun memiliki kesadaran, jadi menjadi vegetarian saja tidak berarti jiwa dan roh seseorang siap untuk kembali ke Roh Alam Semesta. Mereka pun tetap harus terus mem”bersih”kan diri.
Note:
Saya bukan vegetarian, saya tidak siap. Hehe..
Mengapa orang-orang dari agama tertentu selalu berdoa sebelum makan? Ya, itu kebiasaan yang baik. Berterimakasih kepada Tuhan dan berterima kasih kepada apa yang mereka makan. Nasi, sayur, dan air, mereka pun bisa mendengarkan dan merasakan doa Anda! Anda berterimakasih kepada mereka, mereka pun akan tersenyum kepada Anda.
Ada sebuah penelitian yang menarik tentang air dari Dr. Masaru Emoto beberapa tahun lalu, mungkin menarik untuk Anda baca (water crystal). Air, menurut penelitian beliau, memang bisa merespon pikiran kita kepada mereka.
Mungkin Anda berpikir semuanya ini bullshit. Anyway, sambil hidup sambil belajar, memang begitulah cara manusia berkembang. Mungkin saya akan berubah pikiran di masa mendatang. Yang pasti, apa yang saya tulis di sini memang adalah apa yang saya percayai saat ini.
Apa tujuan saya menuliskan semuanya ini?
Ya, pesan saya sederhana saja, semua makluk dan benda adalah terhubung bersama, semuanya adalah (bagian dari) Tuhan. Jadi, perlakukanlah orang dan barang di sekitarmu dengan baik. Energi apa yang Anda berikan ke mereka, energi yang sama juga akan kembali lagi ke Anda.
Be good to them. Love them with your whole heart.
Semoga Anda akan sehat dan sukses selalu.
Artikel hari ini adalah sebuah filsafat kecil tentang alam semesta. Tentu, saya ini bukan siapa-siapa, jadi tulisan ini hanyalah opini pribadi saja, berdasarkan pengalaman hidup saya.
Pertanyaan awal, darimana datangnya dunia?
“Dugaan pertama, dunia ini tidak ada awal, dia selalu ada.”
Tidak ada yang menciptakan dunia, maka pertanyaaan darimana datangnya dunia adalah irelevan.
“Dugaan kedua, dunia ini memiliki awal.”
Kalau ada awal, maka ada yang menciptakannya, atau ada kejadian yang membuat dunia ini ada. Dari ketidaaan menjadi keberadaan.
Mana yang lebih mungkin? Dunia (& waktu) yang tidak memiliki awal atau dunia (& waktu) yang memiliki awal?
Bagi saya, dua-duanya absurd, sama-sama tidak bisa dinalarkan.
• Bagaimana mungkin sesuatu bisa selalu ada dan tanpa ada awal?
• Sebaliknya, bagaimana mungkin KETIADAAN bisa mendadak berubah menjadi KEBERADAAN? Tanpa bahan baku, darimana datangnya material untuk menciptakan keberadaan dimensi fisik?
Anyway, kalau harus memilih salah satu, sampai saat ini, saya lebih mempercayai dugaan pertama. Dunia ini selalu ada. Lebih gampang untuk membayangkan skenario pertama dibandingkan membayangkan bagaimana ketiadaan bisa berubah menjadi keberadaan.
Lantas apakah ada Tuhan?
Menurut saya, dunia ini selalu ada, DUNIA INI (ALAM SEMESTA) ADALAH TUHAN. Segala sesuatu mengandung ke-Tuhan-an di dalamnya.
Di sekolah, buku-buku pelajaran mengelompokkan alam kita menjadi makluk hidup dan makluk tidak hidup. Dulunya, saya percaya 100%. Beberapa tahun terakhir, saya tidak berpikir demikian.
Seperti yang saya katakan barusan, segala sesuatu adalah (bagian dari) Tuhan. Segalanya “hidup.” Ada makluk yang memiliki kesadaran tinggi, ada makluk yang memiliki kesadaran lebih rendah.
Di internal masing-masing kelompok, masing-masing individu atau organisme juga memiliki tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Yang pasti, semuanya terhubung bersama dalam satu kesatuan, tanpa mereka sadari.
Bagaimana antar individu / organisme terhubung? Ya, untuk itu mungkin Anda perlu sedikit percaya hal-hal yang tidak kasat mata. Bukan karena mata kita tidak bisa melihatnya, lantas dia tidak ada.
Semua makluk bisa kembali ke “asal”nya, semuanya memiliki medan energi yang lebih halus yang terhubung ke level yang lebih tinggi.
Ibarat begini, ibu jari yang sedang menatap jari manis atau jari telunjuk, kadang mereka berteman, kadang mereka bermusuhan.. Hehe.. Mereka tidak sadar kalau mereka terhubung bersama di level yang lebih tinggi yang disebut tangan.
Teman-teman saya dari kelompok tertentu sering menyarankan saya untuk tidak memakan daging dan melukai makluk. Saya rasa secara sadar atau tidak kami memang sepaham dalam filsafat tertentu.
Ada jarak (kesadaran) yang jauh antara makluk pada umumnya dengan Roh Alam Semesta. Semakin kotor dan terikat emosi sebuah makluk, semakin jauh dia dari Roh Alam Semesta.
Tujuan orang yang sering berdoa, ataupun orang yang tidak memakan daging mungkin ada hubungannya dengan keinginan mereka untuk mem”bersih”kan level energi dan meningkatkan level kesadaran mereka.
Hewan memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi dibanding tumbuhan, itulah sebabnya pemakan daging harus berlatih lebih lama untuk membersihkan tubuh mereka dibanding para vegetarian. Tetapi, bahkan tumbuhan pun memiliki kesadaran, jadi menjadi vegetarian saja tidak berarti jiwa dan roh seseorang siap untuk kembali ke Roh Alam Semesta. Mereka pun tetap harus terus mem”bersih”kan diri.
Note:
Saya bukan vegetarian, saya tidak siap. Hehe..
Mengapa orang-orang dari agama tertentu selalu berdoa sebelum makan? Ya, itu kebiasaan yang baik. Berterimakasih kepada Tuhan dan berterima kasih kepada apa yang mereka makan. Nasi, sayur, dan air, mereka pun bisa mendengarkan dan merasakan doa Anda! Anda berterimakasih kepada mereka, mereka pun akan tersenyum kepada Anda.
Ada sebuah penelitian yang menarik tentang air dari Dr. Masaru Emoto beberapa tahun lalu, mungkin menarik untuk Anda baca (water crystal). Air, menurut penelitian beliau, memang bisa merespon pikiran kita kepada mereka.
Mungkin Anda berpikir semuanya ini bullshit. Anyway, sambil hidup sambil belajar, memang begitulah cara manusia berkembang. Mungkin saya akan berubah pikiran di masa mendatang. Yang pasti, apa yang saya tulis di sini memang adalah apa yang saya percayai saat ini.
Apa tujuan saya menuliskan semuanya ini?
Ya, pesan saya sederhana saja, semua makluk dan benda adalah terhubung bersama, semuanya adalah (bagian dari) Tuhan. Jadi, perlakukanlah orang dan barang di sekitarmu dengan baik. Energi apa yang Anda berikan ke mereka, energi yang sama juga akan kembali lagi ke Anda.
Be good to them. Love them with your whole heart.
Semoga Anda akan sehat dan sukses selalu.